THE RICHMAN

The Richman - Aunty Charlotte



The Richman - Aunty Charlotte

0Charlotte masuk ke dalam rumah bersama Richard, disambut oleh Christabell dan Adrianna.     
0

"Hei… look, who's coming?" seru Christabell, dia segera memberikan pelukan pada Charllote meskipun sebenarnya mereka tidak terlalu akrab. Namun sekembalinya dari Puerto Rico, Christabell mendengar banyak tentang wanita ini. Dia adalah sepupu Rich yang paling dekat dengan pria berusia tiga puluh dua tahun itu.     

"Akhirnya kita bisa bertemu, dan look how amazing baby Adrianna." puji Charlotte saat dia akhirnya bisa menggendong buah hati sepupunya itu.     

"Kurasa Richard menguasai seluruh permainan saat baby Adrianna diciptakan, wajahnya sangat mirip denganmu dude[WU1] ." goda Charlotte dan itu membuat Richard tergelak dan Christabell tersenyum lebar.     

"Terimakasih sudah bersedia tinggal untuk sementara waktu." ujar Rich, sembari mengusap lengan Charlotte. "Aku akan berada di ruang kerjaku jika kalian membutuhkanku. Oh ya, Charlotte kau bisa istirahat di kamarmu."     

"No thanks, aku tidak bisa membiarkan baby Adrianna bermain sendiri." senyum Charlotte menatap binar mata baby Adrianna. Wajah mungil dan mata beningnya selalu berhasil membuat orang yang menatapnya jatuh hati pada pandangan pertama. Itu juga yang mungkin terjadi pada Pablo hingga dia menjadi begitu posesif dan tidak ingin kehilangan baby Adrianna dan ibunya.     

"Akan ku antar kau ke kamarmu." Christabell tentu saja tetap menjunjung tinggi sopan santun, bagaimanapun penerbangan dari Kanada ke New York bukanlah waktu yang sebentar. Charlotte tetap butuh istirahat sebelum bisa menikmati kehidupan normalnya di rumah besar milik Richard.     

"Thanks." Charlotte menyerahkan BabyAdrianna kembali ke pelukan ibunya. Mereka berjalan beriringan menuju kamar besar yang sengaja di siapkan untuk Charlotte. Kedatangan Charlotte ke New York adalah salah satu win-win solution yang dipilih oleh Richard dan Christabell. Melibatkan orang lain masuk dalam pengasuhan Adrianna bukanlah pilihan yang mudah di setujui oleh Christabell. Bagaimanapun keluarga adalah orang yang paling tepat untuk dilibatkan dalam urusan mengasuh anak.     

Setelah mendengar banyak soal Charlotte, hati Christabell melunak. Dia akhirnya menyetujui rencana Richard untuk menghubungi sepupunya itu.     

"Oh ya, maaf karena harus merepotkanmu." ujar Christabell saat mereka sudah masuk kedalam kamar Charlotte.     

"Tidak, bagiku Richard sudah seperti kakak laki-lakiku sendiri, dan membantunya adalah sebuah kebahagiaan tersendiri bagiku." ujar Charlotte. Wanita itu meyingkap tirai yang menutup dinding kaca kamarnya.     

"Aku benar-benar merasa tidak enak hati."     

Charlotte berbalik, dia memilih untuk duduk di sisi Christabell. "Baringkan Adrianna di ranjang." ujar Charlotte, wanita itu terlihat ceria sekaligus lembut, sebuah kepribadian yang menarik dari seorang perempuan.     

"Aku juga merasa tidak enak hati karena baru mengenalmu setelah dua tahun menikah dengan Richard." jujur Christabell.     

Charlotte tersenyum lebar. "Hubungan keluarga kami cukup rumit, sedikit sulit untuk dipahami dan diterima oleh banyak orang."     

"Rich tidak pernah menceritakan apapun tentangmu."     

"Ya, itu sudah pasti." Charlotte tersenyum lebar. "Keluarga kami cukup dekat, ayahku dan ayahnya adalah saudara tiri." ujarnya memulai cerita. "Ketika usiaku lima belas tahun, aku bertemu dengan Brandon, adik Rich secara tidak sengaja dan kami menjalin hubungan, friend with benefit, or something like that."     

Christabell sempat sedikit terkejut saat Charlotte menyebut nama si brengsek Brandon. "Oh, ya aku sudah lama tidak mendengar nama itu."     

"Kau mengenalnya?" tanya Charlotte.     

Christabell bergidik dan menjawab "Hanya pernah bertemu."     

"Ya dia memang sedikit brandalan walaupun akhirnya dia menjadi seorang tentara."     

Christabell menautkan alisnya. "Apa yang terjadi pada kalian?"     

"Tidak ada, hanya kisah remaja." ungkap Charlotte.     

"Lalu hubunganmu dengan Richard?"     

Charlotte tergelak. "Percaya atau tidak, jarak usia kami yang cukup jauh membuatku hampir tidak mengenal pria bernama Richard Anthony. Sampai suatu saat dia datang ke Kanada, saat pemakaman ayahku."     

"Oh, aku turut berduka."     

"Orangtuaku meninggal dalam sebuah kecelakaan, Ayahku meninggal saat itu dan ibuku yang menderita luka parah akhirnya meninggal dua bulan setelah berjuang untuk bertahan hidup di ruang ICU." terang Charlotte, masih jelas kesedihan di matanya saat mengungkapkan hal itu.     

Charlotte mengubah ekspresinya segera. "Sorry, aku masih sering terbawa perasaan saat menceritakan kembali kejadian itu."     

"It's ok, jika itu tidak mudah bagimu, kau tidak perlu mengatakannya." Christabell memberikan pelukan pada gadis itu.     

"Aku ingat sekali, kejadian itu terjadi sepuluh tahun yang lalu, saat itu usiaku lima belas tahun. Aku belum cukup umur untuk tinggal sendiri, dan karena kami tidak memiliki sanak keluarga akhirnya pengadilan memutuskan untuk menitipkanku di panti asuhan hingga aku cukup dewasa untuk memiliki identitasku sendiri." kenang Charlotte, kali ini matanya berkaca. "Hari pertama aku berada di tempat itu aku menangis di dalam kamar dan tak ingin bertemu siapapun, sampai seorang pemuda yang sudah cukup dewasa datang dan membuat surat pernyataan bahwa dia akan menjadi waliku."     

Christabell turut berkaca, "Berapa usia Richard saat itu?"     

"Dua puluh enam tahun mungkin."     

"Lalu apa yang terjadi?"     

Charlotte menyeka air matanya yang menggenang. "Dia membawa dua orang wanita dari New York ke Kanada untuk mengurus dan mengasuhku. Dia membayar semua biaya hidup kami di Kanada, meskipun secara teknis kami tinggal di rumah orang tuaku."     

"Dia memintaku menganggap dirinya seperti kakak sepupuku, tapi bagiku dia lebih mirip seperti ayahku." tutup Charlotte.     

Christabell menghela nafas dalam. Mendengar cerita tentang Charlotte membuatnya kecut hati. Rupanya bukan dia sendiri yang mengalami nasib buruk, kehilangan orang tua atau bahkan sama sekali tidak pernah mengenal siapa orangtuanya. Bedanya adalah, Charlotte sedikit lebih beruntung karena Richard datang lebih cepat dan menemukannya kemudian memberikan kehidupan yang lebih baik. Richard Anthony memang datang untuk menyelamatkan dirinya juga, meskipun setelah menghabiskan waktu lebih dari dua puluh tahun di panti asuhan.     

"He's like an angel, kau beruntung menjadi isterinya." Charlotte meraih tangan Christabell dan meremasnya.     

"Yes he is." Air mata Bell justru berjatuhan saat mengangguk, menyetujui statement Charlotte soal suaminya. Pria itu benar-benar di ciptakan bagaikan malaikat, selain parasnya dan perawakan yang sempurna, dia juga terlahir dengan pemikiran cerdas dan kebijaksanaan. Kemampuannya dia gunakan untuk menolong banyak orang, meskipun dia juga mungkin punya sisi gelap dirinya yang dia simpan untuk dirinya sendiri.     

Bell menghela nafas dalam, setelah menyeka air matanya. "Aku seperti baru saja memiliki saudari perempuan."     

"Aku juga, senang sekali bisa berada diantara kalian. Keluarga yang hangat." puji Charlotte.     

"Sekarang sebaiknya kau beristirahat, makan malam akan diantarkan ke kamarmu jika kau mau."     

"Ok." angguk Charlotte.     

Christabell menggendong baby Adrianna keluar dari kamar Charlotte, sebelum benar-benar melangkah dia menoleh ke belakang dan menyampaikan pesan yang benar-benar ingin dia katakan. "Kau bebas datang ke kamarku kapanpun untuk bertemu Adrianna."     

"Ya." senyum Charlotte mengantar kepergian mereka.     

***     

"Sayang…" Richard masuk kedalam kamar dan melihat baby Adrianna tertidur di box bayinya sementara isterinya tampak sedang duduk di depan meja rias untuk menyisir rambutnya selepas mandi. Richard membungkuk dan memeluknya sekilas.     

"Aku akan mandi." ujarnya meninggalkan Christabell dan berjalan cepat menuju kamar mandi. Christabell menatap langkah pria itu dan bergumam dalam hati. "Aku bersyukur memilikimu."     

Bahkan setelah mandi, karena sudah terlalu larut, Richard tampak memilih untuk beringsut ke ranjang dan jatuh tertidur beberapa saat kemudian. Sementara itu Christabell masih terjaga, dia beringsut mendekat ke arah suaminya yang tertidur membelakanginya. Dari sisi samping Bell menatap wajah suaminya itu, tertidur penuh kedamaian.     

"What are you looking for." Suara Rich disusul dengan matanya yang membuka lebar.     

Christabell mencubit ujung hidung Rich. "Heiii… kau membohongiku."     

Richard beringsut memiringkan tubuhnya untuk bisa menghadap ke arah isterinya itu. "Terimakasih sudah menerima Charlotte."     

"Aku senang dia ada di sini."     

"Dia tidak akan lama." Jawab Rich.     

"Apa maksudmu?"     

Richard memeluk perut Christabell dan mendekatkan wajahnya ke wajah isterinya. "Hari Kamis dia akan pergi, aku hanya memintanya datang untuk beberapa hari sampai kita menemukan orang untuk membantumu menjaga Adrianna."     

"Are you serious?"     

"Ya, dia juga punya kehidupan. Kekasihnya mungkin akan membunuhku jika aku menahannya di rumahi ini."     

Christabell tersenyum. "Ok, jadi kau ingin membujukku untuk mau mengangkat babysister?"     

"Aku hanya ingin kau bisa memiliki kualitas hidup yang baik sayang."     

"I'm ok with that." Angguk Christabell.     

"Besok pagi beberapa orang akan datang, aku sudah menghubungi agensi penyedia jasa perawat bayi."     

"Ok. Aku akan menyetujui apapun pilihanmu." Christabell tampaknya tak ingin berargumen lagi dengan suaminya. Moment seperti ini harusnya dia habiskan dengan sangat berkualitas.     

Richard menyibakkan juntaian rambut Christabell yang menutup sebagian wajahnya. "Kau terlihat lelah." Ujar Rich.     

"Tidak, aku tidak lelah."     

"Benarkah?" Mata Richard mendadak berbinar.     

"Mengapa kau mendadak sangat antusias Mr. Anthony?" Christabell menarik dirinya tapi Richard justru mengetatkan pelukannya. "Aku justru berpikir kau yang sudah kepayahan Mr. Anthony, aku bahkan sempat mendengarmu mendengkur tadi." Christabell mencoba mengelak.     

Richard mengerang. "Kau tak tahu betapa sulitnya harus pura-pura tertidur sementara kau melayang-layang di benakku Mrs. Anthony." Richard mbenamkan wajahnya ke dada Christabell dan itu membuat Bell terkikik geli.     

"Hentikan atau kita akan membangunkan baby Adrianna dan kau tidak akan mendapatkan apa yang kau inginkan." Christabell berusaha mengelak tapi Richard terus menyerang. Akhirnya mereka menghentikan adegan penuh tawa itu dan berganti dengan ciuman yang lebih dalam.     

"Entah mengapa aku semakin jatuh cinta padamu." Richard berbisik di tengah ciumannya.     

Christabell memutar matanya untuk suaminya itu. "Kau selalu pandai membual."     

"Harus bagaimana mengajarimu sopan santun, kau dilarang memutar mata pada suamimu Mrs. Anthony." Protes Richard sebelum menarik tali piyama tidur bentuk kimono yang menjadi favorit isterinya itu. Kali ini warna merah benar-benar membuat mata Richard terkunci pada isterinya itu. Kulit putih bersih milik Bell terekspose sempurna dibalik renda-renda dari kimono tidurnya.     

Richard membenamkan hidung mancungnya ke pangkal leher Christabell dan menghirup aroma wangi isterinya itu. "Aku suka kimonomu."     

"Kau selalu suka Mr. Anthony." Jawab Bell cepat. Tapi tampaknya dia tak ingin berpasrah begitu saja. Christabell bangkit dari tempatnya berbaring dan lansung beringsut menindih tubuh suaminya itu.     

"Wow…. I like the view."     

"Hah…" Christabell menarik tali kimononya, menyisakan dalaman tapi satu yang begitu menantang membungkus dada penuhnya. Richard mengangkat bahunya berusaha untuk meraih bibir Christabell tapi wanita itu jsutru mendorongnya hingga kembali berbaring.     

"Hari ini aku yang memimpin permainan Mr. Richman."     

"Oh…. Aku rindu panggilan itu." Erang Richard.     

"Selamat menikmati pertunjukan malam ini." Goda Christabell. Dan malam itu benar-benar berakhir dengan nyala gairah yang berkobar membakar keduanya. Sementara mereka bermain dengan sangat riuh, baby Adrianna tetap tertidur pulas. Dia tampaknya tidak terganggu dengan erangan dan lenguhan yang ditimbulkan oleh kedua orangtuanya. Sesekali Christabell tampak waspada tapi Richard tak ingin show di hadapannya terjeda apalagi kenikmatan yang tengah dia nikmati. Richard terlentang sementara Chritabell bergelayut dipelukannya kepayahan, tampaknya permainan ini menuntaskan hasrat Rich saat pertemuan pertama mereka di The RITZ, saat itu Richard menolak berhubungan dengan Christabell dengan alsan usia. Saat Christabell memanggilnya dengan sebutan Richman, itu mengingatkan Richard pada petualangan masamudanya yang tak terbendung. Meski kini dia berlabuh pada satu hati, tapi permainan penuh hasrat seperti yang barusan terjadi diantara mereka tampaknya harus sering dimainkan untuk menjaga ritme dan harmonisasi dalam rumahtangga.     

"Aku akan mentransfer ke rekeningmu, kau bisa berbelanja banyak kostum menantang." Ujar Rich.     

"Kau masih sama liarnya dengan Richman yang dulu."     

"Man is a man, the game never been over."     

Christabell memperketat pelukannya dan mereka jatuh tertidur, beristirahat sebelum baby Adrianna menutut perhatian yang sama dari ibunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.