THE RICHMAN

The Richman - Richard Anthony



The Richman - Richard Anthony

0Terbangun di pagi hari dengan isteriku yang bergelayut di pelukanku, membuatku tak ingin beranjak dari ranjang. Tubuh indahnya, aroma tubuhnya, dadanya yang semakin penuh dan aroma air susu yang aneh tapi entah mengapa aku menyukainya.     
0

Dia meringkuk dalam kedamaian sementara bayi kecil kami masih terlelap di dalam ranjang bayinya yang sengaja di buat senyaman mungkin. Beberapa kali terbangun setiap malam sudah menjadi ritual yang mulai kunikmati. Melihat isteriku memberikan air susunya pada bayi kami terkadang memancing fantasiku untuk menyentuhnya saat itu juga, tapi semua masih berputar-putar di dalam benakku dan belum aku lakukan karena perhatian Christabell tertuju pada makhluk mungil itu dibandingkan diriku yang kadang ikut terjaga dan menikmati pemandangan itu, sesekali mengusap punggungnya untuk memberinya kode rahasia tapi Christabell menikmati itu sebagai bentuk perhatiannku dan dukunganku sebagai suami. Padahal di dalam otakku, fantasiku berputar liar.     

Malaikat kecil itu benar-benar merebut isteriku dari pelukanku, tapi aku juga jatuh cinta padanya setengah mati. Mata beningnya, senyumannya setiap kali aku menggendong sembari menepuk-nepuk lembut dirinya. Aku tidak pernah membayangkan ini terjadi dalam kehidupanku. Seseorang lahir karena keberadaanku, darah dari darahku dan daging dari dagingku, buah cintaku dengan isteriku.     

Christabell menggeliat manja, ku usap wajahnya dan dia tampak mengerjap-ngerjap di balik bulumata lentiknya. Dia masih malaikat yang sama seperti terakhir kali aku jatuh hati padanya. Meskipun hubungan kami tak selalu berjalan mulus, tapi satu yang sama sampai detik ini, aku tidak ingin kehilangan dia lagi.     

"Hari ini aku harus pergi ke kantor." Ujarku.     

Dia tersenyum. "Kau selalu melakukannya hampir setiap hari."     

"Mungkin aku akan pulang larut malam."     

"Kau juga selalu melakukannya." Ujarnya cepat.     

Aku mengecup keningnya sekilas, "Jika kau membutuhkanku di rumah, aku akan melakukannya."     

"Apa yang terjadi padamu Mr. Anthony, kau terlihat berbeda dari biasanya."     

"Entahlah, sejak kehadirannya aku seperti kehilangan sebagian dirimu."     

Mata Christabell membulat. "Are you jealous?"     

Aku menghela nafas dalam. "Aku ingin membantu tapi tidak tahu harus apa, aku ingin tinggal tapi kau tidak menginginkanku, bahkan saat aku ingin memiliki waktu hanya berdua denganmu rasanya juga sulit."     

"Dia puterimu, Adrianna Anthony."     

"Aku tahu." Pungkasku, pembicaraan ini tidak akan menemui ujung.     

Christabell mengusap wajahku dan menatapku dalam. "Aku adalah orang yang sama, seperti pertama kali kita bertemu. Beberapa hal memang sempat membuat hubungan kita kurang baik, tapi itu tidak merubah perasaanku padamu Mr. Anthony." Ujarnya, itu membuatku merasa buruk sebenarnya. Kubenamkan wajahku di dadanya, dan dia mengusap-usap rambutku. Entah kapan terakhir kali aku merasa seperti anak yang ingin memenangkan perhatian ibunya seutuhnya.     

***     

Aku selesai mandi dan bersiap untuk merapikan diriku sebelum berangkat ke kantor, ada beberapa meeting pagi. Saat aku menoleh Adrianna sudah tidak ada di boxnya, dia sudah dibawa keluar dari kamar oleh pengasuhnya.     

Saat kupasangkan kancing kemejaku tiba-tiba Christabell muncul di belakangku dan membuatku merasa menemukan kemenanganku saat dia membuatku berbalik menghadap padanya dan membiarkan tangan terampilnya merapikan pakaianku, hingga memasangkan dasi untukku.     

"Kau benar-benar pria besar yang manja." Ujarnya, aku tidak menjawab, aku hanya menikmati menatapnya dengan rambut yang diikat simpul, beberapa helai lolos dari ikatan dan menjuntai di sisi-sisi wajahnya. Di balik piyama tidur berbentuk kimono berwarna kulit yang membuatnya begitu cantik pagi ini.     

Setelah dia membuatku rapi, aku mengecupnya sekilas tepat di bibir.     

"Makan sarapanmu sebelum meninggalkan rumah."     

"Kau menyiapkan sarapan untukku?"     

Dia mengangguk. "Pria besar yang tak bisa berbagi harus cukup kenyang sebelum keluar dari rumah." Dia mengusap punggungku. Aku benar-benar merasa di cintai, dan itu membuat hatiku hangat.     

Aku turun dan melihat secangkir kopi hangat masih mengepul dengan beberapa potong roti panggang. Meski di rumah kami ada koki khusus untuk memasak makanan, tapi disiapkan makanan oleh isteriku sendiri, ini menyenangkan.     

Dia duduk menghadap padaku, sementara bayiku bersama pengasuhnya entah kemana, mungkin mereka menikmati jalan-jalan di luar rumah.     

"Kau jenuh berada di rumah?" Tanyaku.     

Dia tersenyum. "Tidak, aku punya bayi mungil yang haus cintaku dan bayi besar yang haus perhatian." Selorohnya.     

"Aku benar-benar tidak ingin membebanimu dengan Adrianna."     

"Aku mencintainya, dia benar-benar bukan beban bagiku. Percayalah, saat kau menghabiskan lebih banyak waktu dengannya kau akan mencintainya."     

Aku mengerucutkan bibirku sekilas. "Aku menyukainya, hanya saja aku juga tidak bisa kehilangan banyak waktu denganmu."     

"Aku akan membuatnya adil bagimu dan baginya."     

"I love you."Ucapku tulus, aku tidak tahu bagaimana jadinya hidupku jika tidak bertemu dengan wanita ini. Mungkin aku akan berakhir menjadi pria tua yang tetap hidup dengan gaya hidup lamaku. Setiap kali aku menginginkan kepuasan aku harus menghamburkan uangku dan memilih wanita yang mungkin bisa memberiku kepuasan tanpa ikatan. Christabell adalah sebuah takdir yang tak pernah kusangka akan datang. Dan seperti yang selalu orang katakan tentang takdir, dia tidak datang terlalu cepat, juga tak datang teralmbat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.