THE RICHMAN

The Richman - Hereditary Diseases



The Richman - Hereditary Diseases

0Pembicaraan antara Richard dan detektif yang mendatangi kantornya dimulai dengan disebutkannya nama pembobol data server backup di kantornya.     
0

"Shawn Charter, dia berusia duapuluh lima tahun dan baru bekerja di tempat ini kurang lebih dua minggu sebagai petugas kebersihan." Jawab Richard, dia sendiri masih belum bisa mencerna dan menemukan benang merah juga motif di balik tindakan berbahaya yang dilakukan salah satu petugas kebersihan di kantornya itu.     

"Anda pernah bertemu dengannya Sir?" Tanya sang detektif.     

"Mungkin kami sering berpapasan tapi karena orang yang bekerja di gedung ini cukup banyak, aku tidak mengenal secara personal satu persatu. Pegawaiku di bagian human resource akan lebih paham soal ini."     

"Ya, kami akan meminta keterangannya juga."     

"Ok."     

"Terimakasih atas waktu anda Sir, untuk perkembangan kasus ini akan kami beritahukan segera." Imbuh sang detektif sebelum undur diri.     

Selain pekerjaan utamanya, mengurusi perkara pembobolan data ini juga cukup menyita waktu dan pikiran Richard dan membuatnya merasa lebih lelah dari biasanya.     

***     

Sudah hampir tengah malam saat Rich kembali ke rumah setelah menyelesaikan urusan pekerjaannya. Sang supir membukakan pintu untuknya dan Richard bergegas masuk kedalam rumah. Hampir seluruh bagian rumah sudah tampak gelap, menyisaan bagian kamar Rich yang lampunya masih menyala. Dan benar saja, saat Rich memasuki kamar dia melihat Christabell duduk di meja dan sedang sibuk menulis sesuatu. Bahkan dia tampak tidak merespon saat suaminya itu berjalan mendekat ke arahnya dan berdiri beberapa saat di belakangnya.     

"Sweetheart…" Rich mendekatinya lebih dekat dan menyapanya, namun anehnya Christabell justru terkejut dengan kehadiran Richard yang tiba-tiba.     

"Sejak kapan kau ada di situ?" Tanya Bell segera menyembunyikan buku catatannya.     

Richard mengkerutkan alisnya. "Aku baru saja datang." Jawab Rich, "Dan apa yang sedang coba kau sembunyikan Mrs. Anthony?" Desak Rich.     

"Tidak, bukan apa-apa." Christabell memasukkan buku itu kedalam laci meja dan segera menghampiri Richard. Tapi Rich justru berjalan ke arah meja dan mengambil buku itu. Dia membuka isinya dan menjadi bingung. Ada foto dirinya, Christabell, Adrianna dan Layla Stone ibunya. Di halaman belakang ada jauh lebih banyak foto, tampaknya Bell mengambil dari semua album foto yang sempat di cetak dan memintahkannya dalam buku itu dan memberi keterangan tanggal dan tempat saat foto itu diambil. Beberapa lengkap dengan sekelumit cerita serunya.     

"Kau sedang mengerjakan ini seharian sampai tidak menerima panggilanku?" Tanya Rich bingung, sementara ekspresi Christabell justru tampak khawatir, dia mengigit bibirnya sebelum mengangguk.     

"Lalu mengapa kau harus menyembunyikan hobi barumu ini sayang?" Richard tersenyum lebar, masih menenteng buku itu dia menghampiri isterinya dan memeluknya, Rich bahkan mengecup puncak kepala isterinya itu. "Jika kau mulai suka melakukan hal baru, lakukanlah."     

Christabell menjadi kecut hati, ini bukan soal hobi baru. Setelah sempat berkonsultasi lagi dengan dokter yang menangani ibunya, Christabell menemukan sebuah fakta baru, bahwa penyakit ini adalah sebuah penyakit yang disebabkan karena faktor genetic. Jadi sangat mungkin diturunkan jika ayah atau ibunya memiliki riwayat penyakit tersebut. Itu membuat Christabell mendadak ketakutan. Selain membantu ibunya untuk mengingat banyak hal, dia juga mempersiapkan diri seandainya hal paling buruk itu terjadi padanya.     

"Hei… are you crying?" Rich mengangkat wajah isterinya itu agar bisa melihatnya. Air mata Bell terus berderai-derai.     

"Sayang, aku tahu ini bukan hal mudah untuk apa yang terjadi pada ibumu. Tapi kau punya aku di sini. Kita akan mengahadapinya bersama. Lagipula sudah banyak hal buruk kita lewati dan kita bisa."     

Richard menyeka air mata isterinya itu dan mengecup bibirnya sekias. "Kita akan baik-baik saja." Ujar Rich menenangkan.     

"Aku takut…" Christabell mengatakannya tertahan.     

"Apa yang kau takutkan?" Rich menuntun isterinya itu duduk di sofa, dengan begitu mereka bisa bicara dengan lebih nyaman.     

"Aku bicara pada dokter yang menangani mommy dan dokter mengatakan bahwa itu penyakit generatif yang sangat mungkin diturunkan jika kedua orang tua atau salah satunya memiliki riwayat penyakit yang sama." Terang Bell, matanya masih berkaca dan wajahnya terlihat begitu pucat.     

Richard membeku mendengarnya, meski pria selalu berpikir logis tapi penjelasan medis itu sangat logis dan ini cukup mengejutkan baginya. Tapi bukan seorang pria jika dia tidak pandai menyembunyikan perasaanya itu.     

"Probability, dan itu belum tentu terjadi sayang." Rich merengkuh isterinya itu dalam pelukannya. "Kita akan melakukan semua pemeriksaan yang di butuhkan untuk mendeteksi secara dini apakah ada kemungkinan ke arah sana. Tapi percayalah padaku, kau akan baik-baik saja." Rich meremas tangan isterinya itu untuk memberikan dukungan moril.     

"Aku akan mandi, pergilah tidur. Jangan terlalu mencemaskan begitu banyak hal, kau harus tetap mejaga dirimu karena Adrianna membutuhkanmu sayang." Ujar Rich dan Christabell mengangguk setuju. Richard melepaskan pelukannya dan berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri sementara Christabell berjalan menuju box bayi tempat baby Adrianna tertidur pulas. Air matanya berjatuhan kembali saat tangannya mengusap wajah lembut Adrianna.     

"Bagaimana jika suatu hari aku lupa padamu?" Bisik Christabell, dan mendadak dadanya menjadi begitu getir. Tangisnya menjadi hingga Bell harus membekap mulutnya sendiri dengan kedua tangan agar tidak menimbulkan kegaduhan dan membangunkan baby Adrianna.     

***     

Christabell meringkuk dalam pelukan Richard. Bahkan kepalanya bersandar di lengan suaminya itu.     

"Aku lebih memilih menjadi jelek disbanding harus kehilangan semua ingatanku tentangmu." Ujar Bell tiba-tiba.     

Richard tersenyum. "Dan kau tidak khawatir aku yang memilih untuk melupakanmu?" Goda Rich, itu membuat Christabell terkikik dan mencubit sisi perut Rich. Richard ikut terkikik, tapi setelah bisa mereda dia mengatakan hal yang bisa menyentuh hati Christabell dan mengubah wajah muramnya menjadi sedikit lebih ceria.     

"Jangan menghawatirkan masa depan hingga kau kehilangan masa sekarang. Karena jika itu sampai terjadi, satu-satunya yang akan tersisa hanyalah penyesalan." Richard mengatakan semua itu dengan tatapan begitu dalam pada isterinya.     

"Aku tidak ingin kehilangan keceriaan isteriku, gairahnya dan semua hal yang baik yang bisa kita miliki di masa sekarang karena kau terlalu sibuk mengasihani masa depan yang bahkan belum jelas akan seperti apa."     

Christabell beringsut, dia mengusap-usap rahang suaminya yang mulai di tumbuhi bulu-bulu halus karena dua hari ini Rich tampak memilih untuk tidak bercukur.     

"Bagaimana bisa kau seyakin itu dengan pendapatmu Mr. Anthony. Apa kau tidak khawatir sedikitpun akan masadepan?" Tanya Bell.     

"Tidak." Geleng Rich cepat.     

"Why?" Christabell menuntut penjelasan.     

Richard mengerucutkan bibirnya sekilas, berpura-pura berpikir dengan sangat serius, sejurus kemudian barulah dia menjawab. "Karena aku yakin betul, bahkan dua puluh tahun kedepan saat aku mulai beruban aku akan tetap setampan sekarang dan kau masih akan tergila-gila padaku." Selorohnya. Sekali lagi Bell mencubit perut suaminya itu dan mereka terkikik bersama meski sudah hampir pagi.     

"Bisakah kita tidur sekarang Mrs. Anthony?" Tanya Rich yang mulai mengantuk.     

"Aku tidak bisa tidur." Jawab Bell.     

"Apa lagi masalahnya?" Richar mulai menjawab dengan suara yang lebih terdengar seperti sebuah erangan malas.     

"Aku takut saat aku bangun besok aku lupa segalanya."     

Richard menjawab meski ini adalah jawaban terakhirnya mungkin sebelum dia benar-benar jauh tertidur. "Aku akan membantumu mengingat. Tapi aku yakin itu tidak akan terjadi sayang, jadi bisakah kita tidur."     

Selang satu menit kemudian dengkuran lembut Richard mulai terdengar dan Christabell beringsut untuk menyelimutinya. Tampaknya meski sudah mulai bisa menata hati, malam ini Christabell benar-benar akan kesulitan tidur.     

Bahkan setelah Richard tertidur, Christabell masih sempat berjalan keluar kamarnya untuk memeriksa kamar ibunya. Dan wanita tua itu juga meringkuk dalam tidur yang nyenyak. Christabell masuk dan membetulkan selimutnya, kemudian mengecup kepala ibunya sekilas sambil berbisik "I love you mom." Barulah setelah itu Bell meninggalkan kamar ibunya dan kembali ke kamar, tak lantas tidur, dia memastikan keadaan baby Adrianna     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.