Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 77



Bab 77

0Wajah gadis muda itu sangat serius. Dengan dingin, dia berkata, "Minggir."     
0

"Sungguh naif!" Zhuge Yue menyeringai.     

Dengan sekelebat, Chu Qiao berlari ke depan dengan gesit, mengepalkan tinjunya dan memutar punggungnya. Zhuge Yue menyambutnya, membalas dengan beberapa pukulan. Mereka berdua sangat lincah, pukulan mereka sangat terampil, saling mengimbangi pukulan demi pukulan. Dengan angin dingin yang menerpa mereka, tinju mereka mendarat di dada satu sama lain dengan tenaga yang cukup besar. Keduanya mengerang, dan mundur dua langkah, semakin menunjukkan kalau kekuatan mereka seimbang.     

"Yan Xun tidak akan berhasil dengan pemberontakannya. Ba Lei dan Wei Shuhua telah memasang perangkap. Pengkhianat yang melawan kekaisaran hanya akan mati."     

Chu Qiao menyeringai. Dia menyeka keringat di dahi dengan tangannya, dan berkata, "Dasar budak!"     

Zhuge Yue meradang. Dia menjawab dengan suara rendah, "Apa katamu?"     

"Zhuge Yue, di masa lalu aku selalu mengira kamu seorang bangsawan yang egois, tidak manusiawi dan hanya memikirkan dirinya sendiri. Hari ini, aku menyadari bahwa kamu hanya seorang budak, seorang pesuruh bermarga Zhao."     

Zhuge Yue mempertahankan wajah yang tabah. "Aku bukan setia kepada keluarga Zhao, melainkan kepada Kekaisaran Xia."     

"Apa bedanya?" Chu Qiao menyeringai dan melanjutkan, "Berhenti membahas pengkhianat. Hanya pemenang yang penting. Siapa tahu, buku sejarah di masa depan mungkin menggambarkan kamu sebagai seorang pesuruh, seorang kaki tangan? Sejarah hanya ditentukan oleh kata-kata para pemenang."     

"Kamu sangat memercayainya," Zhuge Yue menyeringai. "Aku ingin membuka mataku dan melihat bagaimana dia bisa kabur dari gerbang Zhen Huang."     

Chu Qiao menyipitkan matanya, dan menjawab, "Sayangnya kamu tidak punya kesempatan untuk itu."     

Aura membunuh terasa mencekam. Gadis muda itu mencabut belatinya dan mulai bertukar pukulan dengan Zhuge Yue. Di bawah sinar bulan, kedua bayangan melompat ke sana kemari dengan kelincahan yang tak tertandingi, bertarung di rerumputan.     

"Kalau kamu mengikutinya, pada akhirnya kamu akan mati juga!" Zhuge Yue membalas dan mencabut belatinya, sambil maju ke depan.     

"Terima kasih atas perhatianmu, tetapi jaga dirimu sendiri terlebih dahulu!" Chu Qiao bersalto di udara, mendarat dengan berat di bahu Zhuge Yue. Dia mengeluarkan belatinya dan bersiap untuk menancapkannya ke dalam bahu Zhuge Yue dengan sebuah serangan tanpa ampun.     

"Orang yang tidak adil ditakdirkan untuk hancur. Jangan memaksaku bertindak!"     

"Kita adalah musuh bebuyutan. Tidak perlu menunjukkan belas kasihan."     

"Siapa di sana?" Langkah kaki yang tidak teratur terdengar dari kejauhan. Mereka berdua terdiam, menghentikan gerakan mereka dan berlari menuju semak-semak yang tebal dan rimbun di kiri mereka. Saat mereka mulai berlari dan bersembunyi, mereka saling menyadari kalau lawannya juga berlari ke arah yang sama. Untuk sesaat, mereka lupa kalau sedang dikejar dan melanjutkan pertarungan mereka. "Ke arah timur, ayo kejar!"     

Penjaga istana mendekat dengan cepat. Zhuge Yue mengernyit dan mencengkeram pergelangan tangan Chu Qiao, mendesis, "Apa kamu mau mati? Masih terus bertarung?"     

Chu Qiao mengangkat alisnya dan membalas, "Mengapa kamu mengikutiku?"     

Zhuge Yue menjawab dengan marah, "Siapa yang mengikuti kamu?"     

"Di depan, cepat!"     

Dengan cepat, Chu Qiao menendang betis Zhuge Yue. Zhuge Yue menatap mata Chu Qiao dengan marah dan memaki, "Wanita gila, kamu tidak tahu batasanmu!"     

Gadis muda itu, setengah berlutut di tanah, menjawab dengan dingin, "Penguntit jahat!"     

"Cepat!" Suara itu terdengar berjarak 10 langkah dari mereka. Mereka berdua terkejut, berhenti bertarung satu sama lain dan berguling ke dalam semak yang rimbun.     

"Di mana mereka?"     

"Bos, kamu pasti salah dengar."     

Pimpinan penjaga itu menggeleng dengan hati-hati dan berkata, "Tidak mungkin. Aku melihat beberapa bayangan di sini."     

"Bos, itu pasti kucing. Di halaman ini ada banyak sekali kucing."     

"Tidak. Aku melihatnya sendiri." Pimpinan itu berkata dengan suara rendah, "Periksa di sekitar. Ini adalah malam ulang tahun Yang Mulia, pastikan tidak ada masalah."     

"Baik!" kelompok penjaga itu perlahan berjalan pergi. Dua pasang mata yang waspada menatap keluar dengan hati-hati, sampai para penjaga menghilang keluar dari pandangan.     

Terdengar bunyi hantaman. Zhuge Yue merasakan sakit yang pedih di perutnya. Sebelum dia sempat bereaksi, Chu Qiao melompat ke atasnya, menekannya ke tanah. Zhuge Yue tidak menyangka dia akan menyerang di saat ini, dan menjadi lengah karena gerakan gadis itu yang tiba-tiba. Chu Qiao sangat gesit dan terampil; saat perhatian Zhuge Yue sedikit teralihkan sudah cukup untuk dimanfaatkan oleh Chu Qiao. Lututnya menghantam perut Zhuge Yue, membuatnya nyaris teriak kesakitan. Detik berikutnya, Zhuge Yue sudah diikat oleh Chu Qiao.     

"Karena kamu tidak membawa lebih banyak orang untuk menangkapku, aku akan mengampunimu hari ini." Chu Qiao berdiri, melihat ke bawah ke arah Zhuge Yue yang mengamuk. Dia berkata dengan dingin, "Zhuge Yue, kamu tidak mengadukan aku delapan tahun lalu, memilih untuk mengampuni aku. Aku berterima kasih untuk itu, tetapi itu tidak menghapus dendam di antara kita. Sebagai anggota keluarga bangsawan, membunuh beberapa orang budak tidak berarti apapun bagimu. Namun, orang-orang itu berharga bagiku. Kamu melukai Yan Xun, mencegah kita melarikan diri dari ibu kota dan membuat kita dipenjara selama delapan tahun. Sejak awal kita musuh, dan akan tetap seperti itu sampai akhir, tidak akan berubah. Kuharap kamu mengerti. Aku tidak membunuhmu hari ini, tetapi tidak berarti aku tidak akan membunuhmu di masa depan. Sebaiknya kamu berhati-hati jika bertemu denganku lagi."     

Zhuge Yue membara dengan amarah. Saat dia melihat Chu Qiao berjalan pergi, dia menjawab, "Kamu pasti mati jika keluar dari ibu kota sekarang. Bagaimana kamu bisa membunuhku di masa depan?"     

Chu Qiao berbalik badan, tersenyum, dan menjawab dengan tenang, "Apakah kamu tidak percaya padanya? Aku rasa tidak. Bagaimana kalau kita bertaruh?"     

Zhuge Yue menatapnya dengan dingin, tersenyum jahat, tetapi tetap diam.     

"Kamu bertaruh kalau kami tidak akan bisa kabur dari sini, dan akan mati. Aku percaya kalau bukan hanya kami bisa berjalan keluar, namun kami akan melakukannya terang-terangan. Kami akan memberi tahu seluruh dunia, dan mengabari Yan Bei kalau penguasa mereka telah kembali!" Chu Qiao menyatakan.     

Saat ini, wajah gadis muda itu bersinar terang seperti matahari terbenam. Di dalam kegelapan, dia tampak begitu memukau. Hal ini menunjukkan kalau dia percaya sepenuhnya kepada Yan Xun, tanpa sedikitpun kecurigaan atau rasa takut. Tiba-tiba, Zhuge Yue merasa senyuman gadis itu menyebalkan. Dia merasa benci. Mengapa orang yang dia percayai bukan dirinya?     

Gadis itu melihat ke arahnya dan berkata dengan percaya diri, "Zhuge Yue, tunggu dan lihatlah!"     

Malam itu adalah malam yang tak terlupakan bagi Zhuge Yue. Bahkan setelah bertahun-tahun, dia tidak bisa melupakan wajah gadis itu saat dia pergi, dan kata-katanya yang penuh percaya diri. Zhuge Yue, tunggu dan lihatlah.     

Memang benar, dia berdiri di sana dan melihat gadis itu menghilang dari pandangannya, seperti embusan angin dan awan, sama dengan kejadian delapan tahun lalu, saat gadis itu berteriak, "Zhuge Yue, Lin Xi tidak akan mati sia-sia!" Chu Qiao adalah orang yang melakukan apa yang dia katakan. Saat keadaan berubah dan kekacauan muncul di masa lalu, mengganggu hidup mereka dan menghancurkan impian mereka, Zhuge Yue selalu menyesalkan apa yang terjadi di malam itu. Kalau dia tahu apa yang akan terjadi setelah itu, apakah dia akan berdiri diam dan melihat Chu Qiao pergi? Apakah dia akan melepaskan gadis itu tanpa berkata apapun? Namun, tidak ada "kalau saja" di dunia ini. Zhuge Yue berbaring diam di atas rumput yang dingin membeku, melihat gadis muda itu menghilang di dalam bayangan, bagaikan burung phoneix yang congkak sedang memasuki dunia yang baru.     

Cahaya terang mendadak muncul di kaki langit!     

"Yang Mulia!" Sebuah suara yang kebingungan tiba-tiba terdengar dari luar paviliun. Seorang kasim berlari ke dalam perlahan, lalu berlutut di tanah, sambil menangis dan berkata, "Yang Mulia, Tuan Putri Chun, Tuan Putri Chun … dia …."     

"Apa yang terjadi dengan Adik Kedelapan?" Zhao Song berdiri dan membentak.     

Kasim itu di lantai. Dia menjawab lantang, "Tuan Putri Chun, dia melarikan diri!"     

"Apa?" Selir Mulia Shu mengangkat alisnya, lalu bertanya keras, "Bagaimana dia kabur? Ke mana dia lari? Begitu banyak orang yang mengawasinya, tetapi kalian masih membiarkan dia melarikan diri! Apa gunanya kalian?"     

"Hamba pantas mati, hamba pantas mati!" kasim tua itu berteriak. "Yang Mulia, tolong ampuni nyawa hamba!"     

Saat pernikahan sudah dekat, mempelai wanita melarikan diri. Semua orang saling menatap tidak percaya.     

Zhao Che berdiri, lalu berkata dengan nada mendalam, "Diam. Ulangi dengan jelas. Kapan sang tuan putri melarikan diri, dan ke arah mana dia lari?"     

Saat kasim tua itu bersiap berbicara, dia terpotong oleh suara genderang dari luar. Sebuah sirene yang tajam dan melengking berbunyi. Di tengah masa genting ini, badai mulai terbentuk.     

"Ada apa di luar sana?" sang Kaisar mengernyit, bertanya dengan nada mendalam.     

"Lapor!" Sebuah suara menggema dari kejauhan. Seorang pengawal kekaisaran, berpakaian hijau, menerobos masuk ke dalam paviliun tanpa permisi, dan berkata tegas, "Yang Mulia, para Selir Kaisar, Pangeran Agung dan para tetua, silakan pindah ke tempat yang aman. Terjadi kebakaran di dalam istana. Apinya sangat besar dan tidak bisa dikendalikan."     

"Kebakaran?" Pangeran ketiga, Zhao Qi, terdiam. Dia berkata dengan tidak percaya, "Kebakaran di mana? Mana Biro Air? Kenapa tidak ada orang yang memadamkan api?"     

"Kami sudah mengirim orang ke Biro Air, tetapi belum ada kabar dari mereka. Sedangkan lokasi kebakarannya, saya tidak tahu. Saya hanya melihat api sudah di mana-mana. Yang Mulia, mari bergerak. Api itu sedang menyebar ke Paviliun Fang Gui."     

"Lancangnya!" Zhao Qi mengamuk. "Apakah Sun Yunpu sudah tidak menginginkan pekerjaannya lagi?"     

"Tidak ada gunanya menyalahkan orang saat ini. Ayah, api mulai lepas kendali, mari tinggalkan tempat ini," Zhao Che berkata dengan mendalam.     

Kaisar Xia itu mengernyit lalu mengangguk, bersiap untuk berdiri. Dua orang kasim di sampingnya bergegas maju untuk merapikan lengan bajunya, namun sebelum mereka sempat melakukan itu, teriakan lain terdengar. Prajurit lain, berlutut di tanah, berteriak, "Yang Mulia, tolong jangan tinggalkan Paviliun Fang Gui. Di luar tidak aman. Sekelompok pembunuh sudah menyusupi istana dan membunuh lebih dari enam puluh orang. Korban jiwa masih terus bertambah!"     

Mendengar kata-kata ini, para pejabat menjadi semakin panik. Suara orang-orang berbicara mulai muncul.     

Zhao Che merengut, bertanya, "Siapa yang sudah terbunuh?"     

Prajurit itu menjawab, "Letnan Kolonel He, komandan dari Pasukan Yulin, Letnan Kolonel Lu dari gerbang barat, Komandan Yu dari gerbang utara, para pembawa pesan yang ditugaskan di setiap pos, Tuan Sun Yunpu, kepala Biro Air, para prajurit yang menjaga gerbang barat daya …."     

Saat prajurit itu membaca lebih banyak nama lagi, Zhao Che dan sang veteran perang, Jenderal Meng Tian, saling menatap mata satu sama lain. Yang mereka lihat di dalam mata satu sama lain adalah rasa takut yang sulit dimengerti. Walaupun orang-orang yang dibunuh tampaknya tidak ada hubungan, kalau diperhatikan lebih mendalam, ini menyiapkan kondisi yang sempurna untuk memulai pemberontakan. Dengan tewasnya orang-orang ini, semua pemimpin tingkat menengah telah dihabisi, hal ini sangat melemahkan pasukan kekaisaran dan memutuskan sistem relai antara para petinggi di ibu kota kekaisaran. Perintah yang dikeluarkan tidak bisa disampaikan.     

Pada malam ini, apa lagi yang sedang terjadi tanpa sepengetahuan mereka?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.