Sistem Teknologi Gelap

Tentang Sebuah Janji



Tentang Sebuah Janji

0Dua puluh menit kemudian, Luzhou akhirnya mengambil dan menyalakan telepon genggamnya.     
0

Ia mengisi daya ponsel tersebut, sebelum membuka WeChat dan hendak mengirimkan pesan ke keluarganya. Ia ingin memberitahu mereka bahwa ia sudah sampai, namun tiba-tiba, seseorang menelepon.     

Melihat nama pemanggil, Luzhou terdiam karena heran, namun ia segera menekan tombol terima.     

Sebelum ia sempat menyapa, sudah terlebih dahulu terdengar suara yang tidak asing.     

"Di mana kamu?"     

Chen Yushan yang berdiri di tepi jalan, sedang bertanya pada Luzhou di seberang telepon.     

"Aku sedang makan… Ada apa?"     

Mendengar jawaban itu, Chen Yushan benar-benar merasa sebal.     

Dia sudah makan!     

Sementara aku menunggu di sini!     

Chen Yushan menghela nafas dan menggertakkan giginya, lalu ia pun bertanya, "Apakah kamu sudah lama sampai?"     

"Iya." Sepertinya, ada yang salah dengan suara telepon genggamnya. Tiba-tiba, Luzhou mengingat perkataan Han Mengqi dan berbisik, "Apa kamu ada di sini?"     

Mengingat balasan "OK" itu, Luzhou tersadar.     

Waktu itu, kalau tidak salah, Chen Yushan sempat mengatakan bahwa akhir tahun lalu ia akan pergi ke Philadelphia, dan jika ia sudah sampai, seharusnya ia menelepon.     

Luzhou pun terdiam.     

Sudah lama sekali, memangnya siapa yang ingat janji seperti itu?!     

Chen Yushan tidak menjawab dan berkata, "Kirimkan lokasi."     

Setelah itu, ia menutup telepon.     

Luzhou benar-benar merasa pusing.     

Menyadari gadis itu sudah menunggu lama, ia pun merasa bersalah, dan memutuskan untuk mengirimkan lokasi melalui WeChat.     

Sepertinya, Chen Yushan sudah dalam perjalanan.     

[Tunggu! Jangan makan dulu!]     

Melihat ekspresi Luzhou yang sebal bercampur ingin tertawa, Kakak Luo yang sedang membaca menu pun bertanya, "Ada apa?"     

Luzhou menggeleng, "Tidak ada apa-apa… Bisakah Kakak meminta satu pasang sumpit dan mangkuk lagi?"     

"Apakah temanmu akan datang?" Kakak Luo.     

"Iya, nanti akan kubayar kok, katakan saja." Jawab Luzhou.     

Kakak Luo lalu melambaikan tangan, "Tidak perlu. Pelayan, tolong ambilkan sumpit dan mangkuk. Selain itu… Ini teman lelaki atau perempuan?"     

"Perempuan…" Kakak Luo terdiam karena terkejut, dan Luzhou pun menatapnya dengan heran, "Memangnya kenapa?"     

"Tidak ada apa-apa." Kakak Luo kemudian menghela nafas dan menatap langit, "Aku kalah…"     

Luzhou pun tampak bingung.     

Apa maksudnya dengan kalah?     

...     

Setelah 10 menit, Luzhou melihat sosok yang tidak asing. Sepertinya, kondisi jalan sangatlah baik dan tidak macet.     

Namun Chen Yushan terlihat menatap Luzhou dengan sebal.     

Luzhou hanya tersenyum malu, "Maaf, aku tidak tahu kamu sudah ada di Philadelphia, jadi aku tidak menelepon… Bagaimana kamu bisa tahu jadwal penerbanganku?"     

"Mengqi memberitahuku… Kamu ini! Kenapa kamu tidak bilang?" Ucap Chen Yushan.     

Sementara Luzhou menghela nafas dalam hati.     

Ternyata benar ini ulah Mengqi…     

Tapi, ia juga salah, karena ia juga tidak menyangka bahwa ingatan Chen Yushan sangat baik. Gadis itu masih ingat janji satu tahun lalu.      

Tiba-tiba, Kakak Luo berdehem.     

"... Siapa ini?"     

Luzhou terdiam, teringat bahwa mereka tidak saling kenal, dan memperkenalkan gadis itu.     

"Kakak Luo, ini Chen Yushan, lulusan S2 Administrasi Bisnis dari Wharton di Universitas Pennsylvania. Chen Yushan, ini Luo Wenxuan, dia adalah mahasiswa S3."     

Chen Yushan tersenyum dan mengangguk, "Halo, namaku Chen Yushan, teman Luzhou."     

"Halo…" Kakak Luo bersikap sopan, namun perasaannya bercampur aduk.     

Memang Luzhou tidak menyadari kemampuannya sendiri…     

'Kira-kira ini seperti waktu aku masih ada di Swiss, Luzhou sudah ada di Amerika…' Batin Kakak Luo.     

Saat mereka bertiga berbincang-bincang, hidangan sudah tersaji.     

Dan Kakak Lu meminta mereka untuk segera makan.     

Chen Yushan segera menggunakan sumpitnya untuk mengambil makanan yang ada di dekatnya, kemudian menyantapnya dengan nasi.     

Namun, tiba-tiba bibirnya memerah.     

Pedas sekali!     

Gadis itu pun terkejut.     

Bahkan, air matanya nyaris menetes.     

Chen Yushan terbatuk beberapa kali sambil menutup mulutnya, dan mencari segelas air.     

Luzhou tersenyum kecut, walaupun ia tahu bahwa Chen Yushan tidak bisa makan pedas, ia tidak menyangka Chen Yushan tidak tahan sama sekali…     

Memang kedua bersaudara itu berbeda jauh.     

"Kamu tidak apa-apa?"     

Chen Yushan segera minum dan membuka mata, walaupun gadis itu tidak lagi terbatuk-batuk, masih ada sedikit air mata di kedua matanya.     

"Tidak apa-apa… pedas sekali…"     

Kebanyakan makanan China di Amerika Serikat telah dimodifikasi sedemikian rupa, namun restoran ini pun tidak bisa membuat makanan pedas yang autentik.     

Sudah satu bulan gadis itu tinggal di Philadelphia, namun inilah kali pertama Chen Yushan merasa kepedasan.     

Kakak Luo tersenyum kecut, "Maaf… Restoran ini adalah milik seorang warga negara China, dan makanannya dimasak menurut rasa pedas autentik khas Sichuan… Sekali lagi, maaf! Luzhou juga tidak memberitahuku kalau kamu tidak bisa makan pedas. Akan kupesankan lagi!"     

Luzhou memandang Kakak Luo.     

… Kenapa jadi aku yang disalahkan?     

"Tidak perlu, aku akan minum saja."     

Chen Yushan kemudian mengambil teko di atas meja.     

Luzhou terdiam dan berdehem, "... Sebenarnya, itu gelasku…"     

Ia tidak ingat ia minum di sisi mana, tapi ia yakin itu minumannya.     

Mendengar perkataan itu, Chen Yushan terdiam membatu.     

Perkataan Luzhou memang benar.     

Chen Yushan pun menyadari hal itu.     

Tiba-tiba, Chen Yushan secara 'tidak sengaja' menjatuhkan gelas tersebut di bawah meja.     

"Ah, maaf, akan ku ambilkan gelas lain…" Ucap Chen Yushan.     

Sementara Luzhou hanya terdiam.     

Ini jelas hanya akting…     

… Setidaknya, lebih baik daripada ada situasi canggung.     

Kakak Luo hanya makan sembari memandang mereka berdua.     

Awalnya, ia hanya berencana untuk menjemput Luzhou, dan sekarang…     

Ia tidak bisa mengatakan apa-apa selain 'Bangsat!' dalam hati…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.