THE RICHMAN

The Richman - Time Will Heal



The Richman - Time Will Heal

0Seminggu ini Ella benar-benar hidup bagaikan robot. Dia bangun di pagi hari, pergi ke kampus untuk mengikuti perkuliahan, selesai di sore hari kemudian bekerja hingga pukul sembilan malam. Setelah itu dia kembali ke apartment, mandi dan tidur. Ella bahkan melewakan banyak jam makannya begitu saja hingga tanpa dia sadari dia sudah kehilangan banyak berat badannya.     
0

Terdengar bunyi bel disaat Ella baru saja selesai mandi, dengan ragu dia melihat ke arah lubang intai di pintu depan apartmentnya dan dia melihat George berdiri di ambang pintu. Pria itu terlihat sudah berusaha sangat keras untuk membuat hubungannya dengan Ella menjadi lebih baik tapi Ella belum bisa menerimanya.     

"Hi . . ." George terlihat kikuk saat Ella akhirnya membuka pintu.     

"Hi." Jawab Ella singkat, dia benar-benar sulit memasang senyum di wajahnya hingga yang terlihat adalah sebuah senyuman sekilas penuh keterpaksaan.     

"Aku tahu apa yang kulakukan tidak bisa kau terima El." George menggeleng penuh penyesalan.     

"No." Ella bergidik. "Aku berterimakasih padamu karena kau memberitahuku tentang siapa Jasper . . . em, maksudku Robert . . . ya dia maksudku, kau mengerti maksudku kan?" Ella terlihat kebingungan mendeskripsikan bagaimana perasaannya saat ini.     

George meraih tangan Ella, "Aku hanya tidak ingin kalian terlalu jauh dan dia menyakitimu terlalu dalam nanti." Ujar Geroge.     

Ella menghela nafas dalam, "Thanks." Ella teridam, dan situasi menjadi sedikit membingungkan, Geroge ingin masuk dan bicara banyak seperti biasanya, setidaknya saat Ella belum mengenal Robert, tapi Ella tampak tak memberikan akses yang dibutuhkan oleh George.     

"Ok, aku hanya ingin mengatakan itu saja." George menatap Ella dan gadis itu mengangguk. "Ok."     

George memasukkan tangannya ke saku jaket dan menatap Ella sekali lagi, "Night Ella." Dia mundur dua langkah sebelum akhirnya berbalik dan pergi. George bahkan tak masuk ke apartmentnya, mungkin dia berniat untuk hang out atau entah pergi kemana.     

"Night." Jawab Ella singkat, dia segera menutup pintu unit apartmentnya lagi. Gadis itu menyeret langkahnya yang gontai menuju kamarnya dan mengambil ponselnya. Sekali lagi dia melihat layar ponselnya dan mengarahkan layarnya pada daftar kontaknya. Ella menggeser dan melihat daftar kontaknya satu per satu hingga dia menemukan nama "Jasper Owen." untuk beberapa saat Ella menatap kontak itu dan menghela nafas dalam, dia teridam lagi lalu jari kurusnya menyentuh kontak itu hingga muncul beberapa opsi termasuk "blokir" dan Ella memilih untuk memblokirnya.     

Gadis itu mematikan ponselnya dan meletakkannya di atas meja sebelum dia berbaring dan menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuhnya sebatas dada.     

***     

HIngar bingar, dentuman musik yang keras juga begitu banyak orang yang kebanyakan mahasiswa, tampaknya mereka sedang berpesta di salah satu rumah mahasiswi yang tengah merayakan ulang tahun.     

"Hi Maggie." Sapa George.     

"George, thanks for comming." Maggie mendapatkan pelukan singkat dari George, tampaknya mereka saling mengenal selama di kampus, mengingat pergaulan George yang memang cukup luas. "Happy birthday." Ucap George dengan tulus.     

"Thanks, enjoy the party." Maggie tersenyum dan George menjauh dari gadis yang tengah berulang tahun itu. Dia memilih duduk di sudut dengan segelas minuman.     

"Hei." Sapa seorang gadis dari arah belakangnya.     

George menoleh dan mendapati Elleonore datang ke acara itu. "Kau datang?"     

"Ya, menyelinap diam-diam. Pengawalku menunggu di luar." Ujar Ellyn.     

"Oh." Angguk George.     

"Ella tidak datang bersamamu?" Tanya George.     

"Dia sedang patah hati." Jawab George.     

"Really?" Ellyn menganggap itu candaan.     

George mendengus, "Aku mengatakan siapa Robert sebenarnya." Ujarnya dan Ellyn menyipitkan matanya menatap George. "I see." Ellyn mengangkat alisnya. Ellyn menarik satu gelas berisi minuman dan duduk di dekat George.     

"Kakakku juga manusia biasa." Ujar Ellyn sebelum menenggak setengah gelas minuman di tangannya.     

"Apa maksudmu dengan manusia biasa?" Tanya Geroge.     

Ellyn memutar tubuhnya hingga menghadap ke arah Geroge, sebelumnya dia menghela nafas dalam. "Sejak dilahirkan, atau bahkan sebelum dia dilahirkan, dia sudah di design untuk sebuah tujuan George, seperti pangeran yang akan mewarisi tahta saat ayahku meninggal nanti." Ujar Ellyn. "Dia tidak pernah hidup sesuai keinginannya sendiri, seluruh hidupnya diatur dan ditentukan untuk tujuan besar itu. Dia bahkan mungkin sudah mati rasa dan tidak pernah lagi menggunakan hatinya, tapi entah mengapa Ella, gadis polos, lugu, sederhana itu bisa membuat kakakku kehilangan kontrol dirinya." Ellyn menenggak sisa minuman di tangannya.     

"Bagaimana denganmu?" Tanya George.     

Ellyn tersenyum. "Aku hanya pemeran pembantu dalam drama kehidupan keluargaku George." Ujarnya.     

"Mengapa kau mengatakan seperti itu?" Tanya George.     

"Semua adalah tentang Robert." Ellyn mengambil gelas lain dan menengaknya dalam sekali minum.     

"Kau merasa cemburu padanya?" Tanya George.     

"Nope." Geleng Ellyn. "Aku kasihan padanya." Imbunya.     

Geroge tersenyum lebar, "Hei, semua orang menginginkan kehidupan kakakmu, mengapa kau justru mengasihaninya? He's the prince." George mengangkat bahunya dan menatap Ellyn.     

"Being a prince is the toughest torture in Robert's life. If you asked him if he wanted freedom, I think he would say yes." Ellyn berkaca.     

George melipat tangannya, dia menghela nafas dalam, "Tapi aku tidak melihat itu di mata kakakmu. Dan setelah dia putus dengan Ella dia tampil di beberapa acara dengan sangat percaya diri, dia tersenyum, dan dia tampak biasa saja." Ujar Geroge dan itu membuat Ellyn terkekeh.     

"Itulah kami." Ujar Ellyn. " Show what people want to see, don't show who you really are if that's not what they want. because you are theirs, this is not about you but about the people. Itu yang selalu di katakan pada kami." Ujar Ellyn, dia mengambil gelas lain dan menyesapnya, kali ini lebih pelan.     

"Apakah Robert benar-benar menyukai Ella atau dia hanya bermain-main?" Tanya George kemudian.     

"Robert is Robert." Jawab Ellyn.     

"What do you mean?" Tanya George bingung.     

"Dia adalah komandan operasi militer angkatan udara Britania Raya, George, come on, He has a target, he always has it. And he also always has a strategy to achieve that target."     

George menenggak sisa minuman dalam gelasnya dan mengambil satu lagi kemudian melakukan hal yang sama.     

"Saingan berat hah?!" Ellyn menepuk pundak Geroge. "Walaupun dia kakakku, aku tidak memihak salah satu dari kalian, good luck for both of you." Ellyn meninggalkan George dan berjalan menuju lantai dansa untuk berdansa bersama teman-temanya yang lain diantara alunan musik yang menghentak-hentak.     

***     

Sementara itu di dalam kamar Ella menengadah ke langit-langit, entah kemana pikirannya terbang, tapi yang terbayang setelah malam itu hanyalah wajah Robert, ciumannya, senyumnya, suaranya, aksen khas British yang dia miliki.     

Ella menarik selimutnya hingga menutupi wajahnya dan berusaha terpejam, tapi begitu sulit baginya untuk terpejam karena setiap kali matanya tertutup sementara dia belum benar-benar tertidur akan selalu terngiang kembali bagaimana cara pria itu bicara, setiap kata yang sempat di ucapkannya, apalagi saat terakhir mereka bertemu malam itu. Mulai dari dinner, ciuman di samping wastafel hingga kedatangan George, seolah kejadian buruk itu berulang kali terjadi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.