THE RICHMAN

The Richman - The Angel of Death



The Richman - The Angel of Death

0Adrianna baru saja berniat untuk pulang setelah semalaman menemani ibunya dengan Aldric dan Richard. Ben akan datang pagi ini untuk bergantian dengan Richard agar pria itu bisa sejenak beristirahat dengan layak di rumah sementara Adrianna hari ini berencana untuk mengunjungi dokter kandungannya untuk memerisakan kehamilan dan Aldric harus bekerja.     
0

Semua orang tampak mulai sibuk menyesuaikan diri antara rutinitas harian mereka dalam kehidupan normal dan juga membagi waktu dengan menemani dan menjaga Christabell di rumahsakit.     

Richard baru saja keluar dari ruangan bersama Adrianna setelah berbincang sejenak dengan Ben tentang kondisi ayah mertuanya yang juga sakit, bahkan Leah mengatakan jika ayahnya dalam keadaan kritis, karenanya pukul tiga sore nanti Ben berencana menyusul isterinya itu, namun sebelum pergi, dia ingin menghabiskan waktu hari ini untuk merawat ibunya. Situasi ini benar-benar sulit bagi Ben karena di satu sisi Christabell adalah ibunya dan Paul adalah ayah dari isterinya.     

Richard dan Adrianna baru sampai di tempat parkir bersama dengan Aldric, hari ini Aldric berencana untuk mengantar Richard sebelum kembali ke Apartment untuk bersiap kerja.     

"Cuaca hari ini cerah." Puji Richard yang akhirnya bisa menghirup udara segar di luar ruangan perawatan Christabell setelah berhari-hari dia habiskan di dalam ruangan itu.     

"Ya, dan kondisi mommy semakin membaik. Aku sangat bahagia." Ujar Adrianna. Richard memilih untuk duduk di bangku belakang sementara Aldric menyetir SUV miliknya dengan Adrianna yang duduk di sebelahnya.     

Baru saja keluar dari area rumahsakit, Richard mendapat telepon dari Ben.     

"Halo Ben. . ." Rich membuka suara.     

"Dad . . . apa daddy masih di rumahsakit?" Tanya Ben panik.     

"Baru saja keluar dari area rumahsakit." Jawab Richard.     

"Putar balik, kondisi mommy tiba-tiba drop." Ben berkata cepat dan Richard langsung memberitahukan berita buruk itu pada Aldric.     

"Putar balik, kondisi Christabell drop." Richard terlihat pucat pasi. Dan Aldric langsung mencari jalan putar balik dan kembali ke rumahsakit. Begitu mereka mendapatkan tempat parkir yang pas, Richard berlari sekuat tenaganya untuk mencapai ruangan perawatan isterinya.     

Namun sayangnya sampai di depan ruangan hanya tim medis yang berada di dalam ruangan, mereka tampak berusaha menolong Christabell. Tapi pada akhirnya salah seorang perawat keluar untuk memanggil anggota keluarga untuk masuk karena Christabell tak sadarkan diri lagi dan dokter mengatakan dia hanya bertahan hidup karena alat bantu medis saja. Jika alat-alat tersebut dilepas maka Christabell sudah dianggap meninggal dunia.     

"Apakah anda ingin mempertahankan peralatan ini atau merelakan isteri anda?" Tanya dokter dan Richard menangis menatap isterinya yang terlihat membisu dalam tidurnya.     

"Sayang. . ." Bisik Richard. "Aku tidak akan menyakitimu dengan memaksamu bertahan." Imbuh Richard di tengah kehancuran hatinya. Perlahan dari sudut-sudut mata Christabell air matanya jatuh.     

"Dad . . ." Ben memeluk ayahnya itu, "Biarkan mommy pergi. Memaksanya bertahan hanya akan menyakitinya." Ujar Ben.     

Adrianna yang tidak bisa berlari, tampak baru berdiri di ambang pintu, air matanya berlinangan sambil memegangi perut buncitnya dia menghampiri ranjang sang ibu dan detik itu juga saat Adrianna menyentuh tangan ibunya, bunyi beep panjang terdengar.     

"Dia sudah meninggal." Dokter segera mengumumkan kematiannya dan perawat mencatatnya di rekam medis yang ada di tangan perawat itu.     

Ben, Richard dan Adrianna menghambur memeluk jasad Christabell yang masih hangat itu. Tepat setelah perawat melepaskan semua peralatan medis yang masih melekat di tubuh Christabell. Paramedis memberikan kesempatan untuk keluarga menghabiskan saat-saat terakhir sebelum jenasah Christabell di proses oleh para medis hingga siap dimakamkan.     

Adrianna meraung-raung dengan keras di samping jenasah ibunya itu sementara Ben terus mengusap punggung ayahnya. Dan Richard menangis tanpa suara melihat belahan jiwanya akhirnya pergi untuk selama-lamannya. Dia sempat berpikir bahwa keajaiban itu akan bertahan lama, dia bisa kembali menikmati waktu-waktu kebersamaan dengan isterinya seperti sediakala. Namun tampaknya Christabell hanya memberikan kesan terakhir yang indah untuk Richard. Setidaknya dengan keadaannya yang membaik, ingatannya yang pulih, itu sempat memberikan kenangan tersendiri pada Richard.     

Richard menegakkan tubuhnya, dia mengecup kening mendiang isterinya itu dan menghampiri puterinya.     

"Adrianna, ibumu sudah tenang. Jangan tangisi dia lagi. Biarkan dia pergi dengan damai." Bisik Richard hingga wanita itu bangkit dan memeluk ayahnya. Ben menghampiri mereka dan memeluknya sementara Aldric berdiri di dekat keluarga kecil itu dengan tatapan penuh empati tapi tak ingin merusak suasana. Aldric memberikan ruang sebesar-besarnya untuk keluarga Richard berduka atas kepergian salah satu anggota keluarga mereka.     

Paramedis datang dan segera membawa jenasah Christabell untuk disiapkan dalam peti jenasah guna prosesi pemakaman.     

***     

Pendeta memulai prosesi, dan semua orang yang hadir saat itu memberikan pesan perpisahan dan mengenang Chrsitabell semasa hidup, tak ada yang tak terharu karena Christabell dikenal sebagai wanita yang lembut, hangat dan baik hati. Terutama orang-orang yang bekerja di yayasannya, ini merupakan pukulan berat saat pemilik yayasan dan pendiri yayasan itu meninggal dunia.     

Meski begitu suasana di pemakaman hari ini begitu sejuk dan tenang, seolah alam menyambut dengan baik jiwa Christabell untuk pergi ke tempat yang lebih indah meskipun harus meninggalkan orang-orang yang dia cintai, termasuk Richard Anthony, cinta sejatinya. Toh setiap cinta sejati akan berakhir dengan salah satu meninggalkan yang lainnya atau sebaliknya, karena cinta sejati bukan perkara mati bersama, melainkan masa-masa yang dihabiskan untuk hidup bersama.     

Tiba saat Richard mengungkapkan perasaannya dalam sebuah pidato.     

"Chrsitabell, . . . isteriku." Suara Rich bergetar meski dia berusaha untuk terlihat tegar. "Dia wanita yang sangat baik, aku tidak bisa mengatakan banyak hal, tapi dia adalah hal terindah yang pernah kumiliki dalam hidupku. Dan kini dia pergi ke tempat yang lebih indah, dan aku akan selalu mencintainya." Imbuh Richard, untuk beberapa saat dia terdiam, berusaha mengendalikan dirinya agar tak menangis lagi, "Em . . . tunggu aku di sana sayang. Aku akan datang padamu." Ujar Richard sebelum akhirnya dia duduk kembali dan pemakaman dilangsungkan. Tangis haru mengiringi prosesi pemakaman hingga selesai. Bakan saat orang-orang mulai meninggalkan lokasi pemakaman, Richard, Ben, Adrianna, dan Jolenne juga suaminya masih berada di tempat itu sebagai keluarga.     

Ben sengaja belum membagikan kabar duka ini pada isterinya karena situasi di sana juga sangat sulit bagi Leah. Mendampingi orang tuanya seorang diri dengan kondisi kritis jelas tidak mudah, apalagi ditambah dengan berita duka dari ibu mertuanya yang sangat disayanginya, itu bisa membuat Leah semakin terpukul.     

Aldric memeluk isterinya itu dan tak melepasnya hingga prosesi itu berakhir, bahkan sampai Richard selesai dan mau diajak untuk pulang.     

Sebelum berpisah dengan mobilnya sendiri, Ben sempat mengatakan kondisi Paul Wisley pada keluraganya dan meminta ijin untuk terbang ke Nevada sore ini. Adrianna dan Aldric juga Richard bisa memahami situasi Paul yang sulit.     

"Take care." Adrianna memeluk adiknya itu, begitu juga dengan Richard dan Aldric. Sementara Jollene dan suaminya sudah pulang lebih dulu.     

***     

Kini tinggalah Richard, Adrianna dan Aldric di dalam rumah besar milik Richard. Aby sang perawat Christabell juga tampak berduka tapi dia memilih menyembunyikannya. Dari pertama kali datang ke rumah itu, Aby memang tak banyak bicara. Begitu juga dengan asisten rumahtangga di rumah Rihard yang biasanya cerita, dia memilih diam seribu bahasa. Dia hanya menyiapkan makan malam untuk keluarga itu dan tidak ada yang menyentuh makanan sama sekali hingga akhirnya terpaksa di buang keesokan harinya.     

Pagi ini orang-orang datang ke keluarga itu untuk memberikan penghiburan, baik itu rekan, kolega, maupun kerabat yang baru mendengar kabar duka soal Christabell. Termasuk orang-orang yang bekerja di yayasan yang didirikan oleh Chrsitabell itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.