THE RICHMAN

The Richman - Feeling Guilty



The Richman - Feeling Guilty

0Ella baru saja bersiap untuk berangkat kerja karena hari ini dia tidak ada kelas yang harus diikuti. Dengan bersenandung kecil dia melangkah keluar dari unit apartmentnya dan cukup terkejut saat mendapati George berdiri dengan beberapa tangkai bunga.     
0

"George . . .?" Ella benar-benar tidak berharap ada George di depan pintunya pagi ini setelah apa yang terjadi semalam.     

George tampak sedikit murung, " Aku merasa bersalah semalaman dan tidak bisa tidur, sorry again for standing in front of your door, I just try to aks your forgiveness." George berdehem dan dengan kikuk menyodorkan bunga itu pada Ella.     

Ella menghela nafas dalam, "Aku sudah memaafkanmu, jadi tidak perlu membawakanku bunga sepeti ini." Ella tak punya pilihan lain selain menerima bunga dari George, bunga tanda perdamaian diantara mereka.     

"Jadi bisakah aku mengantarmu pergi bekerja pagi ini?" Tanya George sumringah.     

"Aku berencana untuk berjalan kaki." Tolak Ella secara halus.     

"Please." George memohon hingga akhirnya Ella mengangguk pasrah. Mereka berjalan beriringan menuju lift.     

"So . . ." George membuka pembicaraan, sekilas dia menatap Ella. "Who is the guy?"     

"What guy?" Tanya Ella balik.     

"Last night."     

"Oh come on, just friend." Ella bergidik, lagi-lagi pria di sebelahnya ini tidak akan berhenti menyelidiki jika dia tidak mengatakan penjelasan yang masuk akal baginya. "Aku berdiri di kampus dan entah apa yang ku pikirkan saat itu sampai aku tidak melihat bahwa ada pesepeda melintas dengan cepat, dan dia menyelamatkanku. Itu saja." Jelas Ella.     

"Dan kalian bertemu lagi?"     

"Tidak sengaja." Ella menatap George dalam-dalam.     

George mengkoreksi ekspresinya, "Ok, sorry, tidak seharusnya aku bertanya lebih jauh soal privasimu." Sesalnya.     

"Thanks God, akhirnya kau mengerti soal privasi Mr. George Bloom." Ella tersenyum sekilas. Mereka berjalan keluar dari lift dan menuju ke mobil George. Dengan mobil yang bisa di bilang cukup mewah itu mereka berkendara menuju kedai kopi kecil yang sebenarnya tidak berjarak jauh dari apartment mereka.     

"Hari ini aku tidak ada acara." Ujar George.     

"Mungkin kau bisa menghubungi seseorang untuk hang out denganmu." Ella memberi saran.     

George melirik ke arahnya sekilas, "Bagaimana denganmu?" Tanya George.     

"Em . . . aku akan selesai dengan pekerjaanku pukul sebelas, setelah itu aku akan ke kampus, ada beberapa tugas jadi kurasa aku akan ke perpustakaan." Terang Ella.     

"Kau berusaha menjauhiku?" George bertanya dengan insecure.     

"Oh come on George, jangan memulainya lagi."     

Pria itu mengerucutkan bibirnya, "Biasanya kau selalu ada waktu denganku El." Protes George.     

"Kau punya banyak teman dan banyak waktu George, dan kau punya banyak akses untuk pergi kemana dan dengan siapa. Aku akan dengan senang hati menghabiskan waktu denganmu, tapi hari ini aku benar-benar tidak bisa."     

"Ok, aku tidak akan memaksamu." George tampaknya menyerah pada akhirnya tepat saat mereka tiba di depan kedai kopi tempat Ella bekerja.     

"Aku terlambat by the way. Thanks for the ride, I'll see you soon." Ella bergegas turun dari mobil George dan berlari masuk ke dalam kedai. Sebelum benar-benar meninggalkan kedai tempat Ella bekerja itu, tampak sebuah SUV menepi dan parkir. George mengurungkan niatnya untuk berlalu dari tempat itu dan mengamati siapa yang tudurn dari SUV mewah itu. Rahang George mengeras saat melihat pria yang turun dari SUV merah itu adalah pria yang sama dengan yang dia lihat semalam di depan apartment Ella.     

"As that morning?" Gumam George kesal. "Who are you stranger?!" Rahang George mengeras, dia sempat mengambil foto pria itu dan berniat untuk mencari tahu siapa dia dan apa motifasinya mendekati Ella. Saat hendak memasukkan ponselnya ke saku jaketnya mendadak sebuah panggilan masuk dan George melihat kembali ke layar ponselnya.     

"Morning princess." Sapanya dengan renyah.     

"Oh . . . morning Mr. George Bloom." Suara Ellyn masih terdengar parau.     

"What's up birthday girl?" George tersenyum untuk dirinya sendiri, entah mengapa setiap kali mendengar suara Eleonore dia menjadi sangat bersemangat.     

"Aku bosan dirumah, apa kau butuh tour guide untuk jalan-jalan berkeliling?" Tanya Ellyn.     

"Tentu saja, kebetulan aku juga sedang tidak punya tujuan."     

"Bukankah kau tidak pernah punya tujuan yang jelas bad boy?" Goda Ellyn.     

"You call me what?"     

"Bad boy."     

"Nice." George terkekeh. "Haruskah aku menjemputmu ke istana?"     

"NOPE." Tolak Ellyn langsung. "Aku akan mengirimkan alamatnya dan temui aku di sana, kurasa kita harus kabur dari pengawalku."     

"Terdengar seru." Jawab Geroge.     

"Sangat." Jawab Ellyn.     

George menggeleng, dia tidak percaya bahwa kelakuan seorang puteri dari royal family ternyata cukup kacau. "Kau princess yang nakal rupanya."     

"Nakal tampaknya tepat jadi nama tengahku." Ellyn terkekeh. "Aku akan bersiap, temui aku di tempat itu satu jam dari sekarang."     

"Understand Princess." Jawab George dengan nada candaan dan panggilan mereka berakhir. Sebelum menemui princess, George masih punya cukup banyak waktu untuk mengintai apa yang terjadi di dalam kedai.     

Ella tampak sudah bersiap dengan seragamnya dan dia memutar mata begitu melihat Jasper Owen sudah duduk di meja yang ditempatinya semalam. Dengan senyum malu-malu Ella mendekat ke arahnya.     

"Good morning Mr. Owen, what can I do for you?" Ella menyapanya sopan, dan tentu saja dia mendapatkan imbalan yang pantas, senyum manis dari Jasper Owen sebagai mood booster baginya pagi ini.     

"Double shoot Espresso please." Jasper tersenyum menatap Ella.     

"Will be ready in a moment Sir." Ella meninggalkan meja itu dan berjalan ke arah bar untuk menyiapkan pesanan Jasper.     

Di balik meja bar, salah soerang temannya menggodanya, "Dia menatapmu sejak tadi." Tessa berbisik pada Ella.     

"Tessa . . . " Ella meloto ke arah Tessa dengan wajah bersemu merah.     

"Kalian saling mengenal?" Bisik Tessa lagi.     

"Secara tidak sengaja." Jawab Ella.     

"Oh really?" Tessa mendekat ke arah Ella. "He is hot, by the way." Tessa mengerling sebelum membawa nampan berisi kopi pesanan pelanggan lainnya.     

"Pelankan suaramu Tess." Ella bersiap dengan secangkir espresso, dan entah mengapa dia menyertakan satu cup muffin berukuran sedang di atas piring saji dan membawanya pada Jasper.     

Ella meletakkan cangkir kopi di atas meja, di bawah tatapan intens Japser Owen "Your coffee sir." Dengan malu-malu dia meletakkan muffinnya menyusul. "And this one you better eat before you drink double shoot esprsso. I just don't want you to have problems with your stomach." Imbuhnya.     

Jasper tersenyum menatap Ella "You seem very considerate of me, young lady."     

Ella membalas tatapan intens Jasper dari balik bulu matanya, "I do." ucapnya pelan, "Enjoy your coffee, sir." Ella berbalik dan meninggalkan meja yang ditempati Jasper dan semua kejadian itu terjadi di hadapan George. Meski dia melihat dari dalam mobilnya dari jarak yang cukup jauh, tapi George tahu bahwa Ella dan pria itu jelas memiliki hubungan yang lebih dari sekedar korban dan penyelamat dari tragedi kecelakaan sepeda, mereka bertemu lebih dari sekali setelah kejadian itu. Meski demikian, George tak bisa berbuat banyak, lagipula dia memiliki janji temu dengan Ellyn, dan dia akan terlambat jika tak segera berangkat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.