THE RICHMAN

The Richman - Mischievous Princess



The Richman - Mischievous Princess

0George menebar pandangan, tempat bertemu yang di tunjuk oleh Ellyn adalah sebuah musium. Tempat yang aneh untuk berkencan dan benar saja mata George berhenti pada seorang gadis dengan celana jeans ketat dan kaos berwarna hitam lengkap dengan aksesoris topi dan kacamata hitam yang menyamarkan siapa dirinya. Sementara sang pengawal justru membuat penyamaran itu terlihat sangat mencolok.     
0

"Temui aku di belakang. Aku akan menyelinap sebentar lagi." Ellyn mengirim pesan singkat pada George dan pria itu segera memutar arah untuk menemukan pintu keluar dari bagian belakang musium. Sementara itu Ellyn berbohong pada sekuritinya bahwa dia berniat ke toilet dan meminta pengawlanya tetap di tempat agar tidak menakuti pengunjung lainnya. Sang pengawal tak bisa berkata banyak. Begitu masuk ke dalam kamar mandi, Ellyn menyelinap dan keluar dari pintu belakang, disana George sudah menunggu.     

"Berikan jaketmu padaku." Ujar Ellyn dan George melakukannya.     

"Penyamaran yang sempurna." Puji George sementara mereka berjalan cepat menghindari sang pengawal yang tampak mulai kebingungan. Begitu mereka bisa keluar dari museum, George dan Ellyn bergegas menaiki mobil milik George dan meninggalkan area museum.     

Mereka tertawa terbahak bersama dan membuat tos untuk merayakan keberhasilan mereka kabur dari pengawasan pengawal pribadi Ellyn yang begitu menyeramkan itu.     

"Jadi kemana kita akan pergi?" Tanya George.     

"Terserah padamu." Jawab Ellyn.     

"What?" George mengerutkan alisnya dan menatap Ellyn sekilas, "Kau tidak punya rencana sama sekali?" Imbuhnya.     

"Nope." Geleng Ellyn pasrah. Dia mengeluarkan sebatang rokok dari dalam saku celananya dan menyalakannya.     

"Kau merokok?" Tanya George.     

"Kau mau?" Elly menawarkan dan George menolak. "No thanks."     

"Kau tidak merokok?" Alis Ellyn berkerut.     

"Tidak saat sedang berkendara." Ujarnya.     

Ellyn memutar matanya, "Aku menarik kembali gelar bad boy, kau benar-benar anak rumahan yang tak tahu bagiamana cara bersenang-senang george." Ledeknya.     

"Apapun yang kau katakan." George mengangkat bahunya. Lalu dia teringat sesuatu, George mengeuarkan ponselnya dan menyorodkannya pada Ellyn, "Kau mengenal pria ini?" Tanya George.     

Ellyn melihat ke arah ponsel dan mengamati wajah pria itu. "Dari mana kau mendapatkan foto ini?" Tanya Ellyn.     

"Dari . . ." George menepikan mobilnya dan menatap ke arah Ellyn. "Kau mengenal pria itu?" Tanya George sekali lagi.     

George mengerucutkan bibirnya sekilas, "Dia teman baru Ella." Ujar George tak bersemangat sementara Ellyn tampak menghela nafas dalam. "Dia kakakku." Jawabnya singakat, dia tampak tak bersemangat juga tapi mendengar jawaban Ellyn telinga George berdiri.     

"Apa maksudmu? He's the prince?"     

"Yes." Angguk Ellyn. "Pince Robert Owen Fredrick."     

"God damn." Gumam George dalam hati. "Apa yang coba dia lakukan pada Ella?" George bergumam dan Ellyn mengkerutkan alisnya.     

"Mungkin saja mereka hanya berteman." Jawab Ellyn santai. "Seperti kita."     

"Ella tampak tertarik padanya." George menjadi gusar.     

Ellyn menoleh ke arah George, dia bahkan memutar sebagian tubuhnya. "Kakakku tidak akan mempermainkan Ella."     

"Lalu apa?" George terlihat semakin frustasi. "Dia muda, dia kaya dan punya tahta, sementara Ella gadis yang begitu lugu."     

"George, easy . . ." Ellyn meraih tangan George. "Kau terlalu khawatir pada temanmu Ella." Ellyn menelisik ke dalam tatapan George dan pria muda itu tampak berusaha menyembunyikan perasaannya.     

"Tidak, aku hanya takut Ella terluka."     

"Biarkan saja mereka bersenang-senang George, dan sekarang giliran kita bersenang-senang." Ellyn turun dari mobil dan memutari mobil milik George, dia membuka pintu di sisi Geroge dan meminta pria itu turun.     

"Kau tampak sibuk memikirkan temanmu, jadi biarkan aku yang menyetir." Ellyn meminta Geroge turun dan pria itu melakukannya. Dia memilih duduk di bangku penumpang sementara Ellyn segera mengambil alih kemudi. Dengan cepat Ellyn menyalakan kembali mesin mobil dan dalam hitungan beberap detik mobil itu melesat dengan kecepatan tinggi.     

"Ellyn, kau berniat membunuh kita?" Protes George.     

"Aku lebih suka kenyamanan El." Protes George dan Ellyn justru menekan pedal gas semakin dalam lagi.     

"Jalanan ini sepi George, santailah sedikit." Ellyn tersenyum lebar. "Terkadang hidup butuh tantangan, dan memacu adrenalin bisa menjadi salah satu agenda kita hari ini." Imbuhnya.     

***     

Mereka tiba di istana dan masuk begitu saja, melintasi padang rumput hijau dan duduk di tepi danau.     

"Kau lari dari pengawalmu dan kembali ke istana?" George terlihat bingung.     

"Ya." Angguk Ellyn "Ibuku mengatakan sesuatu padaku, dan kurasa dia mengatakan semua itu pada semua anak-anaknya."     

"Apa?" Tanya George.     

"Kami boleh berbuat kenakalan seburuk apapun asal dilakukan di dalam tembok istana, at least tidak ada yang akan mempublikasikannya." Ujar Ellyn.     

George menyipitkan matanya. "Jadi hidup kalian penuh dengan spotlight?"     

"Yap." Angguk Ellyn. "Terkadang itu membuatku frustasi." terangnya.     

"Ngomong-ngomong soal kakakmu, Robert, apakah dia sudah memiliki kekasih?" Tanya George.     

"Setahuku tidak." Jawab Ellyn. "Tapi Robert sedikit tertutup, lagi pula jarak usia kami cukup jauh, kami tak banyak bicara soal pasangan." Ujarnya.     

"Apa kau yakin namanya Robert?" George bertanya sekali lagi dan Ellyn terbahak dibuatnya.     

"Hei dude, dia kakaku, aku tahu dengan benar namanya meskipun dalam keadaan mabuk sekalipun." Ellyn menepuk pundak George dan itu membuat George terdiam beberapa saat. Dia sempat mengirim pesan singkat sebelum meninggalkan kedai kopi tadi, "Maaf soal pria itu, aku tidak bermaksud mencampuru urusanmu dengannya." Tulis George tadi dan dia mendapatkan jawban dari Ella. "Namanya Jasper jika kau benar-benar ingin tahu siapa dia." Jawab Ella melalui pesan singkat.     

"Aku akan bertanya tentang Ella padanya dan jika dia macam-macam pada Ella aku adalah orang pertama yang akan menghajarnya." Ujar Ellyn, dia berusaha menenangkan George.     

"Jangan." George berubah pikiran. Meskipun Jasper atau Robert atau siapapun nama pria itu, dan meskipun George sudah tahu bahwa dia adalah pangeran dari royal family, tidak akan menghalanginya untuk bertarung memenangkan Ella. Justru akan semakin menarik jika bersaing dengan seseorang yang powerfull sepertinya salah satunya adalah pangeran.     

"Kau juga menyukai Ella?" Tanya Ellyn tiba-tiba dan itu membuat George menatap gadis itu dalam-dalam.     

"Apa menurutmu begitu?" George bertanya balik.     

Ellyn menghela nafas dalam. "Mungkin." Jawabnya singkat, dia tampak membuang muka dan melempar pandangan pada sisi lain tepi danau yang cukup jauh. "Beruntungnya Ella diperebutkan oleh dua orang pria, satu adalah kakakku dan satu lagi adalah temanku." Ujarnya.     

"Aku belum yakin dengan perasaanku." George mengkoreksi, dia melihat ekspresi wajah Ellyn yang mendadak berubah setelah mereka membicarakan soal Ella.     

"Aku melihat jelas di matamu George." Ellyn menoleh ke arah George, "Kau menyukainya, kau peduli padanya dan kau sudah melakukan banyak hal untuknya."     

"Do I ?" Tanya George sekali lagi.     

"Yes you do. Dari caramu berbicara dan berceirta tentang siapa Ella, aku bisa melihat seberapa peduli kau padanya." Raut wajah Ellyn tampak semakin muram.     

"Apa kau keberatan . . ." George menatap Ellyn dengan ragu.     

"No, kita akan tetap berteman, dan kuharap persainganmu dengan kakakku tidak akan mempengaruhi pertemanan kita." Ujar Ellyn. "Kami adalah Royal Family, meskipun Robert memenangkan hati Ella, dia tidak akan mendapatkan restu untuk menikahinya."     

"Why?" George menautkan alisnya.     

"Ella adalah gadis Amerika, apa lagi alasan yang lebih besar dari itu." Ellyn terdiam dan melihat ke arah Geroge.     

"Jadi apakah pertemanan kita juga akan bermasalah setelah aku menunjukkan identitasku?" Alis George bertaut sementara Ellyn tersenyum sekilas, "Aku tahu siapa kau dan dari mana asalmu, Bad Boy." Ujarnya.     

George meraih tangan Ellyn, "Aku senang menjadi temanmu El."     

"Ya, thanks sudah menjadi teman . . ." Ellyn menoleh menatap George sekali lagi kemudian tersenyum sekilas, namun entah mengapa ada kilatan kekecewaan dari tatapan Ellyn pada George yang tak sampai pada George karena pria memang memiliki kepekaan yang rendah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.