Sistem Teknologi Gelap

Bahkan Terkadang Dewa Pun Tidak Yakin



Bahkan Terkadang Dewa Pun Tidak Yakin

0Di MIT, sebuah laboratorium Sains Material.     
0

Profesor Moungi G. Bavandi sedang duduk di mejanya, ia meminum kopi sambil melihat-lihat artikel di Arxiv.     

Sebagai sosok ternama di dunia nanoteknologi, namanya sedang melambung di kancah internasional.     

Beberapa waktu lalu, jurnal "ACS-Nano" menerbitkan makalahnya tentang PbS quantum, makalah yang menarik perhatian banyak sekali perusahaan-perusahaan besar di Silicon Valley.     

Walaupun teknologi buatannya masih belum diterima dan digunakan secara luas, potensinya sangatlah besar.     

Banyak orang yang mengatakan bahwa jika teknologi itu menyebar luas, ia akan mendapatkan hadiah Nobel.     

Namun, hari itu mungkin akan datang 10 tahun lagi, atau bahkan baru 20 tahun lagi. Industri teknologi baru saja mulai menggunakan teknologi tersebut, dan akan membutuhkan waktu sebelum teknologi itu digunakan di barang-barang komersial.     

Namun, walaupun komersialisasi masih membutuhkan waktu lama, Moungi sudah memiliki 4 perusahaan yang menggunakan teknologi ini. Ia sudah mendapatkan banyak uang dan ia tidak perlu memikirkan tentang biaya riset.     

Tiba-tiba, ia menerima email dari Nature.     

"Lithium Dendrite?"     

Profesor Moungi mengernyitkan alisnya dan memandang layar dengan tatapan tertarik.     

Ia menyentuh dagunya dan memanggil asisten.     

"Latris, ambilkan aku sandwich."     

"Baik, Profesor."     

Wanita cantik berjas putih itu berdiri, kemudian berjalan keluar, dan kembali dengan sandwich bacon.     

Profesor Moungi duduk di depan komputer, memakan makanannya, dan membaca semua tulisan di email tersebut.     

Ada beberapa orang yang menyatakan mereka telah menyelesaikan persoalan dendrit lithium, karena itulah ia merasa sedikit tidak yakin.     

Walaupun ia tidak membuat baterai lithium, ada beberapa anggota tim-nya yang fokus pada bidang tersebut, sehingga ia pernah mendengarnya.     

Hasil riset terbaik saat ini datang dari Amerika Serikat dan Kerajaan Inggris, namun tidak terdengar adanya berita dari mereka. Sementara itu, Samsung terus membuat paten, namun tidak terdengar pula berita dari mereka.     

Satu-satunya solusi terbaik saat ini adalah dengan elektrolit spesial dan karbon untuk menghalangi pertumbuhan dendrit.     

Namun, tetap saja, masalah dendrit masih tidak bisa diselesaikan sampai sekarang. Jika menyelesaikan masalah dendrit lithium itu cukup mudah, IBM tidak akan menginvestasikan banyak uang.     

Jika makalah itu ditulis oleh ilmuwan lain, Profesor Moungi pasti tidak akan peduli, namun kontributor makalah tersebut adalah sosok terkenal yang menarik. Sosok itu tidak terkenal di dunia Sains Material, namun ia adalah seorang profesor dari Princeton.     

"Memperlambat pertumbuhan dendrit dengan bantuan PDMS, ya… Ini bukan ide baru, memang performa material itu sangat baik dalam penelitian."     

"Namun tetap saja, solusi itu bukanlah solusi permanen."     

Dalam gambar pada makalah, terlihat jelas keadaan material elektroda baterai, dan gambar memperlihatkan bagaimana cabang-cabang putih dendrit lithium tidak menjadi cabang-cabang tajam yang merusak material, melainkan menjadi lapisan-lapisan yang lebih aman.     

Kemudian, sistem discharge yang ditambahkan pada baterai memastikan bahwa lapisan-lapisan putih itu diurai secara mikroskopis, sehingga tidak ada bagian tajam cabang dendrit yang merusak material.     

Jika semua ini benar, ini akan menjadi penemuan besar.     

Di sisi lain, lapisan-lapisan itu bisa merusak performa dan daya tahan baterai, namun jika dibandingkan dengan masalah cabang dendrit lithium, masalah itu sama sekali tidak signifikan.     

Profesor Bavandi mengetukkan jarinya dan berpikir.     

Makalah tersebut sangatlah bagus, dan data beserta bukti tidak salah, namun penemuan ini sangat signifikan, sehingga ia seperti editor Nature, tidak tahu harus melakukan apa.     

Tiba-tiba, Profesor Bavandi berseru.     

"Lartis, akan kukirimkan laporan eksperimen ke email-mu, minta Isaac mengikuti eksperimen dalam laporan. Inilah tugasnya untuk minggu ini."     

"Baik, profesor."     

Nah.     

Profesor Bavandi tersenyum.     

Isaac adalah seorang mahasiswa S3 dengan fokus teknologi baterai.     

Eksperimen itu tidak terlalu sulit, dan hasilnya bisa dilihat dalam 3 hari.     

Walaupun peninjau tidak bertanggung jawab untuk mengulangi sebuah eksperimen, Profesor Bavandi memutuskan untuk melakukannya dan meminta beberapa mahasiswa S3 untuk membantu.     

Ia memiliki semua alat yang dibutuhkan, dan material dalam makalah itu tidak terlalu mahal.     

Jika makalah ini benar-benar memecahkan masalah dendrit lithium, ia akan menyaksikan sejarah.     

...     

Sementara makalahnya sedang ditinjau oleh Nature, Luzhou sama sekali tidak menganggur.     

Ia memanggil ketiga muridnya dan memberikan daftar buku untuk dipelajari.     

Hanya ada 6 buku pada daftar tersebut.     

Namun, ia meminta ketiga muridnya untuk mempelajari isi buku itu dalam waktu satu setengah bulan. Dengan kata lain, mereka harus menyelesaikan keenam buku itu sebelum bulan September.     

Untuk mahasiswa yang baru lulus, tugas ini tentu saja tidak mudah, namun bukan berarti tugas itu tidak dapat diselesaikan. Sebagian materi dari buku-buku tersebut sudah dipelajari saat mereka masih S1, namun kelas-kelas S1 tidak begitu mendalami materi tersebut.     

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, ia ingin ketiga muridnya mulai mendalami.     

Jika mereka ingin berpartisipasi dalam proyek-nya, mereka harus setidaknya mampu menyelesaikan materi keenam buku tersebut.     

Satu minggu berlalu, dan tiba-tiba saat Luzhou sedang menuliskan laporan, ia mendapatkan panggilan dari China.     

Saat ia mengangkat telepon, Xiao Tong berseru dengan senangnya.     

"Kakak! Kakak! Aku diterima!"     

Luzhou tersenyum saat mendengar seruan adiknya.     

"Selamat!"     

Kemudian Xiaotong bertanya, "Kak, aku ingin bertanya."     

"Kamu ingin hadiah apa? Akan kukirimkan." Ucap Luzhou.     

Xiaotong menggeleng, "Tidak, aku tidak ingin hadiah apa-apa, aku ingin ke Princeton dan tinggal bersamamu!"     

Mendengar jawaban itu, Luzhou pun terdiam.     

"Memangnya apa yang akan kamu lakukan di Princeton?"     

Tidak ada pemandangan yang indah selain Danau Carnegie…     

Sementara itu, suasana akademik tidak bisa dirasakan orang biasa…     

Xiaotong lalu menjawab dengan sedih, "Aku bosan di rumah, aku ingin jalan-jalan."     

Luzhou berpikir selama beberapa saat dan setuju.     

Sayang sekali kalau harus menghabiskan waktu liburan dengan diam dan bermain game di rumah. Akan lebih baik jika ia bisa menemani dan menjaga adiknya.     

"Baiklah… Apa kamu bisa membuat visa sendiri?" Tanya Luzhou.     

Xiaotong segera menjawab, "Tentu saja, aku sudah punya paspor! Besok lusa aku akan mengambil visa!"     

Yah, ternyata dia sudah bersiap-siap.     

Luzhou tersenyum dan menggeleng.      

"Baiklah, akan kubelikan tiket, kamu hanya perlu naik pesawat. Nanti saat sudah sampai akan kujemput."     

Suara senang Xiaotong terdengar dari telepon.     

"Hore! Terima kasih! Kakak baik sekali!"     

Luzhou tersenyum kemudian menutup telepon, dan meletakkan ponselnya di meja.     

Tiba-tiba, ia teringat sesuatu.     

Ia masih tidak tahu nilai Han Mengqi.     

Walaupun ia sudah lama tidak mengajar, Han Mengqi tetaplah muridnya, dan pekerjaan mengajar itu benar-benar membantunya.     

Masa tes masuk universitas sudah selesai, namun ia belum menanyakan tentang nilai Han Mengqi. Ia ingin tahu apakah gadis itu berhasil masuk ke universitas pilihannya.     

Ia membuka WeChat dan mengirim pesan.     

[Apakah kamu sudah mendapatkan surat penerimaan?]     

Tidak ada jawaban. Biasanya, gadis itu akan menjawab pesan dengan cepat.     

Luzhou meletakkan telepon genggamnya.     

'Kuharap Han Mengqi masuk di universitas keinginannya,' batin Luzhou.     

Luzhou memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan hal itu dan kembali bekerja.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.