Sistem Teknologi Gelap

Tiga Jam Saja Cukup



Tiga Jam Saja Cukup

0Universitas Ekiti di Nigeria.     
0

Profesor Enoch sedang duduk di kelas, raut wajahnya tampak sebal.     

Ia mempublikasikan makalah pembuktian Hipotesis Riemann di Arxiv, namun hasil pembuktiannya diletakkan di bagian "Matematika Umum", sementara hasil pembuktian Hipotesis Goldbach milik Luzhou dan Hipotesis Poincare milik Perelman diletakkan di kategori lain.     

Dan ia baru mengetahui bahwa klasifikasi "Matematika Umum" dapat dikatakan sebagai 'tempat sampah' di situs tersebut.     

Ia sedang berbincang-bincang dengan muridnya yang waktu itu menyemangatinya untuk membuktikan Hipotesis Riemann.     

"Profesor Enoch, dapatkah pembuktian Hipotesis Riemann digunakan untuk membuktikan Hipotesis Goldbach?"     

Profesor Enoch lalu menjawab dengan santai, "Iya, tentu saja, karena Goldbach memiliki hubungan dengan konstruksi Riemann ζ (s). Dengan menggunakan ζ (s), Hipotesis Goldbach dapat dibuktikan dalam 3 jam saja."     

Seorang mahasiswa lain kemudian menimpali, "Kalau begitu, Profesor Enoch, cobalah menyelesaikan Hilbert ke-23. Apa Profesor bisa?"     

"Tentu saja bisa, itu mudah." Profesor Enoch menjawab, "Hipotesis Riemann juga berhubungan dengan soal Hilbert ke-23."     

Lalu mahasiswa itu terus berbicara, "Kalau begitu, Profesor Enoch, sudah waktunya mencoba menyelesaikan hipotesis itu."     

"Nanti saja, saat waktunya sudah tepat. Ingat Nak, profesor-profesor yang hebat jarang tertarik menyelesaikan hipotesis. Hipotesis adalah urusan matematikawan biasa." Profesor Enoch berkata sambil melambaikan tangan, "Kelas selesai, tugas kalian adalah mengumpulkan makalah tentang fungsi ζ (s)."     

"Metode sudah ada di tangan kalian, aku yakin kalian pasti bisa."     

Para mahasiswa pun menghela nafas, ada juga yang mengacak-acak rambut mereka karena merasa sebal. Lalu mereka saling pandang dengan ekspresi sedih.     

Memang, tugas-tugas Profesor Enoch terlalu sulit. Walaupun Profesor Enoch memiliki banyak cerita menarik, tapi tugasnya akan membuat mereka merasa tertekan.     

Profesor Enoch merapikan materi pelajaran dan hendak kembali ke kantor.     

Namun, tiba-tiba ia melihat seorang pria berkulit putih sedang berbincang-bincang dengan kepala departemen matematika Universitas Ekiti.     

"Profesor Enoch, pria ini datang dari Amerika Serikat, ia hendak berbicara denganmu mengenai Hipotesis Riemann." Pria tua itu menepuk pundak Profesor Enoch dan menyunggingkan senyum, "Semoga beruntung."     

Tentu saja, ia mengucapkan itu bukan untuk menyemangati Profesor Enoch, namun untuk mendapatkan 1 juta dolar.     

Untuk negara kecil seperti ini, satu juta dolar adalah uang yang sangat besar.     

Tidak ada yang percaya bahwa Profesor Enoch telah membuktikan Hipotesis Riemann. Hanya ada satu wartawan dari Daily Mail yang datang sekali.     

Namun sekarang, ada wartawan dari Amerika lagi.     

Mungkin makalah-nya sudah diterima?     

Walaupun Amerika dan Inggris sama-sama didominasi oleh penduduk kulit putih, Amerika memiliki status yang sedikit lebih tinggi. Tentu saja, Profesor Enoch merasa senang.     

Jika Amerika benar-benar menerima makalah-nya, ia berkesempatan meningkatkan status sosialnya, atau bahkan emigrasi ke Amerika…     

Semua orang terpelajar di Nigeria dan berbagai macam negara benua Afrika lainnya memiliki keinginan untuk keluar dari negara mereka.     

Melihat pria itu, Profesor Enoch terdiam sejenak kemudian bertanya, "Anda siapa?"     

"Perkenalkan, namaku adalah Larter, wartawan dari Washington Times." Larter tersenyum dan mengulurkan tangannya, "Aku ingin membicarakan tentang Hipotesis Riemann, kapan Anda ada waktu?"     

Jika saja berita ini tidak akan menjadi berita besar, Larter tidak akan mau tinggal lama-lama di tempat ini. Ia sudah dirampok sekitar 70 ribu Naira semenjak ia keluar dari bandara… Walaupun jumlah itu hanya setara dengan beberapa ratus dolar, tapi ia masih merasa sebal.     

Ia berjanji kepada dirinya sendiri, inilah kali terakhir ia akan kemari.     

Profesor Enoch lalu memandang Larter dengan ragu sebelum menjawab, "Mari masuk ke kantorku saja."     

Kantor Profesor Enoch sangatlah berantakan, bahkan kaus kaki diletakkan di atas buku-buku yang berdebu.      

Larter mengernyitkan alisnya, mencari tempat untuk berdiri kemudian berdehem.     

"Kami mengetahui bahwa pada akhir tahun 2015, Anda mengirimkan surat kepada asosiasi matematika yang mengklaim bahwa Anda sudah membuktikan Hipotesis Riemann. Namun, menurut berita dari Daily Mail, Anda tidak mendapatkan balasan. Mengetahui situasi ini, kami memutuskan…"     

Profesor Enoch duduk dan memandang Larter dengan tatapan penuh curiga, ia tidak percaya dirinya akan mendapatkan 1 juta dolar, "Makalah-ku dapat dilihat di Arxiv. Untuk apa Anda kemari?"     

"Untuk membantumu." Jawab Larter.     

"Membantu apa?" Tanya Profesor Enoch sembari mengusap hidungnya, "Berikan saja uangnya."     

"Bukan urusan uang, apa Anda tidak merasa sebal?" Larter berkata sambil menatap Profesor Enoch, "Saya telah mendengarkan kelas Anda, dan Anda adalah matematikawan yang hebat. Namun ada yang tidak memedulikan hasil kerja keras Anda karena warna kulit. Orang-orang Rusia, orang-orang Perancis, dan bahkan orang-orang China pun dikenal oleh dunia akademik, namun Anda tidak!"     

Profesor Enoch pun terdiam.     

Seorang pria berkulit putih bisa mengatakan hal seperti itu.     

Namun, memang, Larter sudah berhasil menarik perhatiannya.     

Ia sudah mengunggah bukti yang ia ciptakan ke Arxiv, namun sayangnya, hasil kerja kerasnya diletakkan di kategori "Matematika Umum".     

Menyadari keberhasilannya, Larter tersenyum dan melanjutkan, "Saya hanya ingin bertanya, apakah Anda yakin dapat menyelesaikan Hipotesis Goldbach dengan penyelesaian Hipotesis Riemann yang Anda buat?"     

"Tentu saja." Profesor Enoch menjawab, "itu mudah."     

Larter pun tersenyum, "Baiklah, kalau begitu, saya akan menyelesaikan masalah visa dan tiket Anda. Pihak Washington Post akan mengganti semua…"     

"Tunggu!" Profesor Enoch menyela, "Aku tidak mengerti."     

Larter lalu menjelaskan, "Kami akan membantu Anda melakukan laporan mengenai Hipotesis Riemann di Princeton, dan bagaimana Anda bisa menyelesaikan hipotesis seperti Goldbach…"     

Tentu saja, mereka tidak akan bisa menggunakan auditorium Princeton, tetapi mereka bisa menggunakan Hotel Princeton. Bahkan, terkadang konferensi akademik dilakukan di hotel.     

Larter telah melaporkan idenya kepada atasan di Korea Utara, dan mereka sudah setuju.     

Untuk Wen Xiangming, mereka tidak peduli apakah laporan itu akan diterima atau ditertawakan. Selama mereka bisa menghancurkan dan mendiskreditkan China, mereka mau melakukan apa saja.     

"Tunggu, tunggu… Jadi, Anda memintaku untuk melakukan konferensi di Princeton?"     

Mengumpulkan makalah berbeda dengan memberi presentasi. Ia sama sekali belum siap.     

"Benar." Jawab Larter.     

Profesor Enoch hendak menolak, namun ia hanya bisa menelan ludah.     

Hebat sekali pria ini dalam hal persuasi…     

Akhirnya, setelah berpikir, Profesor Enoch memutuskan untuk menerima tawaran tersebut. Walaupun ia akan dipermalukan, setidaknya ia dapat menciptakan masalah yang menyinggung ras di sana.     

Enoch kemudian berdehem dan berkata.     

"Aku butuh waktu untuk persiapan…"     

"Berapa lama?"     

"Tiga bulan."     

"Terlalu lama." Larter berkata seraya menggelengkan kepala, "Waktu tidak akan menunggu. Dan saya tidak meminta Anda untuk meyakinkan para profesor di Princeton. Saya hanya ingin Anda menarik perhatian para organisasi hak kulit hitam di sana, bersama dengan politikus dan para investor."     

"Berapa lama waktu yang Anda miliki?" Tanya Enoch.     

Larter lalu mengulurkan 3 jari, "Tiga hari."     

Enoch kemudian menjawab, "Tapi, itu tidak mungkin?"     

Ia setidaknya harus menunggu sampai seorang murid mengumpulkan PR mereka.     

Tiga hari tidak cukup.     

Larter lalu berkata dengan ekspresi wajah yang terlihat datar, "10 ribu dolar."     

"Baiklah!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.