THE RICHMAN

The Richman - Broken Heart



The Richman - Broken Heart

0Christabell berjalan perlahan dan berhenti di ambang pintu kamar ibunya. Kamar baru yang akan ditempati oleh Layla Stone karena praktis dia tidak mungkin lagi tinggal sendiri di apartment kecil sewaannya itu.     
0

Bell berdiri di ambang pintu yang sedikit terbuka, menatap ibunya yang duduk termangu di depan sebuah meja dekat jendela besar di kamar itu. Wanita setengah baya itu menatap pada sebuah foto dalam diam. Entah foto siapa yang dilihatnya, tapi tatapan Laylya begitu dalam. Sementara menyaksikan semua itu jelas saja hati Chrsitabell hancur berkeping-keping. Dia baru saja mencari tahu melalui internet tentang apa itu CADASIL dan apa saja yang mungkin dialami oleh penderitanya hingga pada tingkat yang paling parah. Para penderita Cadasil bisa mengalami kematian mendadak karena pembuluh darah otak mereka mengalami kelainan, dan kemungkinan yang paling sering terjadi diakibatkan oleh stroke atau serangan jantung. Tapi yang lebih menyedihkan adalah proses kehilangan memori atau ingatan yang disebut dimensia. Mereka bahkan tidak lagi bisa melakukan banyak hal, melupakan banyak hal. Tingkat yang paling eksthreme adalah mereka lupa berpakaian, lupa bagaimana cara tertidur dan lainnya. Christabell memegangi dadanya, dan tetap berdiri di luar menatap ibunya dalam diam. Dalam hatinya dia berbisik "Sembuhkan ibuku."     

***     

Sementara itu didalam ruangan Layla tengah menatap pada sebuah foto yang dia temple di buku. Beberapa jam lalu dia meminta sebuah buku, pena dan juga foto Christabell, Adrianna dan Richard. Dengan tangan keriputnya Layla menempelkan semua foto itu di lembar pertama buku hariannya, dan di bawah masing-masing foto dia tulis nama orang itu dan statusnya. Seperti Christabell yang dia sebut "Anak perempuanku" sedangkan di bawah foto Rich, dia menulis "Menantuku". Satu lagi, dibawah foto baby Adrianna dia menulis "Cucu pertamaku" diakhiri dengan lambang love.     

Setelah menulis semua itu dia menulis namanya sendiri, tanggal lahirnya dan nama ibu kandungnya, Maryam Stone. Layla sempat menitikkan air mata saat menuliskan nama ibu kandungnya. Bagaimana tidak, wanita itu begitu kesulitan mengingat wajah ibu kandungnya, dan tak memiliki selembar fotopun untuk membantunya mengingat.     

Di pojok bawah halaman kedua, Layla menulis nama seorang pria "Paul Stell." Sekilas dia masih bisa mengingat pria itu meski samar. Jemari keriputnya mengusap-usap lembut tulisan itu solah sedang berbicara pada si pemilik nama.     

"Aku menemukan kembali puteri kita dan dia hidup dengan sangat baik." Bisiknya, sebelum berbalik dan meninggalkan kamar ibunya itu. Hidup Christabell tak pernah sama lagi. Seperti sebuah rolercoaster, hidup memang penuh kejutan. Manusia terkadang harus geleng-geleng kepala dalam menjalaninya. Detik ini kita mungkin merasa seolah diterbangkan ke awing-awang dan di detik berikutnya kita di jatuhkan ke bumi dengan sangat kejam hingga meremukkan seluruh tulang. Hatipun turut hancur berkeping-keping.     

***     

Dengan gemetaran wanita tua bernama Layla Stone itu meraih pena dan membuka tutupnya perlahan. Dia menghela nafas dalam, menutup sekilas matanya yang cekung, dan saat membuka mata, sejurus kemudian jari-jemarinya yang menggenggam pena mulai menulis di lembar berikutnya.     

New York, 06 Desember 2021     

Hari ini aku bersyukur sekali karena masih bernafas. Meski setelah ini akan banyak perubahan dalam kehidupanku. Meskipun aku selalu dipecundangi oleh kehidupanku, tapi aku tidak pernah mengutuknya. Aku menjalani setiap proses kehidupan itu seperti yang selama ini kulakukan meski tidak pernah mudah.     

Paul Stell adalah cinta pertamaku, dan aku menulis ini karena aku masih mengingatnya hari ini, menit ini dan detik ini. Mungkin beberapa detik setelah aku menulisnya aku akan lupa, tapi sebelum itu terjadi aku akan menuliskan semua hal yang bisa kutulis untuk membuatku mengingat.     

Aku jatuh hati padanya saat kami pertama kali bertemu dalam sebuah penerbangan. Aku yang suka menjelajah dunia tapi selalu takut saat turbulensi terjadi di dalam pesawat merasa bahwa kehadirannya membuatku aman. Kami sering bertemu setelah itu dan dia membuatku jatuh cinta dengan segala yang dia miliki.     

Benar kata orang, bahwa orang yang paling berpotensi untuk menyakiti kita adalah orang yang paling kita cintai. Itu terjadi dalam hidupku, aku berperan sebagai orang yang tersakiti sekaligus menyakiti dan itu sungguh menyakitkan. Aku tersakiti oleh kenyataan bahwa Paul adalah pria beristri dan aku memilih untuk meninggalkannya, disaat yang bersamaan aku menyakiti ibuku sendiri karena aku juga memilih meninggalkannya karena tidak ingin menjadi beban bagi kehidupannya.     

Jika ada yang bertanya apakah aku menyesal atas pilihanku, ya aku menyesal. Aku menyesal karena meninggalkan ibuku dan puteriku, aku lari dari kenyataan dan berusaha menebus semuanya suatu saat nanti. Tapi ibuku tidak bisa menunggu lama, saat aku kembali dia sudah pergi untuk selama-lamanya tanpa sempat kukatakan bahwa aku menyesal atas semua yang aku lakukan yang telah menyakitinya.     

Meski begitu aku tidak pernah menyesal mencintai Paul sebagai seorang wanita karena kami menghabiskan banyak malam yang indah bersama. Dan aku melahirkan buah cintanya yang kini tumbuh dengan begitu cantik. Ketulusan hatinya yang membuatku malu, puteriku yang tumbuh tanpa asuhan dari ayah dan ibunya justru menjadi wanita yang luar biasa, dan aku tidak menyesali semua itu.     

Soal masa muda yang kuhabiskan dengan bekerja keras juga tidak kusesali, karena dengan begitu, saat aku kembali ke kota asalku. Menemui beberapa orang lama yang kukenal dan bertanya sedikit tentang Paul, mereka mengatakan bahwa Paul memiliki kehidupan yang baik. Bukankah cinta seharusnya seperti itu? Bahagia jika melihat orang yang kita cintai merasakan kebahagiaan meski untuk itu semua kita harus merelakan kebahagiaan kita?     

Aku ingin mentertawakan diriku sendiri karena terlalu naïf, tapi sesekali aku ingin memujinya juga. Aku berterimakasih karena diriku memilih untuk tidak merusak rumahtangga orang lain demi kesenanganku.     

Jika umurku panjang, aku ingin sekali datang pada Paul dan mengatakan semuanya. Setelah kami sama-sama tua, dia juga harus tahu bahwa dia memiliki seorang puteri bernama Christabell. Lagipula aku tidak akan bertahan lama di dunia ini dan hasrat fisikku bahkan sudah mati lebih dulu dibandingkan dengan ragaku sendiri. Aku akan datang dan berdiri di hadapannya, akan ku katakana jika aku sangat mencintainya dulu, dan dia memiliki seorang puteri dariku. Hanya itu saja yang menjadi keinginan terkahirku sebelum aku meninggalkan dunia ini.     

Christabell tidak boleh lagi merasa bahwa dia adalah anak yang tidak di inginkan karena aku ibunya sangat menginginkannya dan sangat mencintainya. Dan saat ayahnya tahu bahwa dia memiliki seorang puteri seperti Christabell, ayahnya juga pasti akan sangat mencintainya. Mungkin ini akan jadi kejutan lain bagi Bell, tapi ini sungguh menjadi keinginan terakhirku.     

Jika tak sempat ku wujudkan maka Christabell akan menemukan ayahnya dengan caranya sendiri. Akan ku tulis alamat Paul Stell di tempat ini, untuk mengingatkanku saat aku lupa kemana harus mencari ayah dari puteriku.     

-LaylaStone-     

Tangan keriput yang gemetaran itu berhenti menulis, wajah sayunya menatap jauh keluar solah raganya ingin terbang ke tempat yang benar-benar dia inginkan dan dia ingat saat ini. Entah di detik keberapa setelah menulis semuanya, Layla mungkin lupa akan banyak hal.     

Beberapa saat kemudian dia menutup buku itu dan meletakkan penanya diatas buku kemudian berjalan keluar kamar. Saat menutup pintu kamar, dia melihat tulisan "GRANDMA'S ROOM" sebuah tulisan tangan dengan hiasan gambar bunga-bunga membingkai tulisan itu. Bahkan ada gambar denah besar di dinding sebelahnya, denah rumah itu, tergambar jelas, denah menuju taman, denah menuju dapur, denah menuju kamar Adrianna dan semua terpusat di kamar yang ditempatinya.     

Layla tersenyum, dalam hatinya dia yakin betul bahwa Christabell bersusah payah melakukan semua ini untuknya. Disebelah denah Bell bahkan menempelkan foto dirinya, suaminya dan Adrianna, juga foto ibunya dan semua orang yang tinggal di rumah itu termasuk chef, penjaga keamanan, penata kebun, supir, hingga Zoey sang pengasuh Adrianna lengkap dengan nama panggilan masing-masing. Di sudutnya tertulis "WE LOVE YOU GRANDMA"     

Hati Layla menghangat, tangannya menyentuh semua itu dan menatap kesemuanya dengan begitu dalam dan lama. Berharap otaknya mampu merekam semua memori itu dan tetap mengingatnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.