THE RICHMAN

The Richman - Anger of Father



The Richman - Anger of Father

0Oliver mendapatkan kabar bahwa puterinya dan Lucas mengalami kecelakaan di perbatasan Brooklyn dan segera kesana untuk menjemput dua anak muda itu. Setibanya di lokasi, wajah Oliver sudah muram. Meski dia benar-benar ingin marah, tapi dia tak tahu bagaimana menjelaskan situasinya pada sang puteri.     
0

Mobil Oliver menepi dan dia segera berkomunikasi dengan polisi lalulintas yang bertugas kemudian menghampiri dua anak muda yang duduk di pos.     

"Masuk ke mobil." Oliver menatap Lucas, dan pria muda itu mengangguk. Dia tampak kikuk dan sungkan setelah melihat Oliver, dia berpikir bahwa pria itu akan memukulnya seperti yang selalu ayahnya lakukan setiap kali dia berbuat salah. Tapin nyatanya tidak, meski wajahnya terlihat begitu kesal, Oliver tidak menghajar Lucas, dan pria muda itu justru merasa semakin tidak enak hati sudah berusaha menghianati kepercayaan Prosekutor Oliver Hawkins.     

Oliver menghampiri puterinya dan Elea yang selama ini tak begitu dekat dengan sang ayah, terutama semenjak hari kelulusannya yang tidak dihadiri oleh ayahnya itu, dia tampak acuh. Elea berjalan meninnggalkan Olvier dan langsung masuk ke dalam mobil ayahnya itu dan memasang sabuk pengaman. Oliver mengangkat tangannya, seolah tak tahu lagi bagiamana menangani puterinya itu.     

Oliver berjalan ke arah mobil kemudian masuk ke dalam mobil dan duduk di belakang kemudi. Tanpa banyak bicara dia memasang sabuk pengaman kemudian menyalakan mesin mobil dan memutar kemudi kemudian meninggalkan pos polisi menuju jalan raya.     

"Apa yang coba kalian lakukan?" Tanya Oliver, dia melihat ke arah spion, tepat ke arah bayangan Lucas yang juga menatap pria itu.     

Elea mengambil kesalahan itu dan membebankannya di bahunya, "Aku ingin menemui Michaell, dan Lucas memaksa untuk mengawasiku." Bohong Elea.     

Alis Oliver berkerut dalam, dia menatap ke arah Lucas yang memilih bungkam sementara Elea melindunginya. Pria itu hanya menghela nafas dalam, rahangnya mengeras sekilas. "Benar begitu Lucas?" Tanya Oliver, dan Lucas mengangguk.     

Elea melipat tangannya di dada, dia terlihat kesal. Sejurus kemudian sang ayah kembali berujar, "Jangan coba-coba menyembunyikan sesuatu dariku." Tegasnya.     

Elea menoleh ke arah ayahnya, "Jangan berceramah soal kebohongan, Dad. Daddy bahkan tak mengatakan dengan jujur pada kami siapa sebenarnya Lucas Durrant." Sanggah Elea.     

Oliver menepikan mobil dan mematikan mesin mobil, "Apa maksudmu?" Tanya Oliver pada sang puteri.     

"Aku tahu siapa Lucas sebenarnya." Jawab Elea.     

Rahang Oliver mengeras, dia menoleh ke arah Lucas yang tertunduk tak memberi jawaban. "Ok . . ." Oliver melunak, dia mencoba memberikan kesepakatan pada sang puteri, "Kau sudah tahu siapa Lucas, dan yang harus kita lakukan hanyalah menyembunyikan identitasnya sampai masalah yang daddy tangani selesai. Setelah itu Lucas akan pergi dari Staten Island dan kau bisa kembali ke Brooklyn." Ujar Oliver.     

Alis Elea berkerut, dia menoleh ke arah Lucas dan kemudian menatap ayahnya, "Ok." Jawab Elea.     

"Ok, jangan sampai mommy tahu soal ini." Oliver menatap puterinya dan Elea mengangguk. Sementara Lucas tak banyak berkomentar, hari ini Elea sudah menyelamatkan nyawanya dan dia tidak pernah merasa memiliki ikatan yang lebih dari ikatan darah seperti yang dia rasakan pada keluarga ini. Meskipun belum lama Lucas berada dekat dengan keluarga ini.     

***     

Setibanya di rumah, Lucas segera masuk ke dalam kamar di ikuti oleh Oliver yang segera menyusulnya dan menutup pintu, menguncinya dari dalam. Pria muda itu terlihat gusar, sementara kemarahan Olvier tak terelakkan lagi.     

"Apa yang coba kau lakukan!" Oliver berkata dari celah giginya yang terkatup rapat. Lucas menghela nafas dalam dan memilih tak menjawab.     

"Jangan sekali-kali melibatkan puteriku dan dekat dengannya!" Ancam Oliver lagi. "Kau pikir aku percaya bahwa kau menumpang mobil Elea dan berniat untuk mengawasinya?!" Mata Olvier menatap Lucas tajam, tapi pria muda itu hanya tertuntuk sembari memegangi kepalanya.     

"Nyawamu dalam bahaya!" Oliver mendengus kesal. "Bagimana aku harus mengatakan padamu bahwa di sini adalah tempat paling aman bagimu sampai kasusku terpecahkan. Kau dan ayahmu akan hidup bebas dan kau bisa melakukan apapun sesukamu, tapi tidak sekarang!" Oliver menatap Lucas. "LIHAT MATAKU!" Geramnya, dan Lucas melihatnya beberapa saat lalu tertunduk lagi.     

"Jangan ulangi perbuatanmu lagi, besok kau akan dipasang electronic handcuffs, aku bisa melacak keberadaanmu dari signal yang terpancar di borgol itu." Kesal Oliver. "Kau memaksaku melakukannya!" Oliver berkacak pinggang, seolah pria itu benar-benar kehabisan akal mengahdapi anak muda di hadapannya.     

Oliver tahu betul bahwa Lucas Durrant memiliki hati yang tulus, dia juga memiliki jiwa yang lembut, hanya saja situasi memaksanya menjalani kehidupan yang tak terlalu manis bahkan sejak dia kanak-kanak. Oliver benar-benar ingin agar Lucas memiliki kehidupan yang baik, membuat jalannya sendiri, dan mati-matian Oliver berusaha menjaga agar anak muda di hadapannya itu tetap hidup.     

Lucas bangkit berdiri dan menatap sang prosekutor, "Karena besok aku akan di borgol, bisakah aku menghirup udara segar setidaknya hari ini saja?" Tanya Lucas.     

"Hanya di sekitar sini."     

"Ya." Angguk Lucas.     

Oliver membuka pintu dan meninggalkan Lucas di dalam kamarnya. Terlebih mendadak Oliver menerima telepon yang mengharuskannya menemui seseorang selarut ini. Sheina sudah menyiapkan makan malam, dan hanya Lionel yang duduk di meja makan bersamnya. Beberapa saat lalu Elea sempat makan bersamanya tapi kemudian memilih untuk keluar rumah menjernihkan pikirannya.     

Yang Sheina tahu bahwa puterinya mengalami hari buruk karena tak berhasil bertemu dengan mantan kekasihnya dan justru dibawa pulang oleh ayahnya setelah hampir mengalami kecelakaan di perbatasan Brooklyn.     

"Apa Elea baik-baik saja mom?" Tanya Lionel.     

"Dia akan baik-baik saja." Ujar Sheina.     

Olvier menerima telepon dan berjalan melintasi ruang makan, "Dad, daddy tidak makan malam?" Tanya Lionel, dan Oliver mengangkat tangnnya, "Daddy harus pergi." Ujarnya sembari meninggalkan rumah.     

Sheina mengangkat bahunya setelah melihat tatapan kekecewaan di mata puteranya itu, "Selesaikan makananmu, dan naik ke kamarmu." Ujar Sheina. Lionel mengangguk dan menyelesaikan makan malamnya.     

Saat itu Lucas melintas dan Sheina memanggilnya untuk bergabung dengannya di ruang makan. "Lucas, kau tidak makan malam?" Tanya Sheina.     

"Terimakasih Mrs. Hawkins. Aku belum lapar." Jawabnya sembari berjalan keluar rumah.     

"Ada apa dengan orang-orang ini, mengapa mereka sibuk sendiri dengan dunia mereka." Gumam Sheina dalam hati. Setelah menyelesaikan makanannya, Lionel meninggalkan meja makan, dan menyisakana Sheina duduk menatap ke arah makanan yang masih banyak tersisa. Dia dengan tangannya sendiri memasak dan berharap bahwa setelah berada di rumah dan menikmati cuti panjangnya, Oliver benar-benar bisa menghabiskan lebih banyak waktu di rumah bersama dengan anak-anaknya, tapi nyatanya tidak ada yang berubah sama sekali. Dengan mood yang sudah berantakan, Sheina membereskan meja makan.     

Sementara itu Elea duduk di tepi pantai sendirian, sementara banyak juga remaja seusianya menghabiskan waktu untuk mengobrol bersama teman-temannya, atau sekedar menikmati suasana pantai di malam hari. Lucas yang gagal melarikan diri dan justru akan dipakaikan borgol elektronik mendadak butuh udara segar. Dia beridiri di kejauhan sembari melempar kerikil ke arah pantai.     

"Coba berpikir, berpikir Luke." Gumamnya dalam hati. "Jika kau pusat masalahnya, maka jika kau mengakhiri hidupmu, tentu saja tidak akan ada masalah tersisa lagi." Gumam Lucas. Dia menatap ke arah laut lepas dan mulai berjalan semakin mendekat ke arah pantai, kakinya mulai basah dari sebatas mata kaki hingga sepaha.     

Elea yang melihat itu dari kejauhan, tanpa berpikir panjang segera berlari ke arah Lucas dan menariknya. "Apa yang coba kau lakukan!" Teriak Elea dari belakang Lucas.     

"Jangan mendekat!" Lucas membalas triakan Elea.     

"Kalau kau semakin maju, maka aku akan menyusulmu." Ujar Elea.     

Lucas menghela nafas dalam, dia menghentikan langkahnya sementara air sudah berada sebatas pinggangnya. Hanya saja ombak di tempat itu tak besar, dan air cenderung tenang. Elea dengan susah payah menyeret langkahnya menerjang air hingga mendekat ke arah lucas, sementara baginya, air sudah hampir sebatas dadanya.     

"Apa yang kau lakukan? Kau ingin mati, hah?!" Tanya Elea.     

"Kembalilah, ini bukan urusanmu." Jawab Lucas.     

"Kalau kau ingin mati, maka aku akan menyusulmu, tepat di belakangmu. Sekarang tenggelamkan dirimu semakin dalam." Elea mengancam.     

Lucas menghela nafas dalam, dia menarik tangan Elea dan membawanya keluar dari dalam air. Mereka jatuh tertuduk di pinggir pantai.     

"Apa yang terjadi padamu?!" Kesal Elea.     

Lucas tertunduk, "Mecoba pergi dari kehidupan orang-orang normal seperti kalian. Kehadiranku mengacaukan semuanya." Ungkapnya dengan nafas dalam. "Bukankah kau ingin aku cepat pergi dari kehidupan keluargamu, jadi kau bisa kembali hidup normal?" Tanya Lucas.     

"Ya." Angguk Elea.     

"Kalau begitu seharusnya kau tidak melarangaku tadi." Lucas menatap Elea.     

"Aku akan membantumu melarikan diri, tapi tidak dengan bunuh diri." Ujar Elea.     

Lucas menoleh menatap Elea. "Benarkah?"     

"Ya." Angguk Elea.     

"Kalau begitu kita harus menyusun rencana." Lucas tampak bersemangat.     

"Tidak sampai kau mengatakan semuanya padaku." Jawab Elea.     

"Tidak ada yang harus ku katakan lagi, aku sudah mengatakan siapa diriku sebenarnya padamu."Ujar Lucas.     

"Ok, pikirkan masak-masak apa rencanamu dan beritahu aku. Tapi jangan sampai aku melihatmu berencana bunuh diri lagi." Elea bangkit dari tempatnya duduk dan berjalan meninggalkan lucas. Sementara Lucas rebah di bibir pantai diatas pasir, beratapkan langit malam yang bertaburan bintang.     

"Mom, are you ok?" Bisiknya dalam hati sembari melihat ke langit. Terbayang wajah mendiang ibunya, yang tak pernah tersenyum itu. Rahang Lucas mengeras sekilas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.