THE RICHMAN

The Richman - New Beep



The Richman - New Beep

0Richard berniat untuk menjemput Adrianna, namun tepat sebelum dia keluar dari ruang perawatan Christabell, dokter datang dan menghampiri mereka.     
0

"Hasil pemeriksaan laboratorium dan USG, sepertinya Mrs. Anthony sedang mengandung dengan usia kehamilan sekitar empat minggu." Ujar sang dokter, disusul dengan jabat tangan pertanda memberikan selamat.     

Binar dimata Christabell jelas terlihat, namun tidak dengan Richard. Tak lama setelah dokter keluar dari ruangan perawatan Bell dan Rich saling menatap. "Kita belum bertanya pada Adrianna soal adik bayi." Ujar Richard.     

"Kita bisa menjelaskannya nanti." Jawab Bell.     

"Ok." Richard bahkan tak memberikan ucapan selamat pada Christabell. Dia bergegas keluar dari duangan dan melanjutkan rencananya untuk menjemput Adrianna.     

"Daddy…." Senyum sumringah terlihat jelas di wajah Adrianna saat berlari ke arah ayahnya dan langsung memberinya pelukang hangat.     

"Kau ingin kita jalan-jalan sebelum pulang?" Tanya Rich dan malaikat mungil itu mengangguk cepat, matanya berkilat-kilat penuh kegembiraan. Selama ini Richard tak memiliki banyak waktu untuk dihabiskan bersama puterinya itu karena kesibukannya di kantor. Ada sebuah perasaan bersalah yang mengganjal di benaknya setiap kali dia pulang kerumah dan menghampiri puteri semata wayangnya itu sudah meringkuk di kamarnya dengan memeluk Banny, boneka kesayangannya.     

"Daddy…" Suara Adrianna memecah keheningan di dalam kabin mobil yang dikendarai oleh ayahnya itu.     

"Ya sayang." Jawab Rich cepat.     

"Aku sudah bicara pada Emily dan menanyakan padanya mengapa ibunya meninggal?" Ujar Adrianna. Meskipun usianya baru lima tahun, tapi dia luarbiasa cerdas. Jalan pikirannya sudah beralur dan dia sudah bisa berkomunikasi dua arah dengan orang dewasa layaknya anak berusia lebih dari sepuluh tahun.     

Rich mengusap kepala Adrianna dan tersenyum "Apa kata Emily?"     

"Ibunya berjanji memberinya adik bayi, tapi saat adik bayi itu datang kerumahnya ibunya sudah tidur selamanya." Jawabnya polos, Richard membeku sekilas. Ingatannya terseret pada masa-masa kehamilan pertama Christabell. Saat isterinya itu mengandung bayi Adrianna, sama sekali tidak mudah. Christabell mengalami kehamilan yang berat diawal-awal kehamilannya dan untuk mengulang masa-masa itu, apalagi si penghujung kehamilannya penculikan terjadi.     

"Kalau mommy mengatakan akan memberikanku adik bayi, aku tidak mau." Spontan Adrianna berkata itu dengan alis berkerut dalam dan tangan dilipat di dada.     

Richard mengusap rambut puterinya itu sekali lagi. "Bisakah kita melupakan masalah itu sayang. Bukankah ini hari Daddy dan Princess Adrianna?" Tanya ayahnya.     

"Yeahhhh!!!" Binar kembali di mata Adrianna bahkan hanya dalam hitungan detik. "Aku ingin makan ice cream sebelum pulang.     

"Ok tuan puteri, pengawal kerajaan akan mengantar tuan puteri kemanapun tuan putri inginkan."     

"Bagus pengawal." Jawab Adrianna, dan mereka saling memberikan toast sebelum terbahak bersama.     

***     

Sesampai di kedai icecream terkenal di kota itu, mereka duduk menghadapi semangkuk besar ice cream yang mungkin tidak akan habis dimakan oleh Adrianna sendiri. Sementara itu Richard melipat tangannya di atas meja sembari mengamati betapa nikmatnya sang puteri menyantap icecream coklat bercampur vanilla dengan berbagai toping itu.     

"Kau tumbuh begitu cepat." Gumam Rich dalam hati. Rich sadar betul bahwa sudah begitu banyak moment dia lewatkan tanpa benar-benar menyadari bahwa puterinya kini sudah paham begitu banyak hal. Christabell mendidiknya dan merawatnya dengan baik. Meski sesekali mereka melewatkan waktu bersama seharian, atau beberapa hari dalam sebuah liburan, tapi Rich terkadang menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan urusan pekerjaan dibandingkan benar-benar menikmati waktu kebersamaan dengan keluarganya itu.     

"Daddy, ayo makan." Adrianna menyodorkan sendoknya itu pada ayahnya, dan lamunan Rich buyar seketika. Dia mengangguk dan mengambil sendok itu lalu mulai menyendok ice cream. Makanan yang sebenarnya tidak pernah dia sukai, tapi saat menyantapnya dengan Adrianna, Rich seolah merasakan moment saat dia kecil. Kala itu ayahnya sering datang dan menjemputnya sepulang sekolah untuk menikmati ice cream bersama sambil bercerita tentang banyak hal.     

"Kau senang berkencan dengan Daddy seperti ini?" Tanya Rich mendadak.     

"Ehem." Angguk Adrianna berkali-kali dengan sendok yang masih menggantung di mulutnya yang penuh ice cream.     

"Daddy akan meluangkan lebih banyak waktu untumu jika kau senang."     

Mata bocah berusia lima tahun itu berbinar hebat "Benarkah?"     

"Ya." Angguk Rich meyakinkan. "Aku ingin berbelanja banyak mainan dengan daddy, aku ingin makan ice cream setiap hari setiap pulang sekolah."     

Richard terbahak. "Kita bisa dimarahi mommy jika setiap hari makan ice cream. Gigimu akan keropos dan kau tidak akan cantik lagi."     

Adrianna tersenyum lebar. "Psstttt…ini rahasia kita." Ujarnya polos, dan Richard benar-benar menikmati moment itu. Setiap kali Adrianna berceloteh tentang banyak hal yang bahkan tak pernah terbersit di benaknya, atau tawa renyahnya dan semua imajinasinya tentang menjadi seorang puteri dari sebuah kerajaan. Semua itu membuat Richard bahwa Adrianna saja cukup baginya. Rich ingin memberikan seluruh cintanya pada malaikat mungil yang cerdas itu. Seolah Rich ingin membayar semua kepedihan yang sempat dia alami di masa kecil. Tumbuh tanpa ibu dan juga ayah yang cukup sibuk bekerja. Ibu sambungnya tidak bisa menggantikan cinta ibukandungnya, dan Rich bersumpah untuk berusaha membuat Adrianna merasakan masa kecil yang sangat bahagia.     

"Daddy tumbuh dengan ibu sambung." Ujar Richard pada Adrianna saat mereka dalam perjalanan pulang. Perhatian Adrianna langsung terpusat pada ayahnya itu, sementara dia mengabaikan mainan barunya yang barusan dia beli dengan sang ayah untuk sementara.     

"Apa daddy juga mendapatkan bayi baru?" Tanya Adrianna.     

Richard menggeleng. "Tidak sayang, nenekmu sakit lalu meninggal dunia saat daddy masih kecil."     

"Lalu kakek membawa ibu baru untuk daddy?" Tanyanya polos.     

Richard mengangguk dan kontan membuat alis Adrianna bertaut semakin dalam. "Apa seperti yang ada di kisah Cinderella?" Tanya Adrianna lebih jauh.     

"Maksudmu?" Tanya Rich.     

"Ibu baru itu datang dengan anaknya dan dia lebih sayang pada anaknya? Dan itu membuat Daddy sedih?"     

Richard mengerucutkan bibirnya. "Tidak semua ibu baru seperti itu sayang. Hanya saja tidak ada yang bisa menggantikan cinta nenekmu di hati daddy."     

"Aku menegerti, itu sebabnya aku tidak ingin punya adik bayi baru di rumah kita." Ujar Adrianna, meski pointnya meleset tapi Richard tidak mencoba memperjelasnya. Sulit bagi seorang ayah untuk menejelaskan banyak hal pada puteri kecilnya apalagi secara mendetail. Dan itu juga terjadi pada Richard. Dia hanya ingin puterinya tahu bahwa dia sangat mencintainya.     

"Daddy tidak pernah bercerita padaku soal ibu baru daddy." Tuntut Adrianna.     

Richard tersenyum sekilas. "Ya Daddy belum mendapatkan waktu yang tepat."     

"Apa ibu baru daddy itu jahat?"     

Richard menggeleng. "Tidak, dia wanita yang baik."     

"Baguslah." Adrianna tersenyum menatap ayahnya itu. "Jika ibu baru daddy berbuat jahat, katakana padaku. Aku akan melindungi daddy." Ujarnya dan itu membuat Richard terbahak dan sekali lagi memberikan toast untuk puterinya itu.     

"Aku memang membutuhkan perlindungan dari puteri seperti anda." Goda Rich.     

"Tentu saja, seorang puteri harus melindungi rakyatnya, pengawal." Ujarnya sambil menepuk-nepuk lengan ayahnya. Moment seperti ini benar-benar membuat hati Richard menghangat karena perasaan bahagia. Tawa renyah karena kelucuan dan kepolosan Adrianaa seolah membuat dirinya sejenak melupakan masalah baru yang akan timbul dari kehamilan kedua isterinya itu.     

***     

Richard mengambil alih pekerjaan Zoey hari ini. Sementara dia mengurus Adrianna di rumah, Richard meminta supir untuk mengantar Zoey kerumahsakit. Meski bagaimanapun Christabell butuh ada orang yang tetap berada di sampingnya selain petugas medis dari rumahsakit.     

Hari ini sepulang sekolah, Rich mengurus semua keperluan Adrianna, mulai dari menemani Adrianna bermain, memberinya makan siang, hingga memandikannya di sore hari. Membantunya mengerjakan tugas sekolah hingga membacakan dongeng dan menemaninya sampai jatuh tertidur.     

Namun sebelum tertidur Adrianna sempat menanyakan keberadaan ibunya.     

"Daddy, apa mommy ada di kamarnya?" Tanya Adrianna.     

"Iya sayang, biarkan mommy istirahat, kita harus mendoakan mommy agar cepat sembuh."     

"Ok daddy." Bisik Adrianna sebelum membenamkan diri dalam pelukan ayahnya dan jatuh tertidur. Rich mengusap-usap kepala Adrianna     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.