Sistem Teknologi Gelap

Tidak Pernah Khawatir



Tidak Pernah Khawatir

0Jam menunjukkan pukul 2 siang.     
0

Luzhou yang memakai jas dan sepatu kulit, berjalan naik ke atas podium ruangan tersebut. Seketika, deretan kursi penonton yang ramai pun menjadi sepi.     

Tanpa ada paksaan, semua orang seketika hening. Ekspresi wajah mereka tampak berbeda-beda, ada yang ragu, ada yang berharap, ada yang senang.     

Sebenarnya, jika ditanya bagaimana perasaannya saat berdiri dan berada di depan para sosok-sosok besar di dunia matematika, Luzhou akan menjawab bahwa rasanya kakinya terasa lemas hingga nyaris tidak bisa berdiri.     

Namun, ekspresi wajah Luzhou terlihat tenang, sangat tenang. Tidak terlihat sedikitpun jejak ketakutan di matanya.     

Ia sudah menghabiskan waktunya untuk mempersiapkan mental sebelum naik ke panggung.     

Ditambah lagi, ini bukan kali pertama ia harus berbicara di depan sosok-sosok besar dunia matematika.     

"Terima kasih telah datang ke Princeton, meninggalkan kesibukan Anda di seluruh belahan dunia, untuk mendengarkan hasil riset Hipotesis Goldbach saya."     

Sesuai prosedur, Luzhou berterima kasih kepada para ahli yang datang, sebelum menjelaskan tentang proses yang ia gunakan.     

"Presentasi ini akan dibagi menjadi dua bagian, yakni metode yang saya gunakan, dan penggunaan metode tersebut untuk membuktikan Hipotesis Goldbach."     

"Saya percaya semua penonton telah membaca makalah saya sebelum kemari. Karena itu, saya akan menganulir tahap-tahap yang panjang, dan fokus kepada aspek-aspek utama metode."     

"Selain itu, saya akan meluangkan banyak waktu dalam sesi tanya jawab."     

Membaca makalah sebelum presentasi adalah peraturan tak tertulis dalam dunia akademik, sehingga tidak akan ada yang menanyakan hal-hal tidak relevan atau hal-hal yang sudah terjawab dalam makalah.     

Tentu saja, masalah seperti itu tidak akan terjadi pada para ahli di sini.     

Selain itu, bagian-bagian yang sudah dijelaskan secara jelas di makalah, tidak perlu lagi dijelaskan di PPT. Waktu adalah uang, dan orang-orang sudah meluangkan waktu untuk datang jauh-jauh ke Princeton.     

Setelah pembukaan, Luzhou langsung membahas topik utama.     

"Metode yang saya gunakan memiliki dasar pada group theory, dengan ide berbasis menggunakan pengelompokan bersiklus untuk mempelajari soal-soal dengan jawaban tak terhingga. Berdasarkan integer modular p, kita dapat mendapatkan…"     

Luzhou menjelaskan, sembari menunjuk PPT dengan menggunakan laser.     

[... Kelompok terbatas G dan |G|=p1α1p2α2···piαi,di mana pi adalah bilangan prima dan αi adalah integer positif, maka p∈π(G),dapat didefinisikan sebagai deg(p)=|{q∈π(G)|p~q)|, dan deg (p) adalah angka p yang diredefinisikan menjadi C (G) = …]     

Dibandingkan dengan bukti Hipotesis Goldbach di bagian kedua presentasi, metode ini lebih penting, karena jika ada yang tidak memahami metode ini, para penonton tidak akan memahami apa yang sedang dijelaskan di bagian pembuktian nanti.     

Karena itulah, Luzhou berusaha untuk menjelaskan dengan sedetail mungkin, agar semuanya jelas.     

Orang-orang yang duduk di kursi penonton, baik para murid yang tak diundang maupun para ahli yang diundang, terlihat mendengarkan dengan seksama.     

Di antara para penonton, Luzhou melihat ada seorang ahli yang menjadi pionir Teori Angka dari Inggris, dan ia adalah salah satu kandidat untuk memenangkan Fields. Namun, karena Luzhou, ia harus membakar makalahnya tentang Prima Kembar, dan ia gagal mendapatkan Fields.     

Dapat dikatakan, ia kemari jauh-jauh dari Kerajaan Inggris untuk mencari masalah.     

Namun…     

Semakin ia mendengarkan penjelasan Luzhou, ia semakin tertarik.     

Memang, walaupun Luzhou adalah saingannya, metode itu sangatlah rapi dan tidak bermasalah…     

Selain itu, di sampingnya, muridnya yang bernama Evan sedang duduk.      

Semakin ia melihat dan mendengarkan penjelasan Luzhou, ia menjadi semakin kebingungan.     

Akhirnya, Evan berbisik.     

"Profesor, apa maksud metode ini?"     

Maynard hanya diam dan terus menatap PPT di depan.     

Ia bisa menjawab, namun tidak ingin menjawab.     

Jika ia kehilangan satu detail saja dari metode itu, ia akan kebingungan, dan ia tidak ingin memuji-muji metode kompetitornya. Selain itu, ia juga sudah bilang di akun sosial media-nya bahwa 50 halaman makalah itu hanya sampah, dan kebenaran akan terbukti pada konferensi.     

Namun, walaupun ia tidak mau mengakuinya secara langsung, ia telah sadar bahwa jarak antara dirinya dan kompetitornya jauh sekali…     

Itulah faktanya.     

Di sisi belakang kursi penonton, dua orang pria tua saling berbincang-bincang dan berbisik-bisik. Salah satu pria berbisik kepada temannya dengan santai.     

"Aku hanya meninggalkan Princeton beberapa tahun, dan sudah ada murid berbakat yang baru." Andrew Wiles mengangguk kepada sosok yang ada di atas podium.     

Setelah pergi ke Oxford pada tahun 2011, Andrew jarang kembali ke Princeton, dan membiarkan tempatnya sebagai matematikawan terbaik universitas tersebut diambil oleh jenius lain bernama Charles Feverman.     

Terakhir kalinya ada presentasi penting adalah presentasi di Institusi Newton sekitar 23 tahun lalu dengan penonton sekitar 200 orang matematikawan dari seluruh dunia. Sayangnya, hanya beberapa yang bisa memahaminya.     

Sisanya hanya datang untuk melihat sejarah.     

Sama seperti sekarang.     

Goldbach adalah hipotesis yang lebih berbobot, dan lebih menguji kecerdasan ketimbang Hipotesis Fermat yang sekarang menjadi Teori Fermat. Posisinya berada di urutan ke-8 dari 23 pertanyaan matematika paling terkenal.     

Menyelesaikan Hipotesis Goldbach mungkin tidak akan sampai mengubah dunia secara drastis, namun alat-alat matematika yang diciptakan dari hipotesis tersebut sangatlah berharga untuk seluruh komunitas matematika.     

Sudah jelas, semua orang di sana akan menjadi saksi sejarah.     

"Oh, begitu ya." Deligne tersenyum dan menjawab, "Kamu tahu tidak, ekspresinya tadi itu seperti orang yang akan melihat kiamat dunia. Aku bahkan berencana untuk minta maaf kepada New York Times dan mengembalikan champagne."     

Wiles pun tertawa, "Haha, menurutku saat orang berada di ambang kehancuran, mereka akan berusaha dan akhirnya mendapatkan inspirasi… Sepertiku dulu."     

Deligne kemudian menyahut, "Bukankah sekarang kamu hanya fokus bermain saja?"     

"Baiklah, teman, mari kita ganti topik." Wiles memandang PPT yang ditampilkan di depan, "Aku kurang tahu tentang Hipotesis Goldbach, apa menurutmu ini benar?"     

"Kenapa kamu tidak tanya Ivanets atau Faltins saja? Merekalah ahli Teori Angka, aku hanya fokus pada bilangan prima. Tapi, setelah membaca makalah-nya, aku merasa optimis." Jawab Deligne.     

Jika ia tidak optimis, ia tidak akan membantu mengadakan konferensi ini untuk Luzhou.     

Wiles terdiam karena terkejut, "Faltins ada di sini?"     

"Bukan dia yang datang," Deligne terdiam sesaat lalu melanjutkan, "Tapi aku yakin tidak akan ada matematikawan yang mau melewatkan—"     

Tiba-tiba, semua penonton menarik nafas.     

Semuanya terkejut.     

Terkejut, heran dan takjub.     

Deligne dan Wiles berhenti berbincang-bincang dan memandang layar PPT.     

Setelah beberapa saat, Wiles pun tersenyum, "Sepertinya, kita seharusnya tidak perlu khawatir."     

Deligne tersenyum lega seraya memandang PPT di depan.     

"Aku sendiri tidak khawatir."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.