Sistem Teknologi Gelap

Persiapan Wawancara



Persiapan Wawancara

0Setelah menyelesaikan semua urusannya di Jinling, Luzhou pulang ke rumah dengan mobil dan bertemu dengan orang tuanya. Ia menceritakan pengalamannya di ruang ujian masuk universitas kepada Xiaotong yang akan mengikuti ujian untuk pertama kalinya.     
0

Luzhou telah lulus ujian tersebut karena kemampuan dan kerja kerasnya. Walaupun Luzhou tidak tahu banyak tentang seni liberal, ia masih memiliki pengalaman.     

Ia tidak bisa membantu adiknya untuk mendapatkan nilai lebih tinggi, namun ia bisa membantu adiknya agar tidak kehilangan nilai hanya karena kesalahan-kesalahan yang tidak penting.     

Sisanya, Xiaotong harus bekerja keras dan menggunakan semua ilmu yang ia pelajari selama 3 tahun ini.     

Tidak terasa, tanggal 7 Juni telah tiba.     

Ini adalah waktu-waktu senang dan sedih, waktu-waktu hujan yang tak dapat diprediksi.     

Luzhou sedang mengendarai sepeda bersama adiknya dengan mengenakan jas hujan. Mereka berhenti di depan sebuah tempat parkir kecil di depan sekolah.     

"Sudah sampai. Turunlah."     

Sebuah tangan kecil muncul dari balik jas hujan tersebut, dan Xiaotong segera berdiri dan berjalan keluar. Gadis itu berdiri di atas lantai semen yang penuh kubangan air.     

"Kak…"      

"Semangat." Luzhou memandang Xiaotong dan membelai kepala adiknya, "Aku akan menunggumu di sini."     

Xiao Tong mengangguk.     

"Aku mendukungmu."     

Xiaotong membuka payungnya dan berjalan menuju gerbang sekolah.     

"Jangan lupa teliti lagi sebelum mengumpulkan!"     

Luzhou berteriak dan memandang adiknya menghilang masuk ke dalam gerbang sekolah. Lalu ia pun tersenyum.     

Ada 26 sekolah menengah di daerah ini, termasuk sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Saat ia masih SMA dulu, Xiaotong bersekolah di SMP yang ada dekat dengan sekolahnya.     

Dulu, di rumah ada dua sepeda. Sepeda pertama dikendarai ayahnya, sementara Luzhou mengendarai sepeda kedua dan mengantar Xiaotong.     

Setiap hari, saat ia bersekolah, ia akan selalu membawa adiknya ke sekolah juga. Namun, saat ia pergi ke Jinling, adiknya mulai mengendarai sepeda sendiri.     

Tanpa sadar, air mata membasahi sisi matanya.     

Mungkin sebaiknya adiknya tidak belajar ke luar negeri.     

Xiaotong telah menjadi sosok yang terbiasa bergantung pada kakaknya.     

"Hah…"     

Luzhou menggeleng, menghela nafas, dan mengambil telepon genggamnya.     

Sesuai janji, ia akan tinggal dan menunggu Xiaotong, seperti bagaimana para orang tua menunggu anak-anak mereka di depan gerbang sekolah.     

Luzhou memandang jam pada layar ponsel, melihat bahwa ujian akan dimulai setengah jam lagi.     

Saat Luzhou bingung harus melakukan apa sambil menunggu, tiba-tiba ia menerima pesan dari WeChat.     

Han Mengqi: [Pak guru! Aku sebentar lagi akan masuk ruang tes, aku benar-benar takut! Maukah kamu mendoakanku?]     

Luzhou tersenyum dan mengetik balasan.     

[Semangat! Demi cita-cita!]     

Ia menunggu, tetapi tidak ada balasan.     

Saat Luzhou mengira gadis itu sedang sibuk mengerjakan tes, tiba-tiba ada pesan masuk.     

Hanya satu kalimat.     

[Terima kasih!!]     

...     

Ujian akhirnya berakhir.     

Menurut Xiaotong, 590 poin adalah titik aman, dan 600 poin kemungkinan besar diterima. Namun, keputusan tetap berada di tangan para guru, karena seni liberal adalah bidang yang sangat subjektif.     

Setelah ujian selesai, Luzhou dan Xiaotong belajar bersama-sama.     

Menurut batas kelulusan minimal tahun 2015, nilai seperti itu tidak cukup untuk masuk jurusan sains, namun cukup untuk masuk jurusan seni liberal.     

Ujian masuk Xiaotong sudah berakhir, dan langkah pertama Xiaotong menuju masa depan telah selesai.     

Terbebas dari beban sekolah, Xiaotong bersantai dengan bermain ponsel dan berbaring di sofa tanpa memperdulikan waktu. Terkadang, teman-temannya mengajak pergi, namun ia jarang mau.     

Luzhou hanya bisa menghela nafas dalam hati.     

Seharusnya masa muda digunakan dengan baik.     

Dua bulan menunggu hasil ujian akan menjadi dua bulan paling santai dalam kehidupan Xiaotong.     

Setelah bermain satu ronde di komputer, Xiaotong memandang kakaknya yang sedang memainkan laptop dan menghela nafas.     

"Jika saja aku sepandai Kakak…"     

Kemudian Luzhou menjawab tanpa menoleh.     

"Tidak, semua hal harus dipelajari."     

Ia mengingat saat dulu mendapatkan 640 poin dalam tes tersebut. Walaupun nilai itu sebenarnya tidak terlalu hebat, nilai itu masih dianggap cukup tinggi di kota kecil seperti ini.     

Sepertinya, Xiaotong sedang memikirkan nilainya. Tidak senang dengan jawaban Luzhou, Xiaotong meletakkan ponselnya, lalu duduk di samping Luzhou, dan memandang laptop kakaknya, "Sedang main apa, Kak?"     

Luzhou menoleh, "Menata materi wawancara."     

Xiaotong terdiam lalu bertanya, "Wawancara?"     

"Iya," Luzhou mengangguk kemudian menjelaskan, "Sebentar lagi waktunya menerima mahasiswa baru, dan aku sudah menjadi seorang profesor. Aku harus punya mahasiswa."     

Sebenarnya, untuk para mahasiswa yang akan mulai belajar pada musim gugur, seharusnya semua berkas sudah selesai pada bulan Maret dan April. Saat ini, sepertinya kebanyakan dari mereka mulai menyiapkan visa.     

Namun, akan selalu ada pengecualian. Beberapa profesor yang masih belum pernah memiliki mahasiswa akan mencantumkan informasi mereka di situs resmi universitas untuk mencari mahasiswa. Ditambah lagi, terkadang ada juga para mahasiswa S2 yang terlambat masuk.     

Setelah ia mencantumkan informasinya di situs resmi Princeton, seketika e-mail nya penuh dengan pesan yang belum terbaca.     

Ada pesan-pesan otomatis dari kantor penerimaan mahasiswa baru, namun ada juga beberapa mahasiswa yang mengirim pesan pribadi.     

Singkatnya, kedua faktor itu membuat kotak masuk e-mail nya penuh dengan pesan.     

Di sisi lain, surat-surat pribadi seperti itu terkadang memiliki informasi yang tidak dicantumkan di resume, sehingga surat-surat itu tidak benar-benar 'tidak berguna'.     

Dari surat-surat tersebut, dapat disimpulkan bahwa para calon mahasiswa tertarik pada dirinya karena hasil risetnya, terutama hasil riset Hipotesis Goldbach.     

Bahkan, ada juga yang mengirim surat untuk pendaftaran mahasiswa baru musim semi nanti.     

Beruntung, Xiao Ai membantunya memisahkan surat-surat yang tidak berhubungan dengan pendaftaran.     

Sebenarnya, Luzhou tidak terlalu ingin mengangkat mahasiswa sekarang, ia lebih memilih untuk menunggu dan mengangkat mahasiswa saat musim semi nanti.     

Namun, jika ia tidak mengangkat mahasiswa, kantornya akan kosong.     

Akhirnya, ia memutuskan mengangkat dua mahasiswa untuk masa transisi.     

Xiaotong lalu menoleh dan bertanya, "Apakah bisa wawancara dari rumah?"     

"Tentu saja bisa, dengan menggunakan Skype atau telepon. Mereka tidak perlu datang, kecuali mereka ingin belajar di bawah profesor yang keras kepala dan tidak ingin menggunakan Skype." Jawab Luzhou.     

Wawancara seperti itu berfungsi untuk melihat bagaimana sebenarnya kemampuan calon mahasiswa. Ada banyak hal yang tidak bisa dilihat dari daftar di atas kertas.     

Saat melihat profil nama calon-calon mahasiswa, Xiaotong tiba-tiba menunjuk ke layar.     

"Tunggu! Gadis ini cantik sekali, rambutnya panjang! Pilih dia!"     

Luzhou yang sedang minum nyaris saja memuntahkan minumannya.     

"Kamu kira ini kencan buta?!"     

Kemudian Xiaotong bertanya dengan heran, "Kalau begitu, bagaimana caranya memilih mahasiswa?"     

"Dengan menentukan batas nilai minimal, dan melihat resume mereka. Jika mereka berhasil dalam wawancara, mereka akan dipertimbangkan sebagai kandidat, jika tidak, profil mereka akan dihapus." Lalu Luzhou melambaikan tangannya, "Pergi main sana, jangan menggangguku."     

"Ah, Kakak tidak seru!"     

Xiaotong pun segera pergi untuk bermain komputer.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.