THE RICHMAN

The Richman - A Failed Date



The Richman - A Failed Date

0Mungkin sudah waktunya Bell membalas kejutan itu. Bell melihat ke arah paper bag yang bertengger di kursi penumpang tepat di sebelahnya menyetir. Paper bag itu berisi lingeri keluaran terbaru yang sengaja dia siapkan sebagai pemenuhan keingingan suaminya itu. Terkadang Christabell cukup nakal, hingga mampu berfantasi liar soal malam yang panas dengan suaminya itu.     
0

Bagaimana tidak, Richard, si suami sempurna berhak mendapatkan hadiah atas kesabaran, kerja keras, dan pengorbanannya setiap hari demi Christabell dan puterinya. Jadi malam berkostum akan menjadi kejutan yang dinantikan Richard selama ini. Bahkan setelah memiliki bayi, praktis hubungan intim yang terjadi diantara mereka tidak pernah begitu luar biasa. Cukup biasa untuk memenuhi hasrat masing-masing, tapi tidak cukup luar biasa untuk dikenang seumur hidup mereka.     

Bell ingin menciptakan moment-moment itu lagi, seolah mereka bertemu kembali di Ritz dan mengulang semua kejadiannya hampir sama persis dengan yang terjadi di Ritz malam itu. Hanya saja kali ini Richard tidak mungkin lagi menolak dirinya mengingat Christabell dalam packaging kemewahan yang elegan tentu saja menjadi daya pikat tersendiri bagi Richard Anthony sang triliuner muda berjuluk Richman itu.     

"Richman I invite you to joint me tonight in our show" Pesan singkat itu dikirim Christabell, ditutup dengan emotikon bergambar lingerte berwarna merah dan tulisan dengan lambang api dengan ejaan "HOT"     

Rich yang sedang dalam meeting serius melihat ponselnya bergetar, sekilas dia melirik ke arah pesan singkat yang muncul di layar, tampak seperti pop up dan rahangnya mengeras. Dia tahu betul signal yang coba dikirim oleh isterinya itu.     

"Mr. Richard." Seorang dari lawan bicara Rich meminta perhatiannya.     

"Oh ya, go on." Ujar Rich, meminta presentasi dilanjutkan. Sementara Richard mengambil ponselnya dan membalas isterinya itu dengan cepat.     

"Can't wait to join the show" Balas Rich, cepat-cepat dia meletakkan ponselnya itu. Sementara itu didalam mobil, Christabel tersenyum lebar dengan wajah bersemu merah. Dia benar-benar merasa lega, kehidupannya menjelma menjadi sebuah kesempurnaan dalam hitungan hari. Kini dia memiliki keluarga yang utuh, suami, puterinya dan ibunya. Lengkap sudah semua yang di impikan oleh Christabell sebagai bentuk dari surga.     

***     

Sesaat setelah Christabell keluar dari apartment, Layla terhuyung jatuh. Matanya berkunang-kunang, dan darah surut dari wajahnya. Tanannya yang lunglai mencoba menggapai-gapai ke atas meja untuk menemukan gelas berisi air mineral untuk dia minum. Bersusah payah hingga menjatuhkan barang-barang dan membuat begitu banyak kekacauan akhirnya Layla bisa menemukan gelas. Dengan tertumpah sebagian di pakaiannya, ahinrya Layla bisa meneguk setengah isinya dan menarik nafas dalam.     

Beberapa saat Layla menopang tubuhnya dengan tangannya yang juga tak memiliki banyak sisa tenaga, namun akhirnya kondisinya membaik. Dia bisa menyeret dirinya untuk bangun dan tertatih berjalan menuju ranjangnya untuk berbaring. Sudah beberapa bulan terakhir kondisi kesehatannya mengalami masalah tapi itu tak lantas membuat Layla memeriksakan kesehatannya. Baru minggu lalu dia tiba-tiba pingsan saat sedang berbelanja di grocery hingga dilarikan kerumahsakit. Hasil lab darahnya, terdapat sedikit masalah dan harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui kondisinya. Layla sempat mengabaikannya, tapi beberapa kali dia mendadak kehilangan kekuatan bahkan untuk berdiri tegak hingga membuatnya terhuyung lemas.     

Keinginan hidup Layla meningkat saat dia bertemu dengan puteri kandungnya yang menerimanya dengan pelukan hangat dan bukannya kutukan dan sumpah serapah seperti yang dia takutkan selama ini. Akhirnya berdasarkan rekomendasi dari kenalan dan juga setelah dia menerima uang yang cukup banyak dari Christabell, Layla memutuskan untuk memeriksakan kondisi kesehatannya dengan lebih serius.     

Dokter memintanya datang kembali untuk membaca hasil labnya tiga hari dari hari ini. Meski begitu, Layla benar-benar tidak ingin menyusahkan Christabell hingga harus memberitahunya berita buruk ini. Layla hanya berharap hasil labnya baik dan dia bisa hidup lama dengan keadaan yang sehat, bisa melihat puteri sematawayangnya hidup bahagia bersama suaminya yang sempurna dan bayi malaikat bernama Adrianna itu.     

***     

Setibanya di rumah Christabell mengerjakan semua tugas rumahtangganya termasuk mengurus baby Adrianna. Dan saat sore menjelang dia sengaja menghubungi ibunya itu melalui video call. Dalam panggilan kedua barulah terjawab.     

"Hi mom." Sapa Christabell ceria. "Hi grand ma…" Christabell membawa bayinya bersamanya. Membantu Adrianna melihat ke arah ponselnya.     

"Hi honey… oh….oh my God, my grandchild." Seru Layla dari seberang. "Sweetheart." Sapanya.     

"Bagaimana, apakah ibu sudah memakan makanan yang kubawa?"     

"Tentu sayang, lihatlah perutku buncit karena menhabiskan separuh lebih." Tawa renyah Layla terdengar di seberang.     

"Datanglah kemari untuk mengungungiku Grandma." Christabell mewakili bayinya bicara dan itu membuat Layla menyentuh dadanya dengan haru.     

"Grandma akan datang dan menggendongmu. Kita akan menghabiskan banyak waktu bermain bersama sampai kau tumbuh dewasa sayang." Ujar Layla, meski dalam hatinya dia sendiri ketakutan menunggu hasil pemeriksaan laboratoriumnya lusa.     

Christabell menggoyangkan tangan mungil baby Adrianna, sementara baby Adrianna mulai grounding, berceloteh belum jelas, seolah ingin mengatakans sesuatu pada neneknya.     

"Promise me Grandma." Christabell mewakili puterinya itu mengatakan sesuatu.     

Layla berkaca, "I promise dear."     

Mereka mengobrol kesana kemari hingga lupa waktu. Meskipun mengalami banyak penderitaan dalam hidupnya, Layla masih bisa menyimpan lelucon di benaknya yang diceritakan kembali pada cucunya hingga membuat Christabell justru tertawa terpingkal-pingkal. Moment sedemikian yang tak ingin dilepaskan begitu saja oleh Layla, dia merasa menemukan kehidupannya kembali setelah lebih dari lima puluh tahun hidup dalam kematian batin, dan itu jelas sekali sangat menyiksa.     

"Datanglah berkunjung dan gendong Adrianna, she is your grandchild." Ucap Christabell di penghujung pembicaraan mereka. Dia benar-benar ingin menghabiskan banyak waktu dengan ibunya, tidak ada dendam, tidak ada kemarahan. Hanya banyak waktu terbuang yang seharusnya bisa terulang.     

"Pasti… aku pasti datang." Janji Layla.     

Sebenarnya saat ini, dia sedang memikirkan kondisi kesehatannya. Ketakutakn kembali menyeruak setiap kali tubuhnya merasakan berbagai hal baru belakangan ini, seperti mendadak kehilangan tenaga, mudah lelah, dan lainnya. Terkadang dia juga melupakan banyak hal. Layla berpikir bahwa mungkin saja usianya sudah tua, jadi wajar jika banyak lupa.     

"Ok bye mom." Tutup Christabell dan panggilan itu berakhir.     

Layla meletakkan ponsel itu di atas meja. Dia duduk tersandar di kursi dan menikmati keheningan di dalam apartment kecil itu.     

***     

Richard bersiap untuk pulang setelah sepanjang hari di sibukkan dengan berbagai kerumitan dalam pekerjaannya. Sementara di dalam rumahnya, Adrianna sudah mulai tertidur pulas. Saatnya Christabell masuk kedalam kamar mandi. Dimulai dengan berendam di air hangat dengan berbagai wewangian setelah melakukan waxing di berbagai bagian tubuhnya.     

Setelah itu Christabell memblow rambutnya, ditata sedemikian rupa sehingga terlihat bervolume dan sexy.     

Setelah itu dia membubuhkan riasan wajah, lengkap dengan warna lipstic yang berani. Dia benar-benar berniat menggoda suaminya hingga Rich akan sulit melupakan malam ini.     

Brrtt brrrttt     

"Mr. Anthony." Seseorang menghubungi Rich, dari suaranya pria itu tampak gelisah.     

"Ya." Jawab Rich cepat.     

"Seseorang baru saja menyusup ke ruang server dan mengacaukan beberapa bagian."     

Rahang Rihard mengeras. "Bagaimana mungkin dia bisa lolos dari keamanan didalam gedung?!" Richard tampak kesal. "Aku akan segera memeriksa keadaan di sana."     

"Baik Sir, terimakasih."     

Richard berjalan dengan langkah deras menuju ruang server. Beberapa orang termasuk teknisi dan petugas keamanan tampak berkumpul.     

"Apa saja yang rusak?" Tanya Rich.     

"Beberapa bagian, seperti sengaja di sabotase Sir. Beberapa data juga sempat di curi tampaknya."     

Richard mengambil ponselnya dan segera menghubungi pihak kepolisian. Kebetulan dia memiliki beberapa kenalan detektif dan mereka akan segera datang untuk menyelidiki kasus ini. Penyelidikan tidak pernah memakan waktu singkat. Setengah jam setelah laporan yang di buat oleh Richard Anthony beberapa orang dari tim kepolisian setempat dan juga dua orang detektif datang untuk menyelidiki kejadian itu.     

Mereka meminta rekaman kamera keamanan dan juga kesaksian dari beberapa orang. Tentu saja Richard harus tetap menunggu sampai penyelidikan selesai.     

"Kami akan menghubungi anda kembali secepatnya. Sementara kasus ini masih dalam penyelidikan Sir."     

"Ya." Richard menjabat tangan sang detektif dan memilih untuk pulang setelah menginstruksikan untuk memindahkan semua data ke server utama di lantai enam gedung kantornya.     

Untuk mengakses ke lantai enam tidak sembarangan orang, hingga semua data di server utama tetap aman. Serveri yang berada di lantai tiga ini hanyalah mini server tempat menyimpan data-data semi permanen perusahaan. Dan setelah di check tidak banyak data yang lost. Yang di curi adalah data terkait salah satu produk perusahaan, dan suspect pencuriannya adalah lawan bisnis Richard. Tak mau ambil pusing, karena tidak banyak kehilangan yang terjadi dan semua sudah ditangani oleh pihak berwajib maka Rich memutuskan untuk pulang kerumah.     

Sesampainya di rumah, Rich segera naik ke lantai dua dan berjalan menuju kamarnya. Terlihat isterinya jatuh tertidur di sofa lengkap dengan kostum dan riasan.     

"Oh damn!" Richard mengumpat dirinya sendiri, dia benar-benar lupa jika malam ini ada janji dengan isterinya itu.     

Richard membopong isterinya dan membaringkannya di ranjang, seketika Christabell membuka matanya dan Richard berbisik lirih. "I'm so sorry…"     

Chrsitabell yang tampak kesal namun juga terlalu kelelahan untuk mempertanyakan banyak hal mengingat ini sudah hampir pagi memilih untuk kembali memejamkan matanya kembali. Richard dengan penuh penyesalan menyeret langkahnya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri kemudian menyusul isterinya tidur.     

Sebelum benar-benar terlelap, pikirannya kembali melayang pada kejadian yang terjadi di kantor malam ini. Tidak pernah terjadi sebelumnya, bahkan selama sepuluh tahun terakhir, keamanan sangat ketat di kantornya. Apalagi di ruangan-ruangan krusial di kantor itu.     

"Apakah ada pengihianat di dalam?" Guman Rich dalam hati. Pertanyaan itu semakin besar dan membuat Richard memfilter orang-orang yang dia kenal di top management. Semua tampak setia dan kompeten. Jika memang ada orang dalam yang bermain tentu perlu ada banyak pembenahan dalam sistem menejemen di perusahaannya, termasuk rekrutmen.     

Rich memikirkan untuk memproses kembali verifikasi data untuk masing-masing orang yang bekerja untuknya. Tidak boleh ada satupun yang lolos, bahkan hingga tingkatan paling bawah. Jelas ada orang yang hendak bermain-main dengannya. Entah sebagai gertakan atau benar-benar pencurian data yang di rencanakan, yang jelas hidup Richard Anthony akan menjadi waspada setelah ini.     

Baru saja mulai terpejam dan terdengar tangis baby Adrianna, terpaksa Richard bangun dan memberikan susu padanya melalui botol. Dia tidak ingin Christabell mengeluarkan taring dan tanduknya setelah dirinya melupakan janji kencan malam ini. Richard benar-benar harus bersusah payah untuk meluluhkan hati isterinya, karena kekecewaan Christabell bukanlah hal yang bisa dia sepelekan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.