THE RICHMAN

The Richman - Escape



The Richman - Escape

0Malam setelah pertemuan Pablo dengan Richard di hotel, pria itu benar-benar menjadi gusar dan belakangan terlihat aneh.     
0

"Bagaimana jika kita pindah rumah?" Tanya Pablo.     

Christabell yang tengah menggendong Adrianna yang hampir tertidur itu tampak menghentikan senandungnya dan berlaih menatap Pablo. "Apa kau mengalami masalah keuangan?" Tanya Bell mendadak.     

"Tidak." Geleng Pablo.     

"Lalu mengapa begitu mendadak?" Tanya Christabell lagi, tatapannya benar-benar tengah menilai ekspresi Pablo, dan pria itu tak berani membalas tatapan Bell, itu aneh bagi Bell mengingat belakangan ini Pablo termasuk cukup berani dalam hal memperlakukannya.     

Christabell membawa Adrianna ke dalam kamar dan menidurkannya. Setelah memastikan Adrianna tertidur pulas di balik selimut lembutnya, Christabell berjalan keluar kamar dan menghampiri Pablo.     

"Aku tahu bahwa kami menjadi beban berat bagimu." Ujar Bell.     

"Bukan itu maksudku." Tukas Pablo.     

"Lalu apa? Kau membuatku bingung dengan sikapmu belakangan ini. Kemarin kau melarangku keluar rumah hampir seminggu, bahkan Ella datang kerumah dan bertanya apa aku baik-baik saja. Kau benar-benar aneh Pablo, jika ada masalah katakan padaku." Bell mengusap pundak Pablo.     

Pria itu menghela nafas dalam. "Lupakan." Ujarnya sembari berlalu, dia tampak masuk ke kamarnya, meninggalkan Bell dalam teka-teki besar yang tak terjawab.     

***     

Pagi ini Ella datang ke rumah Pablo tepat setelah pria itu meninggalkan rumah untuk bekerja.     

"Hai Bell." Sapanya renyah, seperti yang selalu dia lakukan saat menghampiri Chistabell.     

"Hai." Bell tampak tak terlalu menghiraukannya, gadis periang ini datang dengan obrolan tidak jelas yang intinya dia begitu mengagumi Pablo dan menginginkan pria itu lebih dari apapun. Biasanya Ella akan diam-diam memasak untuk Pablo sambil mengoceh panjang lebar tentang cerita-cerita masa lalu dimana mereka mulai menjadi tetangga.     

Aneh, kali ini dia tidak langsung ke dapur melainkan masuk ke kamar Bell, hampir terlihat seperit sedang mengendap-endap. "Christabell." Ujarnya setengah berbisik.     

"Apa?" Tanya Christabell acuh, dia sibuk menyusui puteri mungilnya.     

Ella menghela nafas dalam, dia bahkan menutup matanya sekilas sebelum melanjutkan kalimatnya, itu justru membuat Christabell merasakan keanehan menyeruak memenuhi ruangan sempit itu.     

"Setelah Pablo kini kau menjadi aneh." Ujar Bell sambil menggelengkan kepala heran.     

Ella mengrenyitkan alisnya, dia justru balik bertanya "Pablo aneh?"     

"Ya." Angguk Bell, dia mengalihkan pandangannya pada mata bening Adrianna yang tampak berkilauan menatap ibunya. Sembari memainkan jemari mungil puterinya itu Bell tersenyum menatap malaikat kecil dalam pelukannya.     

"Dia mengajakku untuk pergi dari tempat ini, dan berpindah entah kemana." Jujur Bell, mengingat pembicaraan kurang jelas yang terjadi antara dirinya dan Pablo semalam.     

Ella mengrenyitkan alisnya, dia bahkan sempat memegangi dadanya. "Aku..." Dia menghentikan kalimatnya, dia bahkan beringsut dan duduk di sisi ranjang untuk mendekatkan dirinya pada Bell, sedekat mungkin.     

"Aku mendengar rumors." Ujar Ella.     

"Rumors?" Alis Bell bertaut menatap gadis itu. "Rumors apa? Apakah Pablo terlibat masalah?"     

"Tidak, ini bukan tentang Pablo." Ella menjilat bibirnya, kerongkongannya mendadak kering dan begitu sulit bahkan untuk menelan ludah. "Christabell, awalnya aku memang tidak menyukaimu karena kau mendadak hadir di antara aku dan Pablo, tapi..." Kalimatnya terpotong.     

Christabell menghela nafas dalam. "Ella, percayalah aku akan segera pergi begitu memungkinkan."     

"Bukan itu, tapi aku mendengar dari beberapa orang bahwa seorang pria dari New York tengah menginap di hotel tempat Pablo bekerja."     

Christabell tersenyum lebar. "Bukankah tempat ini memang destinasi wisata? Ribuan orang dari New York mungkin saja menghabiskan waktu liburannya di tempat ini."     

"Ya..." Angguk Ella. "Tapi apa kau mengenali wajah pria ini?" Ella mengigit bibirnya, dia menunjukkan layar ponselnya pada Christabell, meski di ambil dari kejauhan tampak bahwa Pablo tengah berdiri di samping mobil tempat seorang pria berjalan menuju ke arah mobil itu.     

Mata Christabell membeku menatap foto itu, wajahnya memerah dan mendadak air mata menggenangi kedua matanya hingga sebagian berjatuhan tak tertahankan.     

"Rich..." Bisiknya lirih, dia membungkam mulutnya dengan satu tangan menahan getaran yang mungkin akan membuat tangisnya pecah seketika. Christabell tak ingin membuat Adrianna kaget dengan ledakan emosinya, tapi bayi mungkil itu seolah paham situasi yang terjadi pada ibunya. Dia melepaskan puting ibunya dan menatap ibunya sambil memegangi wajahnya.     

"Ella, bawa aku padanya sekarang." Ujar Bell.     

Ella bergegas menutup ponselnya. "Aku akan membawamu pergi sebelum Pablo kembali." Ujarnya sembari berbisik, Ella begitu sigap membereskan semua perlengkapan Christabell dan Adrianna dalam tas besar.     

"Tapi aku tidak bisa pergi seperti ini, setidaknya biarkan aku berterimakasih pada Pablo." Ujar Bell.     

Ella menghentikan aktifitasnya. "Pergi sekarang atau kau akan menyesalinya Bell." Ujar Ella dengan wajah cemas.     

Air mata Bell terus berderai sementara dia ikut bersiap, setelah membaringkan Adriana di ranjang. Dalam benaknya berkecamuk hutang budi yang entah bagaimana harus dia bayar pada Pablo dan juga pelarian yang akan dia lakukan bersama Ella untuk menemui Richard.     

Setelah selesai berkemas, Ella membawa tas besar itu di tangannya sementara Bell menggendong bayinya. "Apakah kita harus melakukan ini semua?" Tanya Bell dengan air mata yang terus berjatuhan.     

Ella mengigit bibirnya, dia mengeluarkan lagi ponselnya dan memperdengarkan sebuah rekaman.     

"Aku akan pergi dari rumah ini Mr. Smith, mungkin dalam minggu ini." Terdengar suara Pablo berbicara dengan pemilik rumah yang mereka sewa.     

"Kau terlihat buru-buru, apa ada masalah dengan bangunnan rumah atau biaya sewa?" Suara seorang pria serak terdengar menimpali.     

"Tidak ada masalah, aku hanya mendapatkan pekerjaan baru di San Juan."     

"Oh, baiklah jika itu sudah menjadi keputusanmu."     

Ella mengrenyitkan alisnya, tatapan prihatin dia lemparkan pada Bell yang tampak terkejut mendengar percakapan itu. "Aku merekamnya diam-diam, aku tidak sengaja mendengar pembicaraan awal mereka."     

"Bawa aku pergi dari sini Ella."     

Christabell dan Ella berjalan dengan cepat keluar dari pagar rumah Pablo dan menunggu taksi yang bisa membawa mereka. Tak sampai lima menit, taksi melintas dan mereka masuk ke dalam taksi itu. Saat taksi melaju kurang lebih sepuluh meter, mobil Pablo melintas ke arah rumah mereka.     

"Merunduk, itu Pablo." Ujar Ella, membuat Bell segera merunduk mendekap bayinya. Entah mengapa dalam situasi sekritis ini Adrianna benar-benar mengerti dan tidak rewel.     

Sekitar lima menit kemudian ponsel Ella bergetar, "Oh sial, dia menghubungiku."     

"Dia pasti sudah menemukan rumah kosong."     

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?"     

"Secepatnya sampai di hotel."     

Christabell menahan nafasnya, pikirannya mendadak buntu dan tak bisa mencerna apapun. Dia terlihat panik dan sibuk menoleh ke belakang taksi sesekali untuk memastikan tidak ada mobil Pablo di belakang taksi yang mereka tumpangi.     

Mendadak Bell melempar pandangannya pada Adriann, mata bening malaikatnya itu seolah mengatakan sesuatu.     

"Ella, bisakah aku meminjam ponselmu."     

"Ya." Ella menyerahkannya pada Bell. Meski sudah lama tidak menghubungi suaminya itu, tapi Christabell masih hafal betul nomor ponsel Richard. Dia segera menulis angka-angkanya dan menekan tanda memanggil di layar ponsel Ella.     

Suara tersambung, tapi tak lantas di terima.     

"Rich, please...." Bisik Christabell dalam hati. "Ayolah Rich, terima panggilan ini." Bibir Christabell komat kamit sambil mendengarkan nada tersambung yang berbunyi berkali-kali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.