Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 70



Bab 70

0"Anda sudah berniat untuk menuduh saya, penjelasan apa lagi yang bisa kuberikan?" Muhe Nayun mendengus dan menjawab perlahan, "Kalau kamu mau, kamu bisa membawanya kepada Kaisar. Dengan kebijaksanaannya, dia pasti akan memberikan penilaian yang adil."     
0

"Tapi, saya tetap ingin mendengar penjelasan Kakak," jawab Nyonya Shu.     

Berputar dengan perlahan, tatapan Muhe Nayun sudah sedingin es. Menatap tepat ke Nyonya Shu, aura anggun dan bangsawannya tiba-tiba dipancarkan. Dengan sombong, dia tersenyum dan berkata, "Kalau aku menjadi kamu, aku pasti tidak akan melakukan itu hari ini."     

Tertegun, Nyonya Shu terkejut. Jelas dia tidak menyangka hal ini.     

Muhe Nayun lanjut berbicara, "Wanita di dalam istana pertama diurutkan berdasarkan garis keturunan, kedua berdasarkan kesayangan sang Kaisar, dan terakhir, berdasarkan anak mereka. Nyonya Shu, kita berdua masuk ke dalam istana di tahun yang sama dan sama-sama mulai sebagai pelayan rendah. Dari segala sisi, kamu tidak lebih rendah dariku, tetapi mengapa aku sudah menjadi Permaisuri selama sepuluh tahun, namun sampai sekarang kamu masih seorang selir? Apakah kamu pernah memikirkan alasannya?"     

Wajah Nyonya Shu membeku, tidak tersisa setitik pun senyuman di wajahnya. Muhe Nayun melanjutkan, "Alasan untuk ini adalah karena kamu bodoh. Bertikai untuk hal-hal kecil, pandanganmu pendek dan hanya sombong untuk memuaskan egomu sendiri. Pada akhirnya kamu tidak sanggup mencapai hal besar. Kamu hanya beruntung terlahir di keluarga yang baik dengan tetua yang baik."     

"Beraninya kamu!" salah satu pelayan di samping Nyonya Shu berbicara lantang.     

Membentak kembali dengan galak, "Beraninya aku? Beraninya kamu! Sang Permaisuri sedang berbicara dengan majikanmu. Sejak kapan menjadi giliranmu seorang pelayan rendah untuk berbicara?"     

"Keluarga Muhe sudah jatuh. Jika aku jadi kamu, aku tidak akan berdiri di sini saat ini. Dibandingkan denganku, bukankah kamu seharusnya berpikir kalau orang dari istana Lan Xuan adalah sebuah ancaman?"     

Muhe Nayun menyeringai. "Anda berpikir bahwa kaisar masih akan membiarkan keluarga Wei untuk menjadi keluarga Muhe berikutnya? Meskipun keluarga Muhe telah jatuh, saya adalah orang terbaik untuk mengimbangi yang lainnya. Dalam kehidupan ini, Anda tidak akan pernah menjadi Permaisuri. Tidak peduli betapa baik reputasi keluarga Wei di luar istana, tetapi Anda hanyalah selir di istana Xia. Saranku untukmu adalah untuk belajar bagaimana bersikap yang baik dan sopan santun, belajar tentang kapan harus maju dan kapan harus merendahkan diri, dan bahkan dasar-dasar hierarki. Permaisuri kerajaan Xia hanya aku seorang, Muhe Nayun. Ini akan berlaku di masa lalu, di masa sekarang, dan di masa depan. Kamu? Lupakan saja."     

Angin bertiup, menerbangkan ujung pakaian Muhe Nayun. Wajahnya terlihat bangga dan percaya diri, dengan rambut panjang seperti air terjun. Dia tampak seperti sudah berusia 30 tahun, setiap gerakannya penuh dengan keanggunan dan kemuliaan.     

Nyonya Shu berdiri diam di tempatnya saat dia menatap bayangan Muhe Nayun yang berjalan pergi menjauh, wajahnya penuh dengan kesuraman. Tepat ketika dia hendak berbalik dan pergi, dia melihat pelayan yang telah berlutut untuk menghormati sang Permaisuri sebelumnya. "Bawa dia pergi dan penggal dia."     

"Nyonya! Ampuni saya!" pelayan itu terkejut, sambil terjatuh dan berteriak.     

Tanpa berbalik, Nyonya Shu dengan cepat berjalan keluar dari halaman. Koridor kembali tenang, hanya terdengar kicauan burung gereja, dan danau yang memantulkan sinar matahari yang lembut.     

Pintu membuka, sinar matahari menerangi ruangan. Chu Qiao menyipitkan matanya saat dia mengalihkan tatapannya pada orang di sampingnya. Pria itu terlihat ramping dan kurus. Dia mengenakan pakaian merah gelap yang disulam dengan elang hitam. Tatapannya tegas dan bibirnya merah tua. Pria itu perlahan memutar kepalanya ke arah Chu Qiao.     

Angin dingin bertiup di antara mereka dan membawa suasana yang dingin. Tatapan pria itu tetap dingin, tidak menunjukkan sedikitpun emosi. Pria ini selalu tampak tanpa emosi, seperti patung. Sambil mengambil dua langkah mundur, Chu Qiao acuh tak acuh menatap pria di depannya, seolah-olah dia tidak ingat orang ini.     

Angin musim semi bertiup dan menerbangkan banyak debu yang tergeletak di tanah ke udara dingin. Lalu, mereka berdua berhenti menatap satu sama lain secara bersamaan, dan menatap ke ruang kosong di depan mereka. Hanya berlalu dengan bahu yang saling bersentuhan, mereka tidak lagi memperhatikan satu sama lain. Dari awal hingga akhir, mereka tidak berbagi jalan yang sama. Bahkan jika takdir mengatur berbagai pertemuan, hampir seolah menggoda mereka, itu hanyalah pertemuan sementara. Seperti komet di ruang yang luas, mereka akan berpapasan satu sama lain hanya untuk melanjutkan jalan mereka masing-masing.     

Sementara itu, di hutan bambu lebat, pakaian merah gelap berkibar. "Tuan, semuanya sudah siap," seorang pelayan berjalan dan memberi tahu dia dengan tenang. Zhuge Yue mengerutkan kening sedikit tetapi ragu-ragu untuk berbicara. Cuacanya tidak terlalu panas, tetapi pelayannya sudah sangat gelisah menunggu jawaban, keringatnya sudah bercucuran. Setelah dua menit berlalu, Zhuge Yue akhirnya mengangguk dan berkata, "Silakan."     

Dalam angin dingin, aroma darah berbau busuk tercium di istana Sheng Jin. Tepat ketika Chu Qiao sampai di ruang depan, banyak orang melesat. Alun-alun dipenuhi dengan bunga echinacea ungu. Yan Xun berdiri tegak, menunggunya dari jauh. Chu Qiao mempercepat langkahnya. Menyadari kedatangan Chu Qiao, Yan Xun tersenyum dan juga mendekatinya.     

"QiaoQiao!" Li Ce juga sedang di dekat sana. Memakai jubah berwarna merah terang, dia dengan bersemangat melambai pada Chu Qiao. Sebelum ekspresi jijik Chu Qiao bisa terlihat di seluruh wajahnya, bel yang tajam berbunyi kencang. Semua orang mengangkat kepala mereka dengan kaget dan ketakutan, melihat istana Xie Fang.     

"Pembunuh! Permaisuri telah wafat!" Suara tajam dari kasim, diwarnai dengan kesedihan, bergema di udara seperti lonceng kematian. Semua orang langsung menjadi pucat. Pelayan yang mengenakan gaun militer hitam berlari melintasi halaman seperti banjir, menuju tempat kejadian. Keheningan berlangsung selama beberapa saat, sebelum suara tangisan pecah di seluruh istana Sheng Jin.     

"Permaisuri Muhe Nayun, lahir di dalam keluarga yang di masa lalu paling berkuasa, Keluarga Muhe, memasuki istana pada usia 13 tahun. Dia menduduki kursi Permaisuri di usia 30 tahun. Sebagai pembawa Stempel Phoenix selama sepuluh tahun, dia memerintah lebih dari enam istana. Hanya patuh kepada Kaisar, tidak ada yang berani tidak mematuhi dia," kata kasim itu.     

Wajah Chu Qiao pucat seperti hantu. Dia berbalik, hanya untuk melihat bahwa wajah Yan Xun mencerminkan ketakutan yang sama. Pada saat ini, istana yang dimaksud adalah tempat yang baru saja dia lewati. Jika pembunuhan itu terjadi beberapa menit sebelumnya, dia pasti tidak akan berdiri di sini hidup-hidup!     

Lonceng kematian berdentang, sekali, dan kemudian sembilan kali lagi. Sembilan lonceng ini pendek, tetapi terasa lama sekali. Semua yang sedang berjalan dan berdiri, baik mereka tentara ataupun pelayan wanita, kasim ataupun pejabat, semua orang berbalik menghadap ke arah Kompleks Harem Kekaisaran dan bersujud. Istana bagian dalam dipenuhi keheningan yang memekakkan telinga, dan bahkan aula depan yang biasa ramai kehilangan semua gumaman dan percakapan. Dentingan berhenti selama beberapa saat, sebelum berlanjut lagi. Kali ini, bahkan lebih keras dari sebelumnya. Dan kemudian, satu orang, dua orang, sepuluh orang, dan kemudian seratus, seribu. Semua berlutut berturut-turut dan bersujud ke arah istana Xie Fang.     

Mulut Chu Qiao menganga, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar. Pikirannya hanya memikirkan wanita bertangan besi yang mewakili keluarga Muhe, yang berdiri tegak di posisinya sebagai Permaisuri dan menguasai setengah dari Kerajaan Xia selama sepuluh tahun. Dia memikirkan kata-kata tegas yang ditinggalkan oleh wanita itu: Permaisuri Kerajaan Xia, hanya akan ada aku Muhe Nayun sendiri dan itu akan berlaku, tidak peduli apakah itu di masa lalu, di masa sekarang, atau di masa depan. Kata-kata ini masih terngiang di telinganya, tetapi orang yang mengatakan itu sudah tiada. Ada kekuatan berbahaya lain apa yang disembunyikan oleh istana yang indah ini?     

Suara nyaring meratap menembus langit, tangisan datang bahkan dari luar gerbang Zi Jin.     

Tahun 773 dari kalender Bai Cang, pada hari ke-9 bulan kelima, sang Permaisuri meninggal. Ratusan pejabat menangis dalam kesedihan di luar gerbang Zi Jin, dengan puluhan ribu warga sipil bergabung untuk berkabung di seluruh kekaisaran. Pada hari ke-16 bulan kelima, prosesi pemakaman dimulai, mulai dari Jalan Tai Qing, deretan kereta kuda itu berbaris beberapa mil. Raja Xi Huai, mengikuti peraturan adat, mengikuti peti mati sepanjang jalan, sampai ke kuburan kerajaan di Gunung Jiu En.     

Dalam catatan sejarah, Muhe Nayun dideskripsikan hanya dengan beberapa kalimat yang tegas. Di balik tampilan yang begitu mulia, bahkan tidak ada gelar tambahan setelah meninggal. Mengenai penyebab kematian, hanya ada kata "wafat", tidak ada penjelasan lain. Ini mewakili terbenamnya sisa-sisa terakhir dari keluarga Muhe yang di masa lalu berkuasa di panggung sejarah. Pertemuan para tetua sekarang hanya memiliki enam peserta, bukan tujuh orang seperti biasanya, dan dengan kematian Muhe Nayun, mereka yang berharap naik untuk mengisi kekosongan akan menjadi lebih aktif.     

Pada hari prosesi pemakaman, Chu Qiao berdiri di menara jam di sudut barat daya istana kerajaan, dan mengamati dekorasi putih yang tampak begitu luas hingga tak terbatas. Seluruh prosesi tampak seperti pemandangan dalam adegan mimpi yang indah. Yan Xun berdiri di sampingnya, tatapannya acuh tak acuh seperti biasanya, dengan emosi yang tak terbaca. Namun ketika dia berbalik untuk meninggalkan tempat itu, Chu Qiao memperhatikan bahwa pagar yang dia cengkeram meninggalkan tanda yang jelas dari kelima jarinya.     

Bagaimana mungkin dia lupa bahwa kavaleri pertama yang melangkah ke padang rumput Yan Bei adalah milik Muhe, dan bagaimana dia bisa melupakan, penghinaan yang diterima Yan Hongxiao, bahkan setelah kematian. Ketika keluarga Muhe jatuh, satu demi satu, kebencian antara Yan Bei dan keluarga Muhe akhirnya berakhir di tengah semua pertumpahan darah.     

Pada perjalanan kembali ke Lapangan Ying Ge, Chu Qiao tiba-tiba melihat Pangeran Ketujuh Zhao Che. Pangeran muda itu mengenakan pakaian hijau muda. Hanya ikat pinggang dan lengan jubahnya yang putih. Warna hijau ini sangat kontras dengan warna putih bersih yang memenuhi seluruh kota.     

Wajah Zhao Che terlihat tanpa emosi saat dia berdiri tegak di paviliun bundar di atas bukit. Gerimis membawa kabut, mengaburkan wajahnya. Chu Qiao, dengan payungnya terbuka, mengangkat kepalanya untuk melihatnya. Akibatnya, gerimis membasahi sisi sepatu, bersama dengan sudut gaunnya.     

Zhao Che mengangkat kepalanya saat dia menatap ke langit yang jauh di arah barat. Chu Qiao tahu di arah itu adalah dataran tinggi legenda, di mana nenek moyang dari Kekaisaran Xia berasal. Mereka menunggang kuda dan mengayunkan pedang. Dengan darah dan keyakinan, mereka menyatukan semua suku di dataran dan membentuk negara besar ini. Ketika mereka meninggal, semangat mereka akan kembali ke rumah mereka, untuk selamanya beristirahat dengan damai di tanah merah itu.     

Makam agung Kekaisaran Xia juga terletak di bawah Gunung Jiu En. Menurut kata-kata orang pada umumnya, ada sebuah kuil besar di atas gunung itu dengan obor-obor yang terbuat dari lemak ikan paus yang terus terbakar menyala siang dan malam selama ribuan tahun.     

Gerimis itu bertiup ke samping, mengenai payung. Sosok perempuan muda itu disembunyikan di balik semak-semak bunga dan dedaunan, dengan hanya sudut putih gaunnya yang terlihat berkibar.     

Untuk mencegah keluarga Muhe menjadi terlalu kuat, begitu dilahirkan, Pangeran Ketujuh Zhao Che diberikan kepada putri Tetua Cendekiawan dari Majelis Wen Hua, selir Yuan. Sebagai satu-satunya selir dalam kehidupan Kaisar Xia yang benar-benar disayangi sang Kaisar, Nyonya Yuan agak istimewa. Mengikuti Cendekiawan Ahli Yuan dari Kekaisaran Tang, meskipun ia tidak memiliki garis keturunan khusus, ia sangat disukai oleh Kaisar selama tujuh belas tahun. Tetapi pada ulang tahun ke-17 Zhao Che, di hadapan banyak orang, dia bunuh diri dengan melompat ke danau.     

Mengenai kematian Nyonya Yuan, tidak ada yang tahu penyebab sebenarnya. Desas-desus yang beredar adalah Permaisuri yang berada di belakang semua ini, yang memaksa Nyonya Yuan untuk bunuh diri, tetapi Kaisar tidak bereaksi. Setelah kematian Nyonya Yuan, ia melanjutkan sidang harian dan melanjutkan tanggung jawabnya sebagai penguasa, sepenuhnya sesuai dengan citra penguasa yang bijaksana. Meskipun, sejak kejadian itu, dia belum menerima satu pun selir baru.     

Zhao Che juga menjauh dari ibu kandungnya karena kematian ibu tirinya. Akhirnya, karena perbedaan pandangan politik, dia berbalik melawan keluarganya dan akhirnya dikirim ke perbatasan tanpa bantuan. Tetapi ketika keluarga Muhe jatuh, adik laki-lakinya, Raja Xi Huai dan adik perempuannya, Putri Chun, menjadi terlibat dan reputasi mereka mendapatkan pukulan berat. Hanya dia saja yang tidak terpengaruh sedikit pun, dan seperti biasa, memegang tanggung jawab berat dan kekuatan besar.     

Sering kali, apa yang ada di permukaan mungkin tidak benar. Chu Qiao berbalik dan berjalan menjauh dari pangeran muda yang telah mencapai begitu banyak keberhasilan, meskipun terasing dari keluarganya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.