THE RICHMAN

The Richman - Birthday Party



The Richman - Birthday Party

0Sheina duduk di antara Ben dan Leah, sebenarnya Leah tengah berbaring sementara Ben dan Sheina duduk di dekatnya.     
0

"Sayang, kami ingin mengatakan kondisi mommy dengan jujur padamu." Ujar Ben.     

Sheina tampak diam, tapi tatapannya jelas tertuju pada sang ibu yang berbaring di ranjang, tampak lemah dan pucat. "Ya." Angguk Sheina.     

"Mommy sedang mengalami kondisi yang cukup serius terkait dengan kehamilannya. Ini akan menjadi hari-hari yang berat untuk mommy, dan dia butuh dukungan kita." Ujar Ben, sementara dia meraih tangan puterinya itu. "Apa kau mendukung kehamilan mommy?" Tanya Ben.     

Sheina menatap Ben, kemudian menatap Leah. Gadis itu tidak berkata apa-apa, dia hanya beringsut dan memeluk Leah lalu memangis di pelukan ibunya itu. "Aku berharap mommy akan baik-baik saja." Ujarnya di tengah isakan, dan Leh pun berkaca dibuatnya, "Pasti sayang, mommy akan berjuang untuk kalian. Untukmu, untuk daddy dan untuk adik bayi." Leah mengusap-usap kepala puterinya itu.     

Tampaknya pengakuan yang sempat dikhawatirkan akan membuat kondisi di antara ketiganya menjadi tidak stabil tak terjadi seperti yang mereka takutkan. Sheina benar-benar anak yang baik dan penurut hingga dia tidak membuat situasi semakin sulit, justru sebaliknya. Beberapa hari sempat membuat gadis itu kebingungan dengan jati dirinya tapi setelah Ben dan Leah meyakinkan bahwa tidak akan ada yang berubah setelah kebenaran terungkap, tampaknya Sheina mulai menemukan kembali rasa percaya dirinya. Dia tak lagi banyak mengurung diri, perlahan tapi pasti semua kembali ke posisi semula.     

***     

-UK-     

George tampak bersiap untuk datang di pesta sang puteri dari Royal Family sementara Ella tampak memilih untuk tidak datang sama sekali. Selain dia tak tahu harus bagaimana saat berpesta dengan orang-orang dari kalangan bangsawan atau setidaknya mahasiswa dan teman-teman sang puteri, gadis sederhana itu memilih untuk bekerja, menghabiskan waktunya untuk bekerja paruh waktu di sebuah kedai kopi.     

"Kau tidak akan datang?" Pesan singkat masuk ke ponsel Ella, tampaknya itu dari George.     

"Tidak." Jawab Ella cepat.     

"Mengapa? Bukankah kau bilang Ellyn sendiri yang mengundangmu?" Balas George lagi.     

"Aku tidak akan datang George, jika kau akan pergi, pergilah. Have Fun." Balas Ella lagi di sela-sela pekerjaannya.     

"Apa kau cemburu?" Tanya George dalam pesan singkatnya dan itu berhasil membuat Ella memutar matanya begitu selesai membaca isi pesan singkat yang terakhir dikirim George untuknya.     

"Jangan terlalu percaya diri. LOL" Balas Ella, dan itu berhasil membuat George mengangkat kedua alisnya.     

"Arogan." Gumam George, tapi dia tampak tak begitu menghiraukan Ella yang tidak hadir, bagi George memiliki kesempatan untuk masuk ke dalam istana tentu saja sebuah kesempatan langka apalagi jika ini dilakukan dalam rangka pesta salah satu keluarga royal family, itu jelas akan menakjubkan.     

George mengendarai mobilnya menuju istana dan ternyata ada berbagai protokol yang diterapkan meskipun Ellyn, sang puteri mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja, pesta akan berlangsung santai dan kekinian. Tapi protokol yang diterapkan bukan main-main, selain pemeriksaan identitas tamu undangan, tampaknya sekurity juga sudah memiliki daftar tamu yang diundang hingga orang-orang diluar daftar tamu tak bisa ikut masuk.     

George berdiri di dalam antrean dan menunggu gilirannya diverifikasi datanya oleh petugas keamanan. Setelah menunggu beberapa waktu akhirnya George lolos dan bisa masuk kedalam isana dengan alur yang sudah di berikan hingga berhenti di sebuah aula dengan music DJ yang sudah berdentum, beberapa bahkan sudah asik berdansa di lantai dansa dengan bebas. Beberapa memilih menikmati coctail, makanan ringan, atau berkeliling melakukan berbagai permainan yang disediakan. Sementara George memilih berdiri dengan segelas coctail sembari menebar pandangan ke seluruh ruangan.     

Orang-orang yang hadir tampaknya cukup asing bagi George, tapi mereka begitu modis dan kekinian, tak tampak kaku seperti keluarga istana yang selalu dicitrakan.     

"Hi handsome." Seorang wanita tinggi semampai dengan aksen British yang kental menyapa George. Pria muda itu mendadak timbul niat jahilnya, dia memutuskan untuk menyembunyikan dirinya di balik aksen British yang sebenarnya juga cukup asing baginya tapi George mencobanya.     

"Hi." jawab George.     

"Kau datang sendiri?" Tanya gadis itu.     

"Ya." Angguk George.     

"Biar ku tebak, kau teman Ellyn?" Tebaknya dan George tersenyum sembari mengangguk.     

"Aku Tania by the way."     

"Oh ya, George."     

Tania dengan berani menyentuh kerah kemeja yang dikenakan George, "Nice to meet you George."     

"Nice to meet you Tania. " Jawab George, berbasa-basi.     

"Em . . . kau ingin berdansa?" Tanya Tania dengan bernai.     

"Tidak terimakasih." Tolak George, saat dia melihat sang puteri yang tengah berulang tahun keluar dari salah satu sudut ruangan dengan gaun sebatas paha dengan model rempel yang terbuat dari bahan tutu hingga terlihat mengembang sementara bagian atasnya tampak seperti kemben sebatas dada. Sang puteri memilih warna hitam dipadukan dengan riasan mata smooky eyes dan rambut yang dibiarkan terurai meski terlihat tertata rapi. Semua yang dikenakannya tampak matching dengan sepatu boot berwarna senada yang terlihat begitu trendi. Bandana berbentuk mahkota kecil bertenggker di sisi kiri kepalanya, tampaknya itu dikaitkan dengan bando yang dia kenakan.     

"Oh, birthday girls coming." Ujar Tania sembari berjalan meninggalkan George sementara Ellyn mendekati pria itu.     

"Hi Mr. Bloom." Sapa Ellyn dengan senyum ramah.     

"Georgeus. " Puji George.     

"Thanks." Ellyn tampak tersipu mali di balik senyumannya.     

"Happy birthday your highness, princes Eleonore." George mengulurkan tangannya dan Ellyn menyambutnya, "Thanks." George menarik sedikit tangan Ellyn untuk memberinya pelukan singkat dan ciuman pipi sebagai sopan-santun.     

"Just Ellyn." Eleonore tampak menolak di panggil dengan cara seperti itu oleh George.     

"Kau tidak datang bersama Ella?" Tanya gadis itu setelah menyadari tak menemukan Ella di sudut manapun diantara puluhan orang yang berada di ruangan itu. Ellyn bahkan masih sibuk menebar pandangan sekali lagi untuk memastikan apakah Ella datang atau tidak.     

"Dia menitipkan salam untukmu dan ucapan selamat ulang tahun, dia sangat menyesal karena tak bisa datang malam ini." Bohong George, tampaknya George berusaha menutupi kebenaran karena tak ingin Ellyn merasa kecewa pada Ella atau sebaliknya, Ella yang merasa tak enak hati karena sudah menolak datang atas undangan langsung dari puteri royal family.     

"Dia mengatakan itu padamu?" Tanya Ellyn.     

"Ya, dia mengirim pesan singkat." Kali ini George tak sepenuhnya berbohong.     

Ellyn menyipitkan matanya sekilas, seolah sedang mempertimbangkan sesuatu. "Apa dia benar-benar cemburu dengan kita?" Tanya Ellyn dan itu membuat George tergelak.     

"No, tentu saja tidak. Aku dan Ella berteman, begitu juga dengan kita." Ujar George.     

"Ya, kita memang harus menjadi teman. Kita bertiga." Ellyn terbahak tapi tampak di buat-buat, sekedar untuk mengimbangi pendapat George barusan. Setelah obrolan singkat diantara mereka akhirnya George dan Ellyn menghabiskan pesta ulang tahun itu bersama. Hampir tidak ada tiup lilin, kue ulang tahun atau sejenisnya, merkea hanya bersulang untuk semua harapan yang baik untuk Ellyn dan sisanya dihabiskan untuk apa yang ingin mereka lakukan masing-masing. Sementara George dan Ellyn tampak menghabiskan waktu bersama, bahkan mereka turun ke lantai dansa dan menari dengan bebas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.