THE RICHMAN

The Richman - Run



The Richman - Run

0Lucas Anthony akhirnya membulatkan tekadnya untuk pergi dari rumah itu diam-diam di tengah malam saat semua penghuni rumah sudah tertidur pulas. Dia bahkan harus berenang di tengah dinginnya laut di malam hari hingga akhirnya tiba di sisi lain kota itu. Dengan uang seadanya yang dia peroleh dari hasil curian di rumah Sheina, Lucas membeli pakaian baru dan juga berhasil menghubungi salah seorang kaki tangan ayahnya.     
0

Sementara itu dia sempat menuliskan surat untuk Elea     

Dear Elea     

Saat pertama kali bertemu denganmu, aku berharap kita bisa bertemu dalam situasi yang lain. Melihatku sebagai seorang tahanan dengan berbaga catatan kriminal tentu membuatmu bergidik ngeri. Aku sungguh ingin berdiri di hadapanmu sebagai pria terhormat dengan pakaian dan kendaraan terbaik. Kemudian aku dengan percaya diri mengetuk pintu rumahmu dan meminta ijin dari orang tuamu untuk mengajakmu keluar. Mungkin dengan begitu kau akan memandangku berbeda.     

Tapi toh semua sudah terjadi, aku tidak akan pernah menyesali pertemuan kita. Karena bertemu denganmu adalah bagian terbaik dalam kisah hidupku. Hiduplah dengan baik dan jadilah bahagia. Suatu saat aku akan mencarimu dan menemuimu dengan cara yang berbeda.     

Love     

Lucas Matheo     

***     

Elea mengeliat malas di pagi hari, bahkan setelah suara ibunya memenuhi seluruh rumah dia masih enggan untuk membuka matanya. Dan saat dia membuka mata dan menarik dirinya dalam posisi duduk, Elea menemukan secarik kertas diatas menja belajarnya.     

Dia membuka lipatan kertas itu dan membaca isinya, mendadak wajahnya memanas, dia tidak lagi bisa berkata-kata, tenggorokannya seperti tercekat dan dadanya menjadi sesak. Seektika itu juga air matanya berjatuhan, Elea memegangi dadanya.     

"Mengapa kau begitu jahat, pergi begitu saja?" Gumamnya dalam hati. Ditengah isakan tangisnya, Elea melihat laci meja belajarnya sedikit terbuka dan Elea menariknya, disana ada dompet Elea. Gadis itu melihat isi dompenya dan sudah kosong, tapi ada sebuah jam tangan rolex original yang tergeletak didalam sana. Jika dijual, nilainya mungkin akan mencapai ribuan dollar.     

tok tok     

Sheina yang sedari tadi sudah bolak balik ke kamar Elea untuk memastikan apakah puterinya itu sudah bangun atau belum kini melihat Elea sudah duduk di meja belajarnya.     

"Kau sudah bangun?" Tanya Sheina mengejutkan, Elea segera menyusut air matanya. Dia jelas tidak ingin ibunya menyadari bahwa dia tengah menangis.     

"Mom . . ." Elea menoleh ke arah ibunya setelah menyembunyikan kertas itu di laci bersama dengan dompet dan jam tangan rolex milik Lucas.     

"Aku hanya ingin memberitahumu sesuatu." Sheina masuk ke dalam kamar puterinya itu, dan duduk di tepi ranjangnya.     

"Apa?" Alis Elea berkerut.     

Sheina menghela nafs dalam, "Lucas Matheo pergi diam-diam dari rumah ini. Sekarang dia sedang dalam pencarian." Ujar Sheina, dia tampak mengukur ekspresi puterinya itu. Elea terdiam tanpa ekspresi, "Oh . . ." Dia tak thu harus bagaimana.     

"Kau tampak tak terkejut sama sekali." Sheina menyelidik.     

Elea menghela nafas, "Aku bisa apa, bukankah sejak pertama kali datang ke rumah ini, dia memang selalu ingin pergi." Kata Elea pasrah.     

Sheina meraih tangan puterinya itu, "Kupikir kau memiliki hubungan spesial dengannya." Katanya ragu-ragu.     

Elea menggeleng, "Tidak." Jawabnya cepat "Aku tahu betul bagaimana respon kedua orang tuaku jika sampai aku memiliki hubungan spesial dengan Lucas." Ujar Elea.     

Sheina tersenyum, "Kau benar. Tidak berteman dengan pria berbahaya seperti Lucas Matheo adalah pilihan terbaik." Sheina tersenyum, "Mandi dan turunlah untuk sarapan." Ujarnya.     

"Ok." Angguk Elea.     

***     

Sementara itu, Lucas sudah berada di sebuah jet pribadi dengan bantuan seorang temannya untuk mengasingkan diri selama beberapa tahun dan membangun kembali bisnisnya sendiri. Tujuan pertamanya adalah ke Swiss, ayahnya memiliki akun rahasia atas nama dirinya yang cukup untuk hidup berkecukupan selama tujuh keturunan. Sang ayah selalu berpesan, jika situasi mendesak dan kian sulit, dia bisa menggunakan uang itu untuk bertahan hidup.     

Ryan mengambil gelas dan juga botol wisky dan menuangnya kedalam gelas kemudian menyodorkannya pada Lucas, "Kita sudah sejauh ini, tapi kau tak tampak senang." Ujarnya.     

"Kau tahu kan, lari dari cengkeraman si tua Oliver itu hampir mustahil." Selorohnya.     

Lucas tersenyum sekilas kemudian menenggak seluruh cairan di dalam gelasnya dalam sekali tenggak, dia tak menjawab apapun, hanya menyodorkan lagi gelas kosong itu pada Ryan dan pria muda berambut pirang itu mengisi lagi gelas Lucas.     

"Rayakanlah kebebasanmu, Bro!" Serunya.     

Lucas menenggaknya sekali lagi, tapi bagi Lucas Matheo, lari dari Oliver dan puterinya, juga kehangatan keluarga itu bukanlah sebuah pencapaian. Jika saja situasinya berbeda, Lucas masih ingin sekali tinggal di tengah-tengah mereka. Memandang wajah cantik Elea dengan tingkahnya yang terkadang masih kekanak-kanakan tapi selalu berhasil meredam emosi yang membakar dirinya. Juga sosok Oliver yang begitu mengayomi meski terkadang menjengkelkan, tapi Lucas seperti menemukan sosok ayah yang dia butuhkan selama ini.     

"Jadi apa rencanamu sekarang Bro?" Tanya Ryan.     

"Aku akan ke swis dan mengambil apa yang sudah dipersiapkan untukku. Memulai semuanya dari nol dan kembali untuk menemui seseorang." Ujar Lucas, di benaknya saat itu, wajah Elea terlihat jelas dengan senyumnya.     

Ryan menyipitkan matanya, "Bukankah lebih baik jika kau membangun kerajaanmu sendiri di Swiss?" Ryan memberikan ide.     

Lucas menatap temannya itu dalam-dalam, "Aku akan mempertimbangkannya." Ujar Lucas. "Yang jelas aku akan membayar lunas semua bantuanmu padaku, lengkap dengan bunganya." Tuturnya.     

"Jangan pikirkan itu, lagipula kita sudah berteman sejak lama." Kata Ryan, "Bisa membantumu adalah sebuah kehormatan bagiku." Ujarnya.     

"Kau masih bermain dengan obat-obatan?" Tanya Lucas.     

Ryan tersenyum lebar, "Dari mana aku bisa membangun istanaku dan membeli pesawat ini jika bukan dari pekerjaan itu."     

"Kau mungkin dalam pengawasan." Ujar Lucas.     

Ryan tersenyum lebar sekali lagi, "Aku punya banyak teman di dalam sana yang haus akan uang. Mereka berseragam tapi sangat mudah dibodohi." Ujarnya.     

Rahang Lucas mengeras, "Aku masih butuh satu lagi bantuan darimu."     

"Apa itu, katakan saja jangan sungkan." Ujar Ryan.     

"Di malam itu terjadi penembakan, aku salah satu korbannya dan juga puteri dari Prosecutor Oliver. Bisa kau cari tahu siapa pelakunya?" Tanya Lucas.     

Ryan tersenyum, "Tentu saja itu adalah teman-teman kita yang sedang mencari keadilan, berusaha membebaskanmu dengan mengancam puteri si tua Oliver." Ryan berujar dengan jumawa tapi Lucas justru meletakkan gelasnya itu dengar kasar dan mengangkat kerah Ryan. Dia hampir saja memukul wajah Ryan jika tidka teringat pada kebaikan pria ini, membantunya melarikan diri.     

"Easy bro!" Ryan mengangkat tangannya.     

"Bagaimana bisa?" Desis Lucas kesal sembari melepaskan kerah Ryan.     

Pria muda berambut pirang itu membenahi kerahnya, "Aku tidak tahu pasti siapa yang akhirnya mengambil tindakan, tapi beberapa waktu lalu beberapa dari teman kita berkumpul membicarakanmu dan mencari jalan untuk mengeluarkanmu dari cengkeraman si tua Oliver."     

Rahang Lucas mengeras, "Setelah urusanku di Swiss selesai aku akan menemui kalian." Ujar Lucas. "Tapi aku tidak ingin satupun dari kalian berani menyentuh Oliver ataupun keluarganya, tidak satupun dari kalian akan lolos dariku jika kalian sampai melakukan itu." Ancam Lucas.     

"Tentu saja. Setelah urusanmu beres, kami tidak lagi peduli pada Oliver dan keluarganya." Ujar Ryan sembari meninggalkan Lucas. Bagiamanapun harga diri pria muda berambut pirang itu terluka karena teman yang ditolongnya justru berani mengangkat kerahnya dan hampir meninju wajahnya hanya karena membela keluarga orang yang justru sudah menyusahkannya.     

Perjalanan menuju Swiss memakan waktu yang panjang, tapi Lucas bukan pria lemah. Dia bahkan masih bersemangat begitu tiba di Swiss dan perawat Ryan bertolak kembali ke New York.     

Lucas menemukan jalan menuju Zurich, tempat dimana bank yang ia tuju berada. Sejak jaman dahulu, Swiss memang terkenal dengan bank yang bisa merahasiakan data nasabahnya, oleh sebab itu berbagai bangsawan di masa itu, termasuk raja Louis XIV yang menggunakan pinjaman untuk membiayai tiga perang besar serta untuk membantunya membangun istana Ver Sailles.     

Lucas segera menemukan keberadaan Bank itu, meskipun dia belum pernah datang dan membuat akun. Dengan kode rahasia yang diberikan oleh ayahnya sejak jaman dahulu, dia bisa menemui orang kepercayaan di tempat itu dan mendapatkan akses pelayanan VVIP.     

"Selamat Siang, Sir." Sapa seorang pria yang usianya sudah cukup tua, dengan setelan jas rapi dan juga kacamata yang membingkai wajahnya.     

"Luca Matheo." Ujar Lucas, dan di segera mengerti.     

"Mr. Luca . . ." Dia tersenyum, "Bagaimana kabar ayahmu? Kuharap kau hanya sedang butuh uang." Ujarnya. Mungkin perjanjian itu dibuat dengan dengan salah satu kondisi dimana sang ayah sudah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak baik-baik saja, barulah Lucas Matheo akan datang untuk mengambil seluruh atau sebagian uang itu.     

"Kau akan mengambil semuanya?" Tanya pria tua itu.     

"Berapa yang dimiliki ayahku?" tanya Lucas.     

Pria tua itu membuka salah satu lacinya dan mengeluarkan selembar kertas yang dilipat dan menyodorkannya pada Lucas. Nilai simpanan rahasia ayahnya tak main-main, bahkan mencapai ratusan juta dollar.     

"Aku akan mengambil setengahnya." Ujar Lucas.     

"Akan kami siapkan, Sir." Pria itu keluar dari ruangan dan butuh waktu sekitar tiga puluh menit untuknya kembali dengan koper penuh. "Uang anda." Katanya sembari mengangkat koper yang terlihat berat itu ke atas meja.     

Lucas menghela nafas dalam, "Terimakasih." Dia membuka koper itu lalu melihat salah satu bundle uang itu.     

"Senang bekerjasama dengan anda Mr. Luca." pria tua itu tersenyum dan Lucas segera membawa uang itu keluar dari sana.     

Swiss bukan tempat asing baginya, sang ayah memiliki salah satu aset di sana yang diatasnamakan dirinya, berupa rumah dan juga kendaraan. Beberapa orang kepercayaan sang ayah bahkan masih terus beroperasi dalam jual beli senjata api dan juga obat-obatan untuk menghasilkan pundi-pundi bagi Lucas Matheo dan ayahnya.     

Lucas menghubungi salah seorang kaki tangan ayahnya melalui telepon umum dan dia segera di jemput dengan kendaraan mewah dan dibawa ke rumah milik ayahnya.     

"Senang akhirnya mendengar kabar anda, Sir." Kata sang supir bernama Julian yang menjemputnya. Lucas tidak menjawab, di kepalanya masih terngiang-ngiang tentang Elea dan juga Oliver, bahkan kebaikan hati Sheina Anthony yang memberikan tumpangan di rumah sederhana mereka.     

"Dimana gudangnya?" Tanya Lucas.     

"Di sekitar pegunungan Alpen, jika anda mau aku bisa membawa anda ke sana." Ujarnya.     

"Aku ingin melihatnya." Dalam hati Lucas Matheo, bisnis ini adalah satu-satunya hal yang dia ketahui dan juga dia kuasai. Dia tidak mungkin membawa uang itu dan membangun bisnis lainnya karena bisnis yang digeluti ayahnya sudah berjalan bertahun-tahun. Dalam hati Lucas, dia mungkin tidak akan pernah bisa menemui Elea sebagai pria yang berbeda. Dia tidak akan bisa memenuhi janjinya untuk menjadi pria yang lebih baik, tapi satu hal yang pasti, suatu saat dia akan tetap datang menemui Elea.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.