THE RICHMAN

The Richman - The Beginning of Disaster



The Richman - The Beginning of Disaster

0Pagi ini seperti biasa, aku mengikat dasi untuk suamiku, tapi semua kulakukan cepat, segera setelah aku selesai mengikat dasi untuknya aku harus mengambilkan jasnya, dan kubiarkan dia menyisir rambutnya sendiri.     
0

Setelah itu aku berlari ke kamar pangeranku, George, untuk menyiapkan semua keperluan sekolahnya. Ya dia sudah lima tahun lebih, hampir enam tahun jadi kami merasa bahwa dia perlu lingkungan sosial yang lebih luas, jadi aku dan Aldric sepakat untuk memasukannya ke playgroup.     

Aku memilih playgroup yang dikelola oleh Emily Cooper. Meski belakangan aku tahu bahwa dia adalah sepupu jauh Javier tapi aku memilih untuk menyembunyikan rahasia itu dari Aldric. Aku takut Aldric masih menaruh dendam pada pria di masa laluku meski kami hampir tak pernah lagi bertemu dan kontak. Emily juga tak tahu bahwa aku pernah memiliki hubungan dengan Javier awalnya. Alasan aku mempercayakan George untuk sekolah di tempat Emily mengajar adalah karena beberapa teman dan juga kenalanku menyekolahkan putera puteri mereka di sana. Sebelum benar-benar memasukkan puteraku ke sekolah itu, aku juga sudah pergi ke tempat itu untuk melakukan survey dan melihat-melihat metode pengajaran yang fun di sana.     

Aku juga tidak membuatnya berada di sekolah hampir seharian seperti teman-temannya, Aldric akan mengantar George, dan siang hari aku akan menjemputnya. Ya setidaknya rutinitas itu sudah kami lakukan hampir satu tahun belakangan ini.     

Dan dua minggu yang lalu aku datang ke sekolah dan menghabiskan seharian menunggu George di sekolah karena aku benar-benar tak memiliki kegiatan hari itu hingga saat kelas music dimana guru lain mengajar, aku sempat mengobrol dengan Emily dan aku menceritakan bahwa aku dan sepupu jauhnya, Javier adalah teman lama. Hal itu berawal dari sebuah foto yang dipajang Emily di meja kerjanya. Sebuah foto keluarga besar, disandingkan dengan beberapa foto lainnya dan ada foto Javier di sana.     

"Is he your husband?" Tanyaku berbasa-basi saat itu.     

"Oh bukan, dia sepupu jauhku. Kami jarang sekali bertemu dan kebetulan terakhir dia datang saat natal tahun lalu." Ujar Emily.     

"Sepupu?" Alisku berkerut.     

"Ya, apa kalian saling mengenal?" Tanya Emily penasaran.     

"Jika nama pria itu Javier, kurasa aku mengenalnya." Anggukku.     

"Oh Really?" Emilly tersenyum lebar, "Dunia memang begitu sempit, kau bahkan mengenal sepupu jauhku." Jelas Emily.     

"Em . . . itu sudah lama sekali, kami sudah tidak pernah berkomunikasi." Aku benar-benar tidak ingin mengingat-ingat masa lalu bersama pria lain karena hidupku sekarang sudah begitu sempurna dengan kehadiran dua pria tampan, Aldric dan George.     

Kami mengobrol banyak hari itu tapi aku mencoba untuk tidak lagi menyinggung Javier dalam pembicaraan kami. Tapi kupikir Emily menyampaikan hal itu pada Javier, bahwa dia bertemu denganku dan puteraku di sekolah tempatnya mengajar.     

Hingga dua hari lalu sebuah pesan singkat masuk ke ponselku dan itu dari nomor telepon Javier yang bahkan sudah tidak kusimpan lagi tapi aku sudah terlanjur hafal nomornya meski aku sudah lama tak mengingat-ingat nomor itu. Tapi empat angka dibelakangnya membuatku ingat si pemilik ponsel.     

Aku masuk ke kamar puteraku dan membangunkannya.     

"Selama pagi jagoan, saatnya bangun. Teman-temanmu menunggumu di sekolah untuk bermain menjadi superhero." Bisikku dan tak berapa lama George membuka mata.     

"Apa ini sudah pagi?" Tanyanya malas.     

"Yah, sarapanmu sudah siap dan kau harus mandi sekarang." Ujarku sambil membantunya turun dari tempat tidur dan membawanya ke kamar mandi untuk mandi.     

Pada dasarnya George bukan anak yang rewel, dia cukup mandiri dan tidak merepotkan, hanya saja karena dia adalah anak laki-laki jadi dia menyukai kegiatan fisik seperti berlarian di sekitar rumah, main sepeda atau skuter dan membuat rumah berantakan dengan lego juga mainan action figure miliknya yang berjumlah lusinan.     

***     

"Your coffee Sir." Aku membawakan secangkir kopi untuk suamiku, Dia tersenyum padaku dan meletakan korannya. "Thanks", aku mendapat hadiah kecupan di pipi kiriku.     

"And this is for you Sir." Aku menyodorkan segelas susu untuk pangeran kecilku. "Thank you mom.", dan aku mendapat hadiah kecupan di pipi kananku.     

"Here we go." Aku datang dengan dua piring scrambled egg, lengkap dengan potongan daging, dan juga alpukat, satu kuletakan di hadapan suamiku dan satu lagi di hadapan puteraku. Mereka bagaikan pinang dibelah dua, George mewarisi ketampanan ayahnya dan juga mereka tampak menyukai style yang sama.     

"Scrambled egg again?" Aldric menatapku, dia tampak protes karena menu hari ini sama dengan menu kemarin. Dia berharap sarapan pagi bisa dibuat sederhana dengan toast dan juga kopi, tapi entah mengapa aku lebih suka membuatkan mereka sarapan dengan telur.     

"Eat please." Aku berbisik padanya, George tampak memperhatikan tindak taduk kami.     

Aku beralih padanya, kuletakkan piring berisi menu yang sama, dan dia langsung menutup matanya.     

"Dissaster ." katanya. Aldric tersenyum melihat puteranya, dia bahkan sudah bisa protes dengan cara yang lebih kejam dari ayahnya.     

"I made it with love darling, so just eat." Aku berbisik padanya, mengecup pipinya lalu berlari ke dapur untuk menyiapkan bekal puteraku.     

Kuputuskan untuk membuat sandwich tuna dan sayuran hari ini. Setelah kumasukan potongan terakhir dalam snack box, aku kembali ke meja makan, lalu memasukannya dalam tas George. Kulihat piring mereka sudah kosong, dan mereka menatapku dengan tatapan yang sama, matanya mereka berbinar.     

"What's going on here?" Aku menyipitkan mataku pada mereka berdua.     

"Dad said that the breakfast was not too bad, so he will give you a gift."George menjelaskan padaku.     

"Gift?"Aku menautkan alisku. Hadiah apa?     

"Come." Aldric memintaku mendekatinya, dan kulakukan itu. Lalu dia memelukku, memberiku ciuman dipipiku, di depan puteraku sendiri.     

"Dia sudah besar, jangan lakukan ini di depannya." Aku berbisik di telinganya, Aldric melirik ke arah George yang tampak menutup matanya dengan tangan.     

"Done." Aldric memberi aba-aba dan seketika George membuka matanya.     

"You make me jealous dad! Momy come to me please, I wanna hug you too." Oh pria kecilku pandai sekali mengoceh, entah dia menuruni sifat siapa? Aku atau ayahnya.     

"Sure dear." Dia memelukku, menciumku berkali-kali, tapi matanya tertuju pada ayahnya.     

"You feel jealous dad?" Aku tertawa, oh rupanya mereka sedang bersaing untuk membuat cemburu satu sama lain, disini akulah pihak yang paling diuntungkan, aku mendapat kasih sayang dari kedua pria yang paling kugilai di dunia ini, suamiku dan puteraku.     

"Oh, you kiss her too much, I feel very jealous." Aldric mengusap-usap kepala George sambil menggendongnya keluar rumah. Ya mereka harus segera pergi jika mereka tidak ingin terlambat.     

***     

Aku akan berkunjung ke rumah Ben dan Leah untuk melihat kondisi Dady. Tiga hari lalu dia memutuskan untuk menginap dirumah Ben dan leah untuk beberapa waktu, dia berniat untuk mendamaikan kondisi yang sempat memanas diantara Ben dan Leah karena masalah anak. Aku meletakan tas George di dalam mobil, lalu menutup pintunya. Aldric dan George duduk di bangku belakang sementara supir kami yang mengemudikan mobil mereka pagi ini. Aldric mengatakan bahwa dia sedang enggan menyetir pagi ini jadi dia meminta supir untuk mengantarkan mereka.     

"Aku akan menjemput George sepulangku dari rumah Ben dan Leah." Aku melongok dari jendela yang sengaja masih di buka.     

"Ok."Aldric menjawab singkat sekali lagi.     

"Take care, I love you both." Aku mundur lalu melambaikan tanganku.     

"I love you most."Aldric melambai.     

"No Dad, I love mommy most." George tak mau kalah. Lalu secara tiba-tiba mereka bertingkah seolah mereka adalah teman bermain, Aldric dan George seolah bermain perang-perangan, entah apa namanya, tapi mereka tampak pura-pura saling menyerang. Aku tersenyum melihat tingkah mereka. Tak lama kaca mobil naik, dan mobil memutar keluar dari parkiran. Aku masuk kembali ke dalam rumah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.