Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 94



Bab 94

0Liang Shao Qing agak tersentuh. Setelah berpikir sejenak, dia berkata, "Anda hanya punya ini. Kalau anda berikan semuanya pada saya, bagaimana dengan anda sendiri?"     
0

"Aku akan baik-baik saja," Chu Qiao tersenyum dan menjawab. "Kalau bukan karena aku, kamu tidak akan menjadi seperti sekarang. Walaupun memang sebagian salahmu sendiri, tetapi aku memang tetap bertanggung jawab. Simpan saja. Berhati-hatilah di masa depan, dan jangan ikut campur urusan orang lain."     

Liang Shao Qing tidak membantah. Dia memegang uang kertas itu di tangannya, dan tetap diam.     

Chu Qiao menarik napas dalam-dalam dan bersandar di sebuah pilar. Dia memandang sinar bulan di luar sana, tatapan matanya damai. Wajahnya yang biasa galak hilang; yang tersisa adalah penampilan yang lebih pendiam.     

Liang Shao Qing mendongak dan memandangnya dengan aneh. Tiba-tiba, dia bertanya, "Ke mana anda menuju?"     

"Aku? Aku mau pulang."     

"Anda tinggal di Kekaisaran Tang?"     

"Tidak," gadis itu menggeleng perlahan. "Rumahku masih jauh. Perjalananku masih sangat jauh."     

"Sekarang keadaan tidak aman. Anda seorang gadis, anda harus lebih berhati-hati."     

Chu Qiao tersenyum, tetap diam. Dia terlihat lembut, alis matanya panjang, membentuk bayangan kecil di wajahnya di bawah sinar bulan. Liang Shao Qing, melihat dia tidak menjawab, menambahkan lagi, "Saya sedang menuju Kekaisaran Tang."     

Chu Qiao menjawab perlahan, "Oh."     

Suara Liang Shao Qing tiba-tiba terdengar riang, seakan-akan dia sedang menggambarkan sebuah prestasi besar. "Saya akan pergi ke Tang Jing untuk mengunjungi Guru Besar, Cao Zhong Mou."     

"Cao Zhong Mou, cendekiawan senior di departemen upacara Kekaisaran Tang?"     

"Betul! Anda juga mengenalnya?"     

Chu Qiao mengangguk. "Tuan Cao tak tertandingi dalam berpuisi. Namanya terkenal di mana-mana."     

"Anda benar," Liang Shao Qing menyahut. "Saya sudah melakukan perjalanan jauh hanya untuk mengunjunginya. Saya harus bertemu langsung dengannya, bertatap muka."     

"Bagus kalau memiliki seseorang yang diidolakan. Namun, tidak perlu berada dekat dengannya. Akan sangat sayang kalau kamu pergi dengan tangan kosong."     

"Mengapa begitu?" Liang Shao Qing kesal. "Tuan Cao sangat terpelajar dan terkenal. Mengapa saya akan kecewa?"     

"Benarkah?" Chu Qiao tertawa dan berkata, "Aku mendoakan yang terbaik kalau begitu."     

Angin di luar bertiup ke dalam kuil, membuat obor-obor di tanah beradu. Liang Shao Qing berpikir lama sebelum bertanya lagi, "Mengapa para petugas itu mengejar kamu?"     

Chu Qiao mendongak. "Kamu tidak tahu?"     

Liang Shao Qing terkejut. "Apa yang saya tahu?"     

Gadis itu berkata dengan tidak peduli. "Bukankah kamu sudah bilang? Aku penjahat kambuhan. Kamu benar, aku tertangkap basah saat mencuri, maka mereka mengejarku."     

Liang Shao Qing terperangah. Chu Qiao berbalik dan tersenyum. Dia berkata, "Betul. Makanan yang sedang kamu makan, uang kertas yang kamu pegang, semuanya hasil curian. Uang yang kugunakan saat pertama kali membelimu, aku mencurinya. Kamu tahu keadaanmu sendiri saat ini. Apakah kamu masih mau menolak uang dan makanan ini, sebagai seorang pria terhormat, setinggi dua meter?     

"Aku … aku …." Liang Shao Qing tergagap cukup lama. Chu Qiao tertawa, menampilkan senyuman cerah. Giginya yang putih hampir membutakan mata sang pelajar.     

Pada saat ini, Chu Qiao mendadak merengut, senyuman pudar dari wajahnya. Dia berbalik dengan cepat, naluri dasarnya mengambil alih. Dia menajamkan telinganya, mendeteksi banyak langkah kaki yang mendekati kuil itu dari kejauhan.     

Di saat ini, Liang Shao Qing merasa ada yang janggal. Dengan gugup, dia mendekat dan berbisik, "Apakah itu Bos Mu?"     

Chu Qiao tidak menjawab, dalam hatinya menepis kemungkinan itu. Dengan kemampuan Bos Mu, dia tidak mungkin menggerakkan pasukan sebesar ini. Ditambah lagi, langkah kaki orang yang mendekat menunjukkan mereka semua sangat terlatih dalam bela diri. Dia berdiri perlahan, meraba pedangnya. Perlahan, dia berkata, "Kamu harus ikut di belakangku. Hidup matimu tergantung dirimu sendiri."     

Saat dia berbicara, sebuah kilau keperakan tiba-tiba muncul di depannya. Bahaya! Dengan sangat lincah, dia menggerakkan tubuhnya ke samping dan menghindari pedang yang melayang ke arahnya. Dengan bunyi kecil, pedang itu mendarat di dada penyerang yang tak dikenal. Teriakan kesakitan terdengar dari luar. Musuh mereka berniat membunuhnya dengan segala cara. Malam ini pasti berbahaya!     

"Ikuti aku!" Chu Qiao berteriak. Dengan bersalto, dia menerobos jendela, menghunus pedang panjangnya untuk menyambut hujan panah. Langkah kaki yang berisik terdengar di pintu. Hujan panah, bagaikan lebah, terbang ke arah mereka berdua. Sejumlah bayangan menyeruak masuk ke dalam kuil. Tanpa suara, mereka menghunus pedang dan mulai menyerang!     

Cahaya bulan sedang terang. Dua orang pria, berpakaian hitam, mendekati Chu Qiao. Sebelum dia sempat bereaksi, salah satu dari mereka mengayunkan pedangnya ke arah kepala Chu Qiao.     

Ia membalas! Menangkap pergelangan tangannya! Gerakan Chu Qiao sangat menggemparkan. Dengan suara tulang patah dan pedang berjatuhan, pria-pria berpakaian hitam itu roboh ke tanah, berteriak kesakitan.     

"Bodoh! Ikuti aku!" Chu Qiao menarik Liang Shao Qing, yang ketakutan setengah mati. Gadis itu melompat dan menendang dada pria lain dengan tanpa ampun. Suara tulang patah terdengar lagi. Pria itu memuntahkan darah, dan terpental ke belakang cukup jauh. Gadis itu bergerak dengan lincah, menghunus pedangnya lagi. Dengan naluri untuk bertahan hidup yang hebat, dia berlari ke depan, menghindari lawan dengan indah dan membalas dengan pukulan jitu. Dalam sekejap, orang-orang yang tersisa menjadi takut dengan gadis itu, tidak berani mendekatinya.     

"Serang! Serang!" Pimpinan mereka memberi perintah ke pasukannya, yang mulai melangkah mundur. Chu Qiao menoleh ke arah orang itu dengan dingin, memberikan senyuman jahat. Dia mengambil belatinya yang terakhir, dan melemparkannya ke arah pria itu, mengenainya dengan tepat. Mata pria itu membelalak, dan dia jatuh ke tanah.     

Pintu masuk kuil itu sempit. Tidak banyak orang yang bisa memasuki kuil bersamaan. Ke mana pun C bergerak, dia meninggalkan kekacauan. Dia membunuh orang-orang itu dengan satu serangan masing-masing. Yang lebih penting adalah, Chu Qiao tidak memiliki senjata; dia hanya mengandalkan kaki dan tangannya. Namun, itu sudah cukup untuk membunuh musuhnya. Di saat itu, dia tak terkalahkan; itu merupakan suatu pemandangan yang mencengangkan.     

Tiba-tiba, Liang Shao Qing berteriak di belakangnya. Tanpa berpikir, Chu Qiao berbalik badan, dan merasakan sakit yang nyeri di rusuk kirinya. Sebelum dia sempat memeriksa lukanya, dia menggunakan Pedang Penghancur Bulan, yang digenggamnya, untuk menebas kepala orang yang menyerangnya. Darah menciprat ke wajah Liang Shao Qing. Pelajar yang penakut itu, yang bahkan tidak pernah membunuh seekor ayam, menjerit kencang, lebih kencang dari orang yang kepalanya ditebas itu!     

Gadis muda itu luar biasa cepat walaupun sedang terluka. Tubuhnya yang mungil bergerak dengan lincah di ruangan yang sempit dan tertutup itu. Sejenak kemudian, mayat-mayat lawannya bergelimpangan di lantai.     

"Pegangan yang erat!" gadis itu tiba-tiba berkata. Sebelum Liang Shao Qing sempat menjawab, sekelompok besar musuh mendekat dari kejauhan. Pria ini tidak mengerti mengapa seorang pedagang budak akan berusaha begitu keras untuk menangkap dirinya. Chu Qiao melepaskan kaitan di pinggangnya, dan melemparkannya melewati pilar di atap. Dia melompat ke atas atap dengan menggunakan tali itu. Liang Shao Qing tidak sempat berpegangan padanya.     

Sejumlah panah kembali menghujani mereka. Chu Qiao berjongkok di atas pilar, menggunakan kait di tali itu untuk mengait Liang Shao Qing. Dia memegang ujung lain tali itu, lalu melompat turun ke tanah. Dalam sekilas, mereka telah bertukar tempat!     

"Cepat! Lepaskan panah!"     

"Pegang talinya!" Chu Qiao memerintahnya. Dia menarik tali itu, memanjat ke atas atap dengan beberapa gerakan cepat. Sebuah panah menancap ke bahunya, membuat darah menyembur keluar.     

"Ah! Kamu terluka!"     

"Hentikan omong kosongmu!" Chu Qiao membentak. Dia melepaskan salah satu atap, lalu memanjat keluar sambil memegangi Liang Shao Qing.     

Panah-panah itu menancap di pilar. Suara lain berkata, "Sasaran kita telah melarikan diri melalui atap. Kejar mereka!" Tetapi, Chu Qiao tidak terlihat di mana pun saat mereka naik ke atap. Pria-pria berpakaian hitam itu saling menatap, melepaskan pakaian mereka setelah sejenak. Mereka berkata dengan marah, "Dia berhasil kabur dari perangkap ini! Kita sudah hidup sia-sia selama bertahun-tahun ini!" Di bawah pakaian hitam mereka adalah pakaian militer.     

Pria lain menggeleng, dan berkata, "Kita sudah jatuh banyak korban di Pegunungan Tang Ma. Jika dia hanya wanita biasa, ibu kota tidak akan menjanjikan kita kemewahan seperti itu."     

"Menurut saya, tidak apa-apa jika kita menyerah."     

"Kita harus lanjut." Pria itu menggeleng dan berkata, "Akan semakin sulit untuk menangkapnya di masa depan."     

"Bagaimana keadaanmu?" Dalam kegelapan, Liang Shao Qing menggendong Chu Qiao, berjalan melalui lorong sempit. Luka di bahu gadis itu masih bisa ditahan, namun yang di rusuk kirinya sangat serius. Darah terus mengalir keluar dari luka itu.     

Chu Qiao mengerang dan menggertakkan giginya. "Turunkan aku."     

"Ah?"     

"Turunkan aku!" Gadis muda itu berkata dengan tegas. "Mereka tidak mengejar kita."     

"Siapa bilang kami tidak mengejarmu!" Sebuah suara rendah tiba-tiba keluar dari kegelapan. Mereka berdua terkejut melihat Bos Mu berjalan keluar, ditemani lebih dari 20 orang.     

Liang Shao Qing berseru "Ternyata memang kamu!"     

Bos Mu bahkan tidak melihat dia. Pandangannya terpaku pada Chu Qiao. Sambil tersenyum, dia berkata, "Dasar berandal! Kamu punya banyak musuh ya? Aku sudah berusaha mencari-cari kalian. Tak kusangka akan semudah ini."     

Liang Shao Qing berdiri dan merentangkan kedua tangannya untuk melindungi Chu Qiao. Dengan semangat, dia menyahut, "Tangkap aku jika kamu mau! Jangan sakiti dia!"     

"Jangan sakiti dia?" Bos Mu mendengus. "Aku tidak akan melepaskan siapapun!"     

"Kalian! Tangkap berandal ini. Dia cukup tampan. Dia pasti bisa terjual cukup mahal."     

Orang-orangnya bergerak maju, menangkap Chu Qiao yang terluka parah serta Liang Shao Qing yang tak berdaya dengan mudah.     

Bos Mu melambaikan tangannya, memberi isyarat. "Ayo jalan! Kembali ke pasar!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.