Sistem Teknologi Gelap

Mengurung Diri dan Melakukan Riset



Mengurung Diri dan Melakukan Riset

0'Fellowship' adalah hadiah di mana semua kebutuhan seorang mahasiswa akan dibayar secara penuh. Tidak seperti 'scholarship' yang hanya membebaskan seorang mahasiswa dari biaya akomodasi dan biaya kuliah, 'fellowship' juga memberikan uang jajan.     
0

Inilah alasan mengapa walaupun persaingan untuk mendapatkan 'scholarship' sangat ketat, persaingan untuk mendapatkan 'fellowship' jauh lebih ketat. Untuk mahasiswa asing, selain membutuhkan nilai-nilai yang tinggi, mereka juga membutuhkan transkrip resmi, surat rekomendasi, dan berbagai berkas lainnya.     

Masing-masing universitas memiliki jumlah uang fellowship yang berbeda, dan bahkan jumlah uang fellowship yang dapat diberikan kepada masing-masing mahasiswa oleh sebuah universitas bisa berbeda. Metode pembayaran pun juga berbeda, ada yang memberikan uang secara tahunan, bulanan, atau bahkan setiap 3 bulan.     

Tentu saja, syarat untuk mendapatkan fellowship di Princeton paling ketat jika dibandingkan dengan puluhan universitas lain di daerah Amerika Utara. Namun tentu saja, Luzhou sebagai mahasiswa S3 pemenang Cole berhak mendapatkan fellowship dengan mudah.     

Ditambah lagi, Luzhou telah memenuhi syarat untuk membuat surat rekomendasi. Dosen pembimbingnya juga adalah Deligne, sosok yang sangat berpengaruh.     

Luzhou mendapatkan hadiah berupa akomodasi gratis, uang kuliah gratis, asuransi kesehatan gratis, dan uang sebesar 40 ribu dolar.     

Setelah bank di Universitas Princeton memberikan kartu untuk Luzhou, dan memproses uang fellowship beserta uang yang ia menangkan dari Penghargaan Cole, Luzhou melihat saldo-nya dan menggumam dalam hati.     

Banyak orang-orang yang harus menghabiskan banyak uang untuk belajar di luar negeri. Sementara itu, ia sama sekali tidak mengeluarkan uang—ia bahkan mendapatkan banyak uang.     

Hal itu membuat Luzhou merasa cukup bangga.     

...     

Setelah menyelesaikan urusan bank beserta uang yang ia dapatkan, Luzhou tinggal di asrama Universitas Princeton.     

Untuk para mahasiswa S1, program universitas sangatlah berat, namun untuk mahasiswa S3, jika dosen pembimbing tidak terlalu memberatkan, maka tugas mereka tidak akan terlalu berat juga.     

Walaupun Profesor Deligne memintanya untuk menjadi asisten dosen dan mengajar, kelas pertama baru akan dimulai di bulan April, satu bulan lagi. Luzhou menggunakan waktunya untuk berjalan-jalan dan pergi ke kota tetangga untuk mendapatkan surat izin mengemudi.     

Selain penelitian untuk menyelesaikan Hipotesis Goldbach, saat ini Luzhou juga sibuk belajar aljabar geometri di bawah bimbingan Profesor Deligne.     

Luzhou semakin senang saat mengetahui bahwa Deligne memiliki draft makalah yang selama ini ia cari—draft makalah asli dari Bapak Grothendieck, seorang ahli matematika dari Amerika yang fasih berbahasa Perancis. Sepertiga dari makalah itu sudah diterjemahkan.     

Tidak seperti "Elements de Geometrie Algebrique (EGA)" yang menjadi basis aljabar geometri modern, draft makalah yang dikenal dengan nama Programme ini hanya dapat diakses oleh beberapa matematikawan, dan sampai hari ini, tidak ada yang memahami makalah itu secara penuh.     

Luzhou masih belum mengikuti undangan almarhum bapak Grothendieck untuk pergi ke Perancis, dan mencari draft-draft makalah yang disembunyikan di gereja. Makalah-makalah yang belum pernah dipelajari.     

Hasil terjemahan bahasa Inggris dari Programme itu benar-benar membantu Luzhou, dan pengajaran dari murid almarhum Grothendieck sendiri membuat semuanya terasa semakin mudah.     

Memang benar, memilih dosen pembimbing yang baik akan menghemat waktu.     

Selain mempelajari aljabar geometri di bawah bimbingan Profesor Deligne, Luzhou juga menghabiskan waktunya untuk mempelajari Hipotesis Goldbach.     

Saat ia tiba-tiba mendapatkan inspirasi, ia sama sekali tidak keluar selama beberapa hari dan mengunci diri di kamar untuk menyelesaikan dasar teori. Dasar teori untuk memecahkan hipotesis yang dibuat berdasarkan group theory.     

Karena inspirasi tersebut, ia tidak menyangka bahwa ia mengurung diri selama 1 minggu, sampai melupakan kelas yang seharusnya tidak bisa ditangguhkan.     

Sampai-sampai Profesor Deligne menelepon.     

Namun, saat mengetahui bahwa Luzhou tidak menghabiskan waktunya dengan berjalan-jalan di New York atau bermain-main, dan mendengar bahwa Luzhou sibuk mengerjakan Hipotesis Goldbach, Profesor Deligne memutuskan untuk tidak mengkritiknya karena membolos kelas dan memilih untuk mengingatkan.     

"Memang, melakukan riset hipotesis matematika membutuhkan waktu dan konsentrasi, tetapi kamu harus menjaga profesionalitas juga. Jika kamu merasa bahwa riset-mu tidak berkembang, kamu bisa keluar dan melakukan hal yang lain, seperti menonton atau bermain… Kamu harus mengejar inspirasi, dan jangan hanya menunggu inspirasi."     

"Akan kupertimbangkan… Ah, selain itu, bisakah aku meminta libur?" Ujar Luzhou.     

"Berapa lama?" Tanya Deligne.     

Luzhou berpikir selama beberapa saat lalu menjawab, "Dua minggu."     

"Tidak perlu meminta, kamu bisa mengambil libur kapan saja. Tetapi jika kamu tidak ada perkembangan dalam waktu 1 tahun, aku akan memberikanmu riset yang lain. Aku tidak akan membiarkanmu menghabiskan 1 tahun pada riset yang tidak mungkin bisa dilakukan." Ucap Profesor Deligne.     

Kemudian sang profesor pun menutup telepon.     

Luzhou lalu meletakkan telepon genggamnya, kemudian ia tertawa dan memainkan pulpen di tangannya.     

Satu tahun, ya…     

Walaupun Profesor Deligne tidak banyak bicara, sepertinya pemikirannya sama dengan Molina—ia tidak yakin Luzhou bisa melakukan riset ini.     

Namun, ini juga menunjukkan bahwa profesor tua itu peduli padanya.     

"Aku harus cepat." Kata Luzhou sambil menggeleng. Lalu ia mengambil pulpen-nya, dan kembali menulis di kertas buram.     

...     

Walaupun Luzhou bilang ia akan mempertimbangkan saran Deligne, kebiasaan bertahun-tahun tidak bisa diubah dalam beberapa menit.     

Lagi pula, Luzhou berpikir tidak ada yang salah dengan kebiasaannya.     

Dalam dunia matematika, ada yang bertugas mencari jawaban soal, ada juga yang bertugas untuk mempelajari soal yang sudah terjawab. Tentu saja, ada juga para pemula yang mempelajari matematika sedikit demi sedikit.     

Luzhou merasa dirinya adalah sosok pencari jawaban yang lebih suka bekerja sendiri. Jika diperlukan, ia akan mendengarkan saran teman-teman untuk memperluas pemikirannya, dan ia mau saja berbagi kemenangan bersama sebuah kelompok, namun ia lebih terbiasa belajar sendirian.     

Beberapa hari berlalu.     

Hari Sabtu segera tiba. Hari masih sangat pagi, dan kabut menyelimuti pemandangan di jendela.     

Luzhou menggerakkan lengannya yang terasa kaku dan meregangkan tubuh.     

"Apa aku harus mencari pelayan…?"     

Luzhou jadi ingin tahu bagaimana keadaan riset robotik di Silicon Valley saat ini.     

Jika teknologi sudah memungkinkan, ia ingin membuatkan tubuh robot untuk Xiao Ai. Karena Xiao Ai adalah kecerdasan buatan dengan banyak fungsi selain membaca pesan.     

Xiao Ai bisa juga dijadikan seperti pelayan elektronik untuk mengambilkan barang-barang.     

Luzhou tidak berharap kecerdasan buatan itu bisa diberi tugas yang lebih rumit.     

Luzhou mengusap dahinya, lalu memandang lembaran-lembaran kertas di meja. Kemudian ia membuang beberapa kertas ke tempat sampah.     

Ia memutuskan untuk berdiri dan pergi ke dapur kamar.     

Lalu ia mengambil daging dan sayuran dari kulkas, memanaskan keduanya dalam air mendidih, dan membuat sandwich dengan saus.     

Sayang sekali makanan khas Amerika tidak terlalu populer, dan para mahasiswa lebih suka makan di luar. Ditambah lagi, dapur ini tidak terlalu lengkap, hanya ada oven dan kulkas.     

Luzhou telah meminta izin untuk menggunakan kompor gas dan pembersih udara, namun tentu saja permintaannya ditolak.     

Kalau dipikir-pikir, memang bangunan ini memiliki sejarah lebih dari 90 tahun dan telah menjadi tempat tinggal banyak sosok berpengaruh. Mungkin suatu hari nanti, tempat ini bisa menjadi museum.     

Akan sayang jika sampai terbakar…     

Luzhou makan di Ivy Club, atau saat sibuk, ia makan makanan yang ada di kulkas.     

Luzhou menyantap sarapannya, kemudian membuat secangkir kopi, dan meminumnya sambil berpikir.     

Tiba-tiba, ia mendapatkan panggilan dari Kakak Luo.     

"Hei, bukankah kamu akan melihat-lihat mobil bersamaku? Jam berapa kamu keluar… Jangan-jangan kamu belum bangun?"     

Dan Luzhou pun tersadar bahwa ia sudah lama mengurung diri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.