THE RICHMAN

The Richman - Insecure



The Richman - Insecure

0Seminggu terakhir pekerjaan Robert tampaknya begitu padat hingga dia tak sempat bertemu dengan Ella, begitu juga gadis itu. Setelah membuat tiga akun di tiga sosial media yang berbeda dan memposting foto pertama Robert yang adalah foto saat dia mengajar di kuliah terbuka, satu-satunya foto yang saat diambil, Ella juga menjadi saksi dari kejadian itu hingga dia tak perlu menunggu waktu luang Robert untuk menceritakan keseluruhan cerita padanya.     
0

Pagi ini Ella ada jadwal kuliah pagi yang mengharuskannya berangkat ke kampus. Secara tak sengaja dia bertemu dengan Ellyn yang juga berniat untuk berangkat ke kampsunya.     

"Kau ingin berangkat beramaku?" Tanya Ellyn.     

"Tidak your highness." Geleng Ella.     

"Ikut denganku." Paksa Ellyn dan pada akhirnya Ella setuju, dia ikut dalam satu mobil bersama dengan Ellyn, meski sekarang, sejak dia bekerja di istana, Ellyn tak lagi bersikap ramah padanya, entah apa yang melatarbelakanginya tapi itu terlihat jelas dari sikapnya belakangan ini di kampus.     

"Kau berkencan dengna kakakku?" Tanya Ellyn saat perjalanan dari istana menuju kampus di mulai, mobil yang mereka tumpangi melaju mulus meninggalkan gerbang istana.     

"Tidak." Geleng Ella.     

"Lalu bagaimana kau bisa bekerja untuk kakakku?" Tanya Ellyn.     

"Aku mengikuti interview seperti beberapa mahasiswa lainnya." Jawab Ella.     

Ellyn tersenyum sinis, kemudian membuka ponselnya dan menjunjukannya pada Ella. "Semua yang menjadi lawan interviewmu adalah mahsisa S2 dan kau satu-satunya mahsiswi S1 yang bahkan belum menamatkan smester satunya. Kau yakin semua murni karena kau qualified atau karena kakakku yang memang sudah memilihmu sejak awal dan menjadikan seribu orang lainnya sebagai boneka mainannya untuk menyamarkan kebohongannya dan membuatmu percaya." Ellyn mengatakan semua itu dengan sangat menggebu-gebu dan membuat Ella tertunduk malu. Dia tidak pernah merasa ada kemungkinan seperti itu, selama ini dia yakin bahwa alasan Prince Robert mempekerjakannya adalah karena kualifikasinya memenuhi syarat dan soal alasan lainnya Ella jelas tidak memikirkannya, terutama alasan pribadi sang pangeran.     

Dengan sisa-sisa kekuatan yang dia miliki setelah Ellyn mematahkan hatinya berkeping-keling, Ella menoleh padnaya. "Your highness, maaf jika menurutmu seperti itu. Aku sungguh tidak mengerti soal keputusan Prince Robert, sebaiknya anda bertanya langsung padanya." Jawab Ella.     

"Aku tahu kau sangat pandai menggunakan wajah polosmu itu untuk menggoda pria, Emanuella Dimitry." Ellyn menekankan kalimatnya, juga tatapannya pada Ella. "Kau tahu bahwa George adalah anak orang kaya di Amerika, pertama kau mendekatinya, dan karena George tampaknya lebih tertarik padaku, maka kau berusaha mendekati kakakku untuk membalas dendam padaku bukan?"     

Ella tersenyum, "Jadi ini soal George?" Tanyanya pada Ellyn.     

"Ini soal kau, kau yang menjadi sumber masalah bagi kehidupanku. Sebelum aku mengenalmu semuanya baik-baik saja, dan sekarang setelah kau masuk dalam kehidupanku, kau membuat semuanya menjadi rusak. Hubunganku dengna George dan hubunganku dengan kakakku." Ellyn terlihat frustasi dan Ella tertunduk sekilas.     

"Jika anda merasa seperti itu, aku sungguh minta maaf Your highness." Kalimat Ella itu dia ucapkan tepat saat mobil yang mereka tumpangi berhenti. Ella turun dari dalam mobil dan meninggalkan Ellyn yang kesal di dalam mobilnya. "Terimakasih atas kebaikan hati anda dan tumpangannya, your highness." Ella menghela nafas dalam setelah mengucapkan kata-kata itu tepat sebelum dia turun dari mobil.     

Hatinya hancur berkeping-keping mendengar semua yang dikatakan Ellyn padanya. Selama ini dia berpikir bahwa Prince Robert benar-benar menyukai hasil kerjanya juga memilihnya karena alsan kompetensi dan kemampuan, bukannya alasan pribadi. Dan soal George, seandainya Ellyn tahu berpaa kali dia menolak George, tentu Ellyn tidak akan sampai hati mengatakan bahwa dirinyalah yang menjadi penyebab hubungan Ellyn dan George merenggang.     

"Ella. . ." Sapa seorang pria yang duduk di bangku sebelah Ella, tepat saat Ella masuk kelas.     

"Hai Luis." Jawab Ella singkat.     

"Selamat ya, aku baru mendengar kalau kau magang di istana." Ucap Louis tulus.     

Ella menoleh ke arah Louis. "Lou, tolong katakan dengan jujur, apakah menurutmu aku layak bekerja di istana sebagai asisten sosial media Prince Robert?" Tanya Ella dan Louis mengangguk, "Mengapa tidak? Kau mahasiswi paling cerdas di kelas, kau juga memiliki track record yang bagus di bidang jurnalistik, kau menulis beberapa berita dan di muat di surat kabar."     

"Apakah itu cukup?" Ella memegangi wajahnya.     

"Hei, apa yang terjadi?" Tanya Louis.     

"Aku merasa aku tidak cukup baik dalam pekerjaanku." Ella meremas wajahnya dan Louis membuka akun sosial medianya. "Apa yang kau maksud ini?" Tanya Louis dengan membuka akun instagram Prince Robert yang dalam dua puluh empat jam pertama langsung mendapatkan centang biru meskipun baru ada satu postingan di feed tentang kuliah terbuka yang dilakukannya beberapa waktu lalu dan mendapatkan likes lebih dari delapan juta likes.     

"Hasil kerjamu seluarbiasa ini Ella, kau layak mendapatkan pekerjaan itu." Ujar Louis meyakinkan Ella agar lebih percaya diri.     

"Itu bukan karena aku Lou, itu karena Prince Robert memang sudah memiliki penggemar sebanyak itu, dan orang menyukainya." Ella terlihat semakin frustasi.     

"Mungkin kau harus belajar untuk memahami potensimu Ella." Louis tersenyum dan menepuk pundak Ella. Untuk sementara waktu gadis itu terhibur.     

***     

Di ruangan kelas lainnya George tampak sudah duduk di dalam kelas saat Ellyn masuk.     

"Hi." Sapa George.     

"Hi." Ellyn membalas sapaannya tanpa menatap wajah pria itu.     

"Kau terlihat tak bersemangat." Ujar George.     

"Seseorang merusak hariku, tepat saat hari masih terlalu pagi." Gerutu Ellyn.     

"Aku bisa membuat sisa harimu menjadi menyenangkan." George tersenyum sembari menatap Ellyn dan gadis itu tampak ragu-ragu membalas tatapannya.     

"Buktikan ucapanmu."     

"Tentu your highness." Goda George.     

"Berhenti memanggilku seperti itu." Protes Ellyn. George menjadi lebih akrab dengan Ellyn bukan tanpa sebab. Dia merasa Ella sudah terlalu jauh dari jangkauannya dan untuk apa mengerjarnya, toh dia sudah bicara pada dirinya sendiri pagi ini di depan cermin, "Kau mencintainya George, tapi kebahagiaannya bukan denganmu. Biarkan dia bahagia, dan kaupun layak bahagia." Itu kalimat yang diucapkan George pada dirinya sendiri pagi ini, hingga saat melihat Ellyn, George berusaha untuk mencari kebahagiaannya bersama gadis lain, dan mungkin itu adalah Ellyn.     

***     

Ella kembali dari kampus dan hari sudah gelap. Tugasnya menunpuk dan sudah dia selesaikan sore ini. Malam ini Ella bersiap untuk mengerjakan pekerjaannya, jika Prince Robert tak punya banyak waktu untuk menceritakan tentang berbagai kejadian yang diabadikan dalam bentuk foto itu, Marcus bisa menjadi orang yang tepat untuk dimintai informasi. Bagaimana tidak, Marcus melekat pada George lebih dari delapan belas jam sehari, bahkan dia siaga selama duapuluh empat jam. Keselamatan Prince Robert bahkan saat dia tertidur lelap adalah tanggung jawab Marcus.     

Ella masuk ke ruangan kerjanya dan mencari nomor ponsel Marcus, untunglah dia sempat meminta nomor ponsel Marcus saat pertama kali sang pengawal itu menjemputnya dari apartmentnya.     

"Hi Marcus." Ella dengan ragu-ragu membuka suara saat Marcus menerima panggilannya.     

"Mss. Dimitry, mengapa anda menghubungi saya?"     

"Em, ini soal pekerjaanku. Aku tahu Prince Robert sangat sibuk, tapi setelah dia istirahat bisakah kita bertemu sebentar, aku ingin menanyakan beberapa hal untuk kepentingan sosial media miliknya." Ujar Ella.     

"Ok." Angguk Marcus.     

"Thank you." Ella mematikan ponselnya dan menjadi cukup bersemangat meskipun saat ini dia sangat lelah sepulang dari kampus dan baru sempat mandi lalu langsung ke ruang kerjanya untuk kembali memeriksa postingan terakhirnya. Like dan komen juga follower terus bertambah, tapi Ella masih sangat terpengaruh dengan kata-kata Ellyn tadi pagi.     

Gadis muda itu menghela nafas dalam dan melihat ke arah tumpukan buku-buku sambil melipat tangannya. Dia tertarik pada sebuah buku dan mengambilnya untuk dibaca saat tiba-tiba seseorang masuk ke ruangannya dan membuatnya hampir terlonjak.     

"Ada yang bisa ku bantu Mss. Dimitry?" Suara itu jelas bukan suara Marcus dan saat Ella menoleh Prince Robert yang berdiri di ambang pintu.     

"Your highness." Ella segera meletakkan kembali bukunya dan menunduk memberi hormat.     

"Aku mendengar kau menelepon Marcus." Ujar Robert.     

"Ya, maaf jika itu mengganggu anda, your highness." Ella tampak menjadi sungkan.     

"Tidak, aku justru yang meminta maaf padamu karena belakangan ini aku sangat sibuk." Ujar Robert. "Ikut denganku dan akan kuceritakan tentang semua foto yang kau punya." Robert mengulurkan tangannya pada Ella dan gadis itu tampak ragu-ragu menatap sang pangeran.     

"Aku akan bersiap." Ella seger mengemas buku catatannya, rekorder dan juga ponselnya.     

"Mengapa membawa begitu banyak barang?" Tanya Robert.     

"Aku harus mencatat, atau setidaknya merekam cerita anda your highness." Ujar Ella, dia jelas kikuk karena baru saja menolak uluran tangan sang Pangeran Britania Raya meski secara tersirat. Hal itu dilakukan semata-mata agar tuduhan yang didengarnya dari Ellyn pagi ini tidak terbukti. Menurut Ella, Robert benar-benar bersikap sangat profesional sementara dirinya yang sering terhanyut dalam perasaan selama berada di sekitar Robert.     

Robert tersenyum, dia melipat tangannya di dada sembari memperhatikan Ella yang tampak begitu kelabakan menguasai dirinya. "Dengarkan dengan telingamu, rasakan dengan hatimu, dan kau bisa menyimpannya di ingatan." Ujar Robert. "Kau tak perlu semua alat ini, karena aku tahu kau bisa bekerja dengan lebih baik jika kau menggunakan hatimu." Robert berjalan ke arah Ella dan gadis itu menjadi semakin gugup.     

"Bolehkah aku bertanya tentang satu hal?" Ella terlihat ragu-ragu, dia bahkan bersuara dengan sangat pelan.     

"Katakan." Robert menatap gadis muda yang lugu itu.     

"Apa anda sudah merencanakan semuanya ini, memilihku?" Tanya Ella dengan tatapan dalam pada Robert "Maaf your highness, mungkin aku terlalu tidak sopan."     

"No." Robert mengangkat alisnya. "Kau berhak tahu, jika itu sangat menganggumu." Robert memasukkan tangannya ke saku celana, lalu berjalan ke arah rak buku-buku di belakang Ella.     

"Aku mengenalmu bahkan sebelum aku berpikir soal sosial media. Dan setelah mengobrol tentang banyak hal denganmu, apalagi dalam perjalanan kita sekembali dari kampus, daru perpustakaan hari itu, aku melihat betapa positifnya dirimu. Kau melihat dunia dengan hatimu yang tulus, dan aku rasa kau adalah orang yang paling tepat untuk mengerjakan pekerjaan ini." Ujar Robert, dan saat kalimatnya berakhir, Robert berbalik untuk menatap Ella.     

Gadis itu terlihat lemas, "Jadi anda sudah merencanakannya sejak awal, your highness?"     

"Awalnya ya, tapi kau tahu ibuku bukan orang yang bisa menerima sesuatu begitu saja. Soal lowongan pekerjaan, seleksi hingga panggilan inverview semua dilakukan oleh asisten pribadi ratu. Kau bisa hadir di acara interview itu karena Gladys menyeleksi seribu lebih pelamar dan kau lolos, menjadi salah satunya." Ujar Robert, meski tak semuanya adalah kebenaran, tapi Robert tahu betul bahwa insecure yang dialami oleh Ella adalah atas ulah adik nakalnya yang manja. Sudah barang tentu Ellyn akan mencari berbagai cara untuk merusak semua hubungan yang dia miliki dengan gadis-gadis karena rasa cemburu. Selama ini sebagai adik satu-satunya, apalagi adik perempuan, Ellyn menerima seluruh perhatian dan cinta dari kakak laki-lakinya, dan kehadiran wanita lain yang merebut perhatian sang kakak akan selalu menimbulkan kecemburuan yang besar bagi seorang adik, apalagi adik perempuan.     

"Maaf your highness, maafkan saya. Tidak seharusnya saya menuduh anda seperti itu, maafkan saya." Sesal Ella.     

"It's ok." Robert berjalan ke arah Ella. "Kau bisa melihat sendiri hasil kerjamu, aku tidak perlu mengatakan apapun." Robert tersenyum ke arah Ella.     

"Itu bukan karena saya, tapi karena anda memang mempesona your highness." Ujar Ella.     

"Apa?" Robert tampak tersenyum mendengar pujian dari Ella.     

"Em, maksudku anda memang sangat dicintai oleh rakyat anda, dan bahkan orang-orang dari berbagai negara."     

"Oh, ok. Terimakasih karena dirimu aku bisa merasakan cinta orang-orang dari berbagai belahan dunia itu." Ujar Robert.     

"Anda membaca komentar di postingan foto anda?"     

"Beberapa." Ujar Robert, dan Ella menjadi celingukan. Dia juga memberikan like pada foto itu meski tak memberikan komentar apapun.     

"Terimakasih sudah menyukai foto itu." Robert tersenyum sekali lagi dan wajah Ella bersemu merah.     

"Ikut aku, aku berhutang cerita dari balik setiap foto padamu." Robert berjalan meninggalkan ruangan Ella dan gadis itu bersikeras membawa semua peralatannya bersamanya untuk merekam, mencatat dan mengabadikan cerita dari Robert dari setiap hal yang sudah dialaminya dan diabadikan dalam setiap foto.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.