Sistem Teknologi Gelap

Guru Yang Disiplin



Guru Yang Disiplin

0Angin musim gugur meniupkan dedaunan yang menguning dari cabang-cabang pohon.     
0

September telah tiba, dan para mahasiswa yang telah menikmati lebih dari 3 bulan masa liburan perlahan-lahan mulai kembali ke universitas. Dengan kembalinya para mahasiswa, hari-hari saat Princeton sangat sepi telah berlalu.     

Xiaotong yang sudah bermain-main di Princeton selama 2 minggu pun harus kembali.     

Luzhou mengantarkan gadis itu ke bandara dan membantunya mengeluarkan koper dari bagasi.     

Xiaotong memandang kakaknya dan berkata, "Kak, aku pulang dulu."     

"Hati-hati di jalan, saat turun, langsung pulang ke rumah…" Luzhou berpikir selama beberapa saat lalu berkata, "Lupakan, tunggulah dan akan kubelikan tiket…"     

"Tidak perlu, Kak." Xiaotong melambaikan tangan dan tersenyum, "Aku sudah besar, sudah waktunya belajar mandiri."     

Luzhou terdiam, sebelum akhirnya tersenyum lega.     

"Bagus, kau sudah besar sekarang. Ah, jangan lupa, beritahu ibu…"     

Xiaotong kemudian berkata, "Iya, akan kuberitahu ibu bahwa ia tidak perlu khawatir."     

Luzhou mengangguk dan bergurau, "Terima kasih, nona hakim, kau telah menawarkan bantuanmu yang agung."     

Setelah saling berpamitan, Luzhou memandang adiknya berjalan masuk ke bandara.     

Di depan pintu, Xiaotong berhenti dan melambaikan tangannya.     

Luzhou balas melambaikan tangan.     

Saat ia sedang melambaikan tangan, seorang kenalan berjalan mendekat.     

Molina menarik kopernya keluar dari bandara. Melihat Luzhou melambaikan tangan, ia pun terdiam.     

Ia tidak menyangka Luzhou ada di sini.     

Ia tidak memberitahu siapa-siapa nomor seri pesawat yang ia naiki untuk kembali ke Princeton.     

Sudah jelas, terjadi salah paham.     

Molina tersenyum, masih merasa heran, dan berjalan mendekati Luzhou.     

Saat Luzhou hendak menyapanya, wanita itu bicara lebih dulu.     

"Terima kasih, aku tidak menyangka kau akan datang menjemputku."     

Molina meletakkan kopernya di bagasi dan menutup bagasi mobil.     

Luzhou memandang wanita itu, dan Molina menyunggingkan senyum.     

"Karena kejutan ini, aku tidak akan bertanya dari mana kau tahu informasi jam pesawat-ku."     

Wanita itu membuka pintu mobil dan duduk di kursi depan.     

Luzhou memandang wanita itu dengan kebingungan, dan Molina mengernyitkan alisnya.     

"... Ada apa?"     

Luzhou menggeleng, "Tidak, aku memang akan kembali ke Princeton…"     

Molina menganggap perkataan itu sedikit aneh, namun ia terlalu senang untuk memikirkannya.     

Luzhou duduk dan menyalakan mobil, namun terdiam saat hendak mulai menyetir.     

Sebenarnya, ia tidak apa-apa mengantarkan wanita itu, namun untuk menjaga agar tidak ada salah paham…     

Sebelum mobil berjalan, Luzhou memutuskan untuk berkata.     

"Ah, aku kemari untuk mengantar adikku ke bandara."     

Molina pun hanya bisa terdiam.     

...     

Setelah Xiaotong kembali ke China, kehidupan Luzhou perlahan-lahan kembali normal.     

Belakangan ini, ia menghabiskan waktunya dengan bekerja di Institusi Pendidikan Lanjutan Princeton, Laboratorium Frick, dan beristirahat di kamar.     

Untuk membuat model komputer yang konsisten dan melengkapi PPT-nya, ia memerlukan lebih banyak sampel.     

Persiapan itu sangatlah merepotkan, namun dapat dilakukan.     

Untuk seorang matematikawan, terutama matematikawan yang fokus pada matematika-fisika, membuat rumus dan model komputer dari hasil-hasil yang sudah ada adalah hal yang sangat mudah.     

Ini bukan berarti para ahli Sains Material yang tidak belajar matematika tidak bisa melakukannya.     

Model matematika biasa tidak dapat memprediksi sifat sebuah sampel dengan benar, namun model seperti itu bisa menjadi referensi.     

Referensi dapat digunakan untuk mempersempit kemungkinan kejadian dengan bantuan perhitungan probabilitas.     

Untuk promosi, Luzhou juga harus melakukan beberapa siklus Coulomb pada sampel-sampelnya, dan membandingkan grafik masing-masing siklus. Kemudian ia harus mencari tingkat efisiensi-nya.     

Dunia akademik sangat menantikan penemuan baru, sementara dunia industri menantikan cara untuk membuat penemuan itu menjadi lebih efisien dan lebih hemat. Persiapan material akan membantunya untuk menegosiasikan harga.     

Satu-satunya hal yang tidak ia sukai adalah bagaimana proses eksperimen memakan waktu lama. Eksperimen itu kemungkinan berbahaya, dan semua bahan dan peralatan harus disimpan di laboratorium.     

Biasanya, seorang profesor pasti akan meminta mahasiswa mereka untuk melakukan eksperimen. Namun, Luzhou bekerja sebagai seorang profesor ahli matematika. Ketiga mahasiswanya juga fokus pada matematika, sehingga mereka tidak bisa membantu.     

Beruntung, Profesor Chirick memberikan bantuan.     

Ia membawa banyak mahasiswa untuk membantunya, kecuali para mahasiswa yang bertugas melakukan eksperimen dan mengikuti pertemuan.     

Mendengar Profesor Chirick membawa banyak mahasiswa, Luzhou pun sedikit terkejut.     

"12 mahasiswa? Bagaimana kau bisa mengurus murid sebanyak itu?"     

Profesor Chirick melambaikan tangan, "Ambil yang berpotensi, sisanya tidak perlu terlalu dipikirkan."     

Luzhou pun terdiam.     

Memang sih, profesor yang baik belum tentu bisa menjadi guru yang baik.     

Ia membiarkan mereka mengurus semua pekerjaan mereka sendiri.     

...     

Yah, masalah bantuan sudah selesai.     

Keesokan harinya, Profesor Chirick membawa muridnya ke laboratorium Luzhou. Murid yang berdiri di samping profesor tersebut terlihat tinggi dan kekar, lebih mirip pemain bola ketimbang seorang ilmuwan.     

Namun, di sisi lain, Luzhou merasa hal itu tidak terlalu aneh karena Profesor Chirick juga memiliki fisik serupa.     

"Namanya Connie, ilmu Sains Material Organik, Komputer, dan Matematika-nya sangatlah bagus." Setelah masuk, Profesor Chirick memperkenalkan muridnya kepada Luzhou.     

Pria muda bernama Connie itu mengulurkan tangan, wajahnya penuh rasa kagum.     

"Halo, Profesor Lu. Senang bertemu dengan Anda!"     

Luzhou tersenyum dan menjabat tangan Connie.     

"Halo."     

Profesor Chirick menepuk pundak Connie dan tertawa, "Connie, kau tahu apa yang harus kau lakukan, kan? Bekerja keraslah, dan jangan mempermalukanku di depan Profesor Lu yang jenius ini."     

Connie tersenyum, "Baiklah, Profesor. Aku tidak akan mengecewakanmu."     

Luzhou berdehem dan menggeleng, "Ah, tidak perlu terlalu memuji. Aku tidak melakukan apa-apa."     

"Jangan merendah." Profesor Chirick melambaikan tangan, "Ada banyak makalah di Nature, namun tidak ada makalah yang membuat sensasi sampai seperti makalah-mu. Menurutku, makalah itu akan mengubah dunia beserta industri teknologi. Jika ini 'tidak melakukan apa-apa', seperti apa pencapaian hebat di dunia ini?"     

Luzhou hanya tersenyum.     

Hebat atau tidak, biarkan dunia yang menilai.     

Dengan bantuan Connie, bagian pekerjaan yang membosankan pun dapat diselesaikan dengan lebih cepat.     

Sepertinya, Connie sudah lama menjadi mahasiswa Profesor Chirick. Ia adalah murid yang sangat disiplin.     

Semalam apapun eksperimen kemarin berakhir, keesokan harinya ia akan selalu sudah siap di laboratorium pada pukul 6 pagi.     

Selama dua bulan lebih, Luzhou fokus pada penelitiannya.     

Akhirnya, sebelum hari Black Friday bulan November, Luzhou mendapatkan 6 sampel dengan 1000-2000 coulomb.     

Hasilnya cukup memuaskan, tidak ada sama sekali dendrit lithium yang muncul.     

Sebenarnya ada sampel ketujuh, sampel tanpa PDMS yang penuh dengan dendrit sehingga harus dibuang.     

Sekarang, persiapan sudah selesai. Waktunya untuk fokus pada presentasi....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.