Sistem Teknologi Gelap

Sentimentalitas



Sentimentalitas

0Di antara suara tepuk tangan yang bergema di podium, Luzhou juga mendengar suara seseorang meneriakkan namanya. Ada juga mahasiswa yang berusaha menghapus air mata.     
0

Pidato itu hanya pidato spontan, ia tidak bersiap-siap dan hanya menuliskan draft di belakang layar.     

Tapi mengapa semua menyukai pidato itu?     

… Mungkin, pidatonya terdengar emosional?     

Setelah ia memberikan pidato, acara penghargaan masih belum berakhir. Luzhou berbalik dan kembali berdiri di antara para pemenang yang berdiri di panggung. Setelah ia kembali, kepala universitas beserta wakilnya memberikan ucapan selamat.     

Bapak Xu menjabat tangannya dan memberinya sertifikat.     

Saat Bapak Xu berdiri di depan Luzhou, Bapak Xu menjabat tangannya dua atau tiga detik lebih lama ketimbang murid lainnya.     

Pria tua itu memandang Luzhou dan berbisik, "Pidato yang bagus."     

Luzhou mengangguk, "Terima kasih, Pak."     

Bapak Xu menggeleng dan berkata, "Tidak, akulah yang harus berterima kasih."     

Saat akhir tahun 2015 dan 2016, saat ada mahasiswa yang lulus dan mahasiswa-mahasiswa baru datang, semua mahasiswa bersumpah untuk terus mengejar mimpi dan tidak melupakan apa tujuan mereka belajar.     

...     

Acara makan malam diadakan di kantin lantai atas seperti biasa.     

Setelah acara penghargaan berakhir, Luzhou kembali ke belakang panggung dan melepaskan dasinya. Namun, sebelum ia berganti pakaian, ia melihat seorang gadis cantik yang ditemani beberapa gadis lainnya.     

Luzhou memandang gadis itu. Sepertinya, dia adalah anggota Himpunan Mahasiswa, "Ada apa?"     

"Kakak Lu… Kakak Luzhou! Maukah Kakak memberiku nomor WeChat-mu?"     

Wajah gadis itu benar-benar merah, dan suaranya tergagap-gagap. Sepertinya, gadis itu benar-benar gugup, sehingga ia lupa memperkenalkan dirinya sendiri… Sepertinya, ini ulah teman-temannya.     

Luzhou memandang dua orang gadis yang berdiri di belakang gadis itu, keduanya memandang Luzhou dengan mata berbinar-binar dan penuh rasa ingin tahu. Luzhou tidak ingin mempermalukan gadis itu, sehingga ia memutuskan untuk berkata, "QQ saja tidak apa-apa?"     

"Tidak apa-apa!"     

Gadis itu terdengar sangat gembira.     

Luzhou mengangguk, lalu mengambil pulpen dan kertas, kemudian menuliskan nomornya pada kertas tersebut.     

Banyak orang yang tahu nomor QQ-nya. Tapi ia jarang menggunakan QQ, dan tidak akan ada pesan penting di sana.     

Ditambah lagi, ia tidak punya banyak waktu untuk bersantai dan chatting.     

"Terima kasih!"     

Gadis itu memegang kertas tersebut di tangannya dan berlari dengan cepat.     

Luzhou menatap pintu yang tertutup secara dibanting dengan tersenyum, lalu ia pun menggeleng.     

Jika tampan itu dosa…     

Mungkin ia sudah banyak berdosa.     

Ia kemudian berbalik, memandang cermin dan mengagumi penampilannya. Sebelum akhirnya menyadari bahwa ia harus mengembalikan jas pinjaman universitas. Ia pun memutuskan untuk segera ganti baju.     

Namun, tiba-tiba pintu ruangan terbuka lagi.     

Kali ini, yang masuk adalah Lin Yuxiang dari Himpunan Mahasiswa.     

Sepertinya, ia kemari untuk mengambil jas, sehingga Luzhou hendak menyuruh gadis itu keluar dulu. Namun, gadis itu bicara sebelum Luzhou sempat bicara.     

"Kamu… Kamu hebat sekali, sampai-sampai semua anggota perempuan Himpunan Mahasiswa menangis." Lin Yuxiang memandang Luzhou dan tersenyum.     

Luzhou berdehem, "... Kalimat itu bisa membuat orang salah paham, tahu."     

Kenapa harus sampai menangis, sih?     

Apa tidak bisa ditambahkan "menangis karena pidato" agar tidak ambigu?     

Lin Yuxiang tertawa, pura-pura tidak mengerti.     

Namun dari tatapannya, sudah jelas bahwa Lin Yuxiang sedang berusaha bergurau dengan Luzhou.     

Luzhou pun memutuskan untuk mengubah topik, "Ah, ada apa?"     

"Ya, jadi…" Lin Yuxiang mengangguk dan tersenyum. "Bapak Qin memintaku untuk bertanya kapan kamu punya waktu? Ada petinggi-petinggi pemerintah yang ingin bertemu denganmu."     

"Sekarang saja." Luzhou tersenyum.     

Lin Yuxiang mengangguk.     

Tiba-tiba gadis itu memandang lehernya.     

Melihat keadaan kerahnya, gadis itu memicingkan mata.     

"Baiklah, akan kusampaikan kepada Bapak Qin… Ah, selain itu, dasimu dan kerahmu tidak rapi. Apa mau kubantu…"     

"Tidak perlu, terima kasih. Aku mau ganti baju dulu." Luzhou tersenyum dan melepaskan dasinya. Melihat Lin Yuxiang mendekat, Luzhou pun terdiam, "Apa kamu ingin membantu?"     

"..." Lin Yuxiang langsung kehabisan kata-kata.     

...     

Jinling adalah salah satu dari sekian banyak universitas yang berada di bawah yurisdiksi Kementerian Pendidikan, namun posisinya dapat digolongkan sangat tinggi.     

Pencapaian-pencapaian Luzhou telah mencapai tingkat internasional, hingga para petinggi negara pun terpaksa harus mengenalnya demi prestise. Akan sangat memalukan jika seorang politikus tidak mengenal seseorang yang mengharumkan nama bangsa.     

Inilah sedikit dari seluk beluk dunia politik yang rumit.     

Walaupun Luzhou mendapatkan nilai buruk di bidang politik, bukan berarti ia sama sekali tidak mengerti.     

Suatu hari nanti, ia berencana untuk tinggal dan menetap di Jinling. Jika ia ingin mencapai posisi tinggi, ia harus memiliki hubungan dengan pemerintahan lokal.     

Bapak Qin pun tahu keinginan tersebut.     

Inilah alasan mengapa Bapak Qin membantunya membangun relasi di luar dunia akademik.     

Dalam acara makan malam, tentu saja Luzhou menjadi pusat perhatian.     

Pemenang Shengshen termuda, pemenang Penghargaan Cole dalam bidang teori angka, dan salah satu kandidat pemenang Fields. Para ilmuwan muda, mahasiswa, atau profesor-profesor tua pun pasti akan berusaha untuk mendekatinya.     

Inilah alasan mengapa Luzhou ada di acara itu sampai malam.     

Saat ia kembali ke hotel, jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.     

Luzhou tidur sampai siang, dan keesokan harinya, ia segera bangun lalu mencuci muka, dan membuka koper untuk mengambil dua kotak oleh-oleh. Dengan membawa kedua kotak itu, ia berjalan mendekati pintu.     

Isi kedua kotak itu adalah minyak ikan yang dibelinya di toko obat. Obat itu adalah obat untuk menjaga kesehatan, mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler, dan mengurangi berkurangnya memori karena usia.     

Tentu saja, Luzhou ingin memberikan kedua oleh-oleh itu kepada Profesor Tang dan Profesor Lu.     

Awalnya, Luzhou pergi ke kantor Profesor Lu, namun sepertinya sang profesor masih belum kembali dari Belgia. Beberapa waktu lalu, Luzhou sempat mendengar bahwa Profesor Lu akan pergi ke CERN lagi jika ada penemuan penting—singkatnya, mungkin Profesor Lu akan menghabiskan tahun baru di luar negeri.     

Luzhou meletakkan hadiah itu di meja beserta sebuah catatan.     

Walaupun ia tidak tahu kapan Profesor Lu akan kembali, saat sang profesor kembali ia pasti akan melihatnya.     

Luzhou kemudian segera keluar dari kantor Profesor Lu, dan pergi ke gedung laboratorium.     

...     

Luzhou membuka pintu kantor, dan Profesor Tang memandang kotak hadiah di tangan pemuda tersebut. Profesor itu lalu meletakkan pulpen-nya dan tersenyum.     

"Seandainya saja kamu adalah muridku! Tidak perlu sampai repot-repot membawa oleh-oleh!"     

Luzhou tertawa, "Sebenarnya, aku hendak menjadi muridmu, dan masih belum terlambat untuk menjadi muridmu juga. Kumohon, terimalah."     

Oleh-oleh itu tidak terlalu mahal.     

Sebagai mahasiswa S2, Luzhou tidak lagi bisa membicarakan tentang penelitian dengan sang profesor.     

Apalagi, setelah ini ia akan pergi ke luar negeri untuk memulai pendidikan yang lebih tinggi—inilah kesempatan terakhir bertemu dengan sang profesor.     

Profesor Tang tersenyum dan berkata, "Lain kali, tidak perlu membawa oleh-oleh segala. Xiao Wang, tuangkan teh untuk Luzhou."     

"Baiklah."     

Xiao Wang berdiri dan berjalan mengambil cangkir teh beserta teko.     

Luzhou tersenyum, lalu berterima kasih kepada Xiao Wang, dan duduk di sofa untuk berbincang-bincang dengan Profesor Tang, "Ah, kalau datang tanpa membawa apapun rasanya ada yang kurang… Ditambah lagi, Kakak Luo memintaku membawakan foto untukmu juga."     

"Ah, memang dia tidak akan melupakan profesor tua ini walaupun dia sudah pergi ke Amerika…" Profesor Tang tersenyum, "Tahun depan kamu akan pergi keluar negeri untuk melanjutkan pendidikan kan? Setelah selesai, apa yang akan kamu lakukan?"     

Luzhou berpikir selama beberapa saat lalu menjawab, "Aku akan bekerja di luar negeri selama 1 atau 2 tahun setelah lulus, sebelum kembali dan mengajar di Jinling."     

"Aku mendukung keputusanmu." Kata Profesor Tang sambil mengangguk, "Pengalaman melakukan riset dan proyek saintifik sangatlah penting… Sepertinya, kamu sudah punya rencana sendiri."     

Luzhou tersenyum, "Tentu saja."     

Profesor Tang pun tersenyum, sebelum tiba-tiba menanyakan hal aneh, "Ah, selain itu, kapan kamu mau cari pacar?"     

Tidak menyangka akan mendapatkan pertanyaan seperti ini, Luzhou terdiam dan tertawa, "Itu… Itu kan urusan takdir! Tunggu dulu saja nanti!"     

"Iya, kamu tidak terburu-buru, namun ada yang sudah terburu-buru. Nanti kalau kamu mendapatkan pacar di luar negeri, bisa-bisa kamu tidak kembali. Kamu tahu tidak? Ada banyak profesor dengan cucu-cucu muda yang menanyakan tentang apakah dirimu masih single? Terutama Profesor Lu. Cucunya lulus S3 tahun ini, dan lebih tua darimu beberapa tahun. Pikirkanlah." Ujar Profesor Tang.     

Xiao Wang yang duduk di dekat pintu tertawa, sementara Luzhou nyaris saja tersedak teh, "Jangan… Aku sangat berterima kasih, namun menikah karena paksaan adalah keburukan zaman kuno…"     

Profesor Tang pun tertawa, "Aku hanya bercanda! Kalau aku ingin menikahkanmu, aku tidak akan mengatakannya padamu seperti ini!"     

Luzhou pun mengangguk.     

Cucu Profesor Lu, ya…     

Jujur saja, jika ia melihat muka Direktur Lu, ia tidak ingin tahu bagaimana penampilan cucunya…     

Akhirnya, suasana kantor menjadi hening.     

Luzhou tidak mengatakan apa-apa, ia hanya duduk dan meminum teh.     

Profesor Tang memandang sosok yang dulu pernah menjadi muridnya itu dan mengangguk.     

Akhirnya, ia angkat bicara.     

"Pergilah."     

Luzhou berdiri dan mengangguk, "Baik, Pak."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.