THE RICHMAN

The Richman - Hospital



The Richman - Hospital

0Lucas tengah duduk dan seorang perawat sibuk mengobati lukanya, tapi wajahnya justru gusar karena memikirkan Elea. Saat dilarikan kerumahsakit gadis itu tidak sadarkan diri, dan Lucas menjadi sangat khawatir.     
0

"Apa gadis yang tiba di rumahsakit bersamaku baik-baik saja?" Tanya Lucas pada perawat yang membersihkan lukanya dan kini bersiap untuk menjahit luka robekan di lengan Lucas yang sebenarnya cukup dalam, namun rasa khawatirnya terhadap Elea jauh lebih besar dibandingkan rasa sakit yang dia rasakan saat ini.     

"Dia sedang ditangani oleh tim kami." Jawab sang perawat ramah.     

"Luka ini luka biasa, aku sering mengalaminya. Bisakah memberiku pereda rasa nyeri dan biarkan aku melihat gadis itu?" Lucas setengah memohon, tapi perawat itu justru kebingungan. Luka yang dialami Lucas Matheo bukanlah luka ringan, dan tidak seharusnya dia pergi tanpa jahitan di lengannya yang robek itu.     

"Luka ini cukup dalam, jika dibiarkan terbuka nanti bisa infeksi. Tunggulah dengan tenang beberapa menit saja. Aku akan segera menjahitnya dan kau boleh pergi menemui kekasihmu." Ujar sang perawat sembari mempersiapkan alat untuk menjahit luka Lucas. Pria itu terpaksa menunggu dan menerima jahitan di lengannya sebelum akhirnya dia bisa menemui Elea.     

Saat lucas menemukan ruangan tempat Elea di berbaring di Emergency unit, kedua orang tua Elea sudah berada di sana. Dan yang sangat mengejutkan adalah Oliver yang memberinya pelukan dan ucapan terimakasih, "Terimakasih sudah menyelamatkan puteriku." Ujar Oliver semberi menepuk-nepuk pundak Lucas.     

Selain Oliver, Sheina juga mengucapkan terimakaish dengan tulus pada Lucas. Pria muda itu kebingungan dengan perasaan yang dia alami saat ini. Dia tidak pernah mendapatkan apresiasi sedemikian tulus dari orang-orang yang dekat dengannya, bahkan memiliki hubungan darah dengannya sekalipun. Tapi dengan Keluarga Olvier, entah mengapa seolah hati Lucas Matheo terikat di sini, bersama dengan Olvier, putera puterinya dan juga wanita cantik bernama Sheina yang selalu mengingatkan Lucas pada sosok seorang ibu yang cantik, baik hati dan hangat.     

"Terimakasih." Ujar Elea dengan suara lirih.     

"Sama-sama." Oliver tertunduk sekilas, mata bening Elea yang berkilat-kilat bagaikan gemerlap bintang saat menatapnya membuat Oliver menjadi serba salah. Dia bahkan merasakan jantungya berdetak lebih cepat dari sebelumnya.     

Oliver menerima telepon, dan membuatnya meninggalkan ruangan itu, "Halo." Pria itu membuka suara.     

"Apa kau menemukan siapa pelakunya?" Tanya Oliver.     

"Aku akan ke kantor polisi sekarang juga." Tutup pria itu. Dia segera mendekati Elea dan mengecup kening puterinya itu, "Ayah akan ke kantor polisi sekarang juga, penembaknya sudah tertangkap." Ujar Oliver.     

Dia menatap ke arah Sheina, dan wanita itu mengerti bahwa suaminya tidak bisa berhenti di satu tempat untuk beberapa waktu selama ponselnya menyala, dia akan selalu sibuk dengan urusan-urusan yang menuntut perhatiannya.     

"Aku akan membawanya pulang." Ujar Sheina.     

"Thanks." Oliver mengecup kening Sheina dan wanita itu membeku membulatkan matanya di bawah tatapan Lucas dan Elea yang canggung.     

Elea menahan senyumnya sembari menatap sang ibu, dan Sheina yang kikuk setelah mendapat perlakuan manis dari suami yang hampir dia ceraikan itu akhirnya memilih melarikan diri dengan alasan akan mengurus administrasi rumahsakit. "Mommy akan mengurus administrasi rumahsakitmu sebelum kau bisa pulang." Ujar Sheina sembari meninggalkan mereka berdua di tempat itu.     

"Ok mom." Jawab Elea.     

Kini tinggal tersisa Elea dan Lucas di ruangan itu, mereka saling menatap dan menjadi canggung mendadak. "Apa yang kau lakukan di tempat itu?" Tanya Elea ragu."Kau mengikutiku?" Tanya gadis itu.     

"Tidak." Jawab Lucas sembari duduk di tepi ranjang tempat Elea berbaring.     

"Lalu?" Alis Elea berkerut, pertanyaan itu jelas menuntut jawaban dari Lucas Matheo.     

Lucas mengatupkan bibirnya sekilas, "Aku berniat untuk kabur." Ujar Lucas. "Dan pemilik club malam itu adalah temanku, aku datang untuk mengatur rencana kabur." Ujar Lucas jujur.     

Mata Elea nanar menatap pria yang duduk di hadapannya itu saat ini. "Lenganmu terluka?" Ekspresi wajah Elea menjadi panik saat melihat lengang Lucas robek dengan bekas darah di sana.     

"Sudah diobati." Ujar Lucas singkat.     

"Kau menghawatirkanku, semenetara lihat dirimu, kau sendiri terluka parah." Protes Elea, mata bening gadis itu berkilat-kilat penuh kekhawatiran dan entah mengapa seperti terhipnotis rasanya, Lucas membeku menatap kedua mata itu.     

"Jangan terluka lagi." Bisik Lucas.     

"Apa?" Elea tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Lucas Matheo.     

"Em . . . Maksudku lain kali kau harus hati-hati. Mungkin aku tidak akan selalu ada di sana untuk menyelamatkamu." ujar Lucas sembari membuang muka, entah mengapa perasaan yang menyeruak dari dalam hatinya membuat Lucas kikuk menghadapi gadis cantik dengan plester di kepalanya itu.     

"Kalau begitu jangan pergi." Jawab Elea lirih, dan jawaban itu membuat Lucas menoleh ke arah Elea, keduanya saling menatap dalam diam. Elea tertunduk dibawah tatapan Lucas dan pria itu segera membuang muka, apalagi saat itu tepat dengan saat Sheina datang dan memergoki mereka saling menatap.     

"Kalian baik-baik saja?" Tanya Sheina.     

"Ya Mrs. Anthony." Jawab Lucas kikuk, dia segera bangkit dan menjauh dari tempat Elea berbaring. Sebagai seorang ibu, Sheina jelas mencium ketidakberesan diantara mereka berdua. Mereka tampak saling bicara sebelum Sheina datang dan saat dia duduk di tempat itu, mendadak mereka saling menjauh dan terdiam.     

"Kita pulang sekarang." Ujar Sheina dan Elea mengangguk, dia turun perlahan dari ranjang rumahsakit itu dan mengikuti langkah ibunya perlahan meninggalkan ruangan gawat darurat.     

Sheina menyetir mobilnya, Elea duduk di sampingnya sementara Lucas duduk di belakang.     

"Lucas, apa kau sudah mendapatkan penanganan untuk lukamu?" Tanya Sheina sembari menatap ke arah spion yang berada di depannya dan melihat pantulan wajah Lucas yang terlihat jelas tengah menatap ke arah Elea, puterinya sedari tadi.     

"Oh, ya sudah Mrs. Anthony." jawab Lucas.     

"Baguslah." Sheina tersenyum sekilas, karena Lucas menyadari bahwa Sheina memergokinya mencuri pandang pada Elea dan memilih untuk membuang mukanya, menatap keluar jendela sepanjang sisa perjalanan.     

***     

Setiba mereka di rumah, Elea segera masuk ke dalam kamarnya sementara itu Lucas juga masuk ke dalam kamar yang disediakan untuknya. Sheina yang baru saja mengalami shock karena puterinya hampir menjadi korban penembakan baru sempat mengurusi dirinya sendiri dan kepanikannya. Sejujurnya dia selalu bertengkar dengan Oliver karena profesi suaminya itu membuat keluarga mereka selalu berada dalam bahaya. Tapi bagi Oliver, profesinya adalah separuh hidupnya, dan bahaya yang harus dia hadapi adalah bagian dari resiko yang tak bisa terpisahkan, jadi Oliver menganggap ini bukan sesuatu yang besar dan harus ditakutakan, selama pelakunya tertangkap dan bisa di hakimi, bagi Oliver itu cukup.     

Tapi bagi Sheina Anthony, ini adalah ancaman yang pernah dia alami bertahun lalu seolah datang lagi menghantui. Dia menyeduh secangkir teh dan duduk termenung, membayangkan apa yang akan dia katakan pada Oliver setelah pria itu kembali. Apakah dia benar-benar akan meminta cerai pada Oliver demi keselamatan anak-anaknya atau memilih diam seperti yang selama ini dia lakukan dan hampir membuatnya gila.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.