Sistem Teknologi Gelap

Asrama Berhantu?



Asrama Berhantu?

0Sudah lama waktu berlalu semenjak mereka bertemu di negara tetangga.     
0

Mereka berbincang-bincang sambil makan, hingga mereka menghabiskan waktu dari jam 12 siang sampai jam 2 sore.     

Setelah mereka selesai makan, mereka bertiga berjalan keluar.     

Saat berjalan keluar, Luzhou memandang Chen Yushan dan berkata, "Maaf, maaf sekali… Setelah aku mendapatkan surat izin mengemudi di Philadelphia, aku akan datang dan mengajakmu makan."     

Tatapan Chen Yushan langsung berubah menjadi berbinar-binar, "Akan kuingat janjimu. Jangan sampai lupa!"     

Sepertinya dia masih marah karena ditinggal di bandara…     

Luzhou lalu menepuk dadanya dan berkata, "Tenanglah, aku janji!"     

Mereka kemudian berpisah, dan Chen Yushan kembali ke Universitas Pennsylvania, sementara Kakak Luo beserta dengan Luzhou pergi ke Princeton, sebuah kota kecil di antara Philadelphia dan New York.     

Luzhou duduk di mobil dan mengenakan sabuk pengaman, lalu ia pun bertanya, "Bagaimana suasana di sana?"     

Kakak Luo menjawab sambil mengemudi, "Suasana di mana?"     

Luzhou berpikir selama beberapa saat lalu bertanya, "Di kamar asrama, misalnya?"     

"Kamar asrama? Ada yang bagus, ada yang tidak, tapi kamu tidak perlu khawatir. Jurusan matematika dan fisika adalah jurusan terbaik di sana, dan kamu ada di sini karena program gabungan Jinling dan Princeton, jadi kamu mungkin akan dapat kamar sendiri. Tapi jujur saja… kamar berdua atau berempat mungkin akan seru." Ujar Kakak Luo.     

"Bukannya merepotkan?" Tanya Luzhou.     

Kakak Luo tersenyum, "Tidak juga, bahkan mungkin kamu akan berkesempatan untuk berteman dengan teman-teman dari negara lain. Kalau kamu berdua atau berempat, kamar tidak akan pernah sepi, dan ruang kamar berempat memiliki ruang tamu khusus, sehingga kamu bisa mengadakan pesta. Dulu, aku bertemu dengan mantanku saat pesta seperti itu."     

Seru?     

Kedengarannya menarik?     

Luzhou pun tersenyum.     

Sebenarnya, Luzhou lebih suka suasana yang tenang, tetapi mungkin saran Kakak Luo ada benarnya.     

Dalam perjalanan, Kakak Luo terus membicarakan tentang Princeton, namun tiba-tiba, topik berganti ke mantan-mantannya.     

Luzhou hanya bisa mendengarkan sambil tersenyum.     

Saat Luzhou hampir tertidur, akhirnya Kakak Luo berhenti menceritakan sejarah dunia percintaannya dan memarkirkan mobilnya di tepi jalan.     

"Kita sudah sampai."     

Luzhou yang hampir tertidur kemudian melihat ke luar jendela, ke arah gedung yang terlihat tidak asing.     

Kakak Luo lalu membantunya untuk menurunkan barang-barangnya.     

"Akan kubantu mengurus berkas-berkasmu, sepertinya kamu belum sempat berkunjung kemari saat ke Princeton waktu itu, jadi mungkin kamu akan tersesat. Setiap tahun, ada mahasiswa baru di sini."     

Luzhou mengangguk dan berkata, "Maaf merepotkan."     

Memang benar, saat terakhir kali Luzhou pergi ke Princeton, ia mengurung dirinya di ruang hotel untuk membuktikan Prima Kembar, dan saat ia berhasil membuktikan hipotesis tersebut, konferensi sudah selesai dan waktunya untuk pulang.     

Kakak kemudian Luo tertawa, "Merepotkan apa? Saat di luar negeri memang harus saling membantu."     

Lalu Kakak Luo mengajak Luzhou untuk masuk ke gedung administrasi.     

...     

Sebagai salah satu universitas yang didirikan saat masa kolonialisme Amerika, Princeton memiliki struktur yang mirip dengan universitas di Inggris, baik secara struktur bangunan maupun struktur organisasi akademik. Bangunan-bangunan yang ada di kawasan universitas memiliki arsitektur yang mirip dengan Oxford.     

Jejak dari arsitektur kuno terlihat pada dua patung harimau dari perunggu yang berdiri di depan Nassau Hall.     

Kebanyakan lulusan universitas ini memang akhirnya akan bekerja di Wall Street, namun di sisi lain, universitas ini masih salah satu di antara universitas yang menjadi bagian dari Ivy League.     

Kakak Luo mengantarkan Luzhou ke Nassau Hall, dan menunggu di depan untuk menjagakan kopernya.     

Luzhou membawa berkas-berkas yang ia butuhkan dan masuk. Tidak lama kemudian, ia menemukan tempat registrasi sesuai petunjuk dalam buku panduan universitas.     

Ia masuk ke kantor dan melihat seorang wanita berumur 30 tahun-an dari Latina, dengan kulit yang gelap dan rambut kuncir dua. Sepertinya, jika dilihat dari pakaiannya, wanita ini adalah asisten atau anggota staf.     

Sepertinya, ada yang sudah memberitahu wanita itu tentang kedatangan Luzhou. Tanpa membuang waktu, wanita itu segera berdiri dan bertanya.     

"Apakah berkas-berkasnya sudah lengkap?"     

"Sudah." Luzhou kemudian memberikan berkas yang ada di tangannya.     

Setelah memastikan bahwa berkas-berkas registrasi tidak bermasalah, wanita itu membuka laci dan mengambil sesuatu.     

"Ini kartu mahasiswa dan kunci kamar, nomor kamarnya telah tertera di kunci, jangan sampai hilang. Kamarmu ada di sini." Wanita itu melingkari peta di buku panduan dan mengembalikan buku tersebut, "Kuharap kamu senang di sini."     

Sudah selesai?     

Luzhou terdiam dan memandang wanita di hadapannya.     

Wanita itu pun bertanya, "Ada apa?"     

Luzhou memandang kunci dan kartu mahasiswa di tangannya, "Bagaimana dengan dosen pembimbingku?"     

"Kamu bisa memilih," wanita itu berkata sambil memandang Luzhou, "Kebanyakan memilih dosen pembimbing sebelum masuk, namun situasi-mu sedikit berbeda. Kamu punya kesempatan untuk mencoba mendengarkan beberapa kelas. Tapi menurutku, lebih baik segera memilih."     

"Jadi, aku harus mencari sendiri?"     

Luzhou mengira pihak Princeton sudah menyiapkan dosen pembimbing untuknya.     

Perkiraannya salah, tetapi…     

Ia merasa beruntung, karena jika dosen pembimbing tidak cocok, proses belajar tidak akan lancar.     

Setelah Luzhou keluar dari gedung administrasi, Kakak Luo berlari mendekat.     

"Sudah selesai?"     

"Sudah."     

"Siapa dosen pembimbingmu?"     

"Aku belum tahu…"     

"Apa kamu belum memikirkannya?" Kakak Luo memandangnya dengan terkejut, "Kukira kamu sudah memikirkannya saat liburan tahun baru."     

Luzhou berdehem, "Aku sangat sibuk waktu itu… Bisakah Kakak memberiku rekomendasi?"     

Kakak Luo berpikir selama beberapa saat kemudian berkata, "Rekomendasi… Kalau kamu mau fokus matematika-fisika, kusarankan untuk belajar di bawah bimbingan Edward Witten. Tapi kalau mau fokus Teori Angka atau Aljabar, kusarankan untuk memilih Deligne. Kalau saja kamu lebih cepat, kamu bisa saja belajar di bawah bimbingan Andrew Wiles, pembukti Fermat, tetapi dia sudah kembali ke Oxford untuk menjadi dosen pembimbing di sana."     

Sepertinya, Kakak Luo masih bisa memikirkan hal lain selain urusan pacaran.     

Untuk saat ini… Luzhou tidak tahu apakah ia bisa belajar di bawah bimbingan Edward Witten atau tidak.     

Luzhou mengangguk, "Baiklah, akan kupikirkan."     

Kakak Luo tersenyum, "Apa kamu ingin kuantarkan ke kamarmu?"     

"Tidak perlu, terima kasih. Aku bisa mencari kamar sendiri menurut peta ini." Jawab Luzhou.     

"Oke, kalau ada apa-apa, telepon aku."     

"Tentu saja!"     

Setelah mereka berpisah, Luzhou mengikuti peta dan pergi ke arah gedung asrama.     

Gedung asrama berada di ujung Princeton, tidak jauh dari gedung IAS Princeton.     

Akhirnya, Luzhou menemukan kamarnya.     

Di buku panduan, sudah ada foto-foto kamar dan gedung asrama, sehingga ia sudah memiliki gambaran mengenai suasana tempat itu, tapi ia masih terkejut.     

Tempat ini benar-benar…     

Kuno sekali!     

Menurut informasi dari buku panduan, gedung dengan arsitektur kolonial Inggris ini berumur lebih dari 90 tahun, cukup tua untuk dijadikan museum. Walaupun gedung sudah direnovasi beberapa kali, arsitektur awal masih tetap dipertahankan.     

Dinding gedung berwarna merah gelap, sementara hiasan tanaman rambat di sekitar tembok tersebut membuat tempat itu terasa sangat tua.     

Jangan-jangan… ada hantunya?     

Namun Luzhou tetap memutuskan untuk masuk.     

Saat ia naik ke lantai 2 sambil membawa koper, terlihat bayangan seseorang yang berdiri di dekat tangga.     

Cahaya di tempat itu sangat redup, sehingga Luzhou tidak bisa melihat wajah sosok tersebut. Namun, jika dilihat dari bentuk tubuhnya, sepertinya sosok itu adalah seorang wanita.     

Wanita itu memiliki rambut panjang, dan dia melihat ke arah Luzhou lalu berjalan mendekat sambil tersenyum.     

"Akhirnya kamu datang juga."     

Luzhou hanya terdiam.     

Bangsat!     

Apakah tempat ini benar-benar berhantu?!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.