Sistem Teknologi Gelap

Bersulang



Bersulang

0Melihat Luzhou terbatuk-batuk, Kakak Luo tertawa dengan nyaring.     
0

Lalu ia menepuk pundak Luzhou dan tersenyum, "Bagaimana rasanya? Enak?"     

Luzhou mengusap mulutnya dan berkata dengan sebal, "Rasanya seperti minum jus paprika."     

"Hidup kan pedas, persis seperti jus paprika." Kakak Luo tertawa, "Bagaimana? Apakah kamu masih kelelahan?"     

"Maksudnya lelah…?" Tanya Luzhou.     

"Lelah mental." Ucap Kakak Luo.     

"Biasa saja, sih." Kata Luzhou.     

Sebenarnya, ia ingin jujur bahwa ia tidak bisa bersantai di kafe itu. Bahkan, ia merasa lebih lelah.     

Kakak Luo meletakkan gelas anggur-nya, kemudian menggeleng dan tersenyum, "Hidupmu itu terlalu datar, sama seperti hidupku waktu pertama kali tiba di Amerika dulu."     

"Menurutku sih hidupku sudah lumayan...."     

Sepertinya, karena musik kafe terlalu keras, Kakak Luo tidak mendengar bantahan Luzhou.     

"Hidupmu membutuhkan lebih banyak warna, agar kamu bisa mengistirahatkan otak dan fokus dalam bekerja. Kalau kamu terlalu stres, kamu akan kesulitan nantinya, dan ujung-ujungnya bisa sering tertimpa sial.... Yah, intinya, kamu sebaiknya mencari hobi yang tidak berhubungan dengan matematika dan fisika."     

"Seperti…?" Tanya Luzhou.     

Kakak Luo kemudian berkata, "Mengejar wanita cantik."     

"Apa?"     

Luzhou terdiam, tidak mengerti mengapa Kakak Luo tiba-tiba membahas hal ini.     

"Sebagai kakak kelasmu, aku sedih melihat hidupmu yang monoton. Jadi, aku ingin memberimu sedikit bantuan."     

"Jadi, Kakak sudah punya pacar?" Tanya Luzhou.     

"Tidak." Jawab Kakak Luo.     

Lalu kenapa sibuk mengurusi orang lain?     

Seakan-akan mengetahui isi pikiran Luzhou, Kakak Luo berdehem, "Aku sudah bicara dengan tiga wanita semenjak aku tinggal di Amerika, tapi tidak ada yang cocok.... Ya, pokoknya, aku punya pacar atau tidak bukanlah hal yang penting. Aku tetap ingin mengajarimu."     

"Mengajari apa?" Tanya Luzhou.     

"Tujuanku mengajakmu kemari adalah mengajarimu hal ini." Kakak Luo tersenyum lalu berdehem, dan berkata, "Ada dua cara untuk menarik perhatian wanita. Pertama, kamu harus menjaga omongan dan mengatakan apa yang ingin mereka dengar. Kedua, kamu harus memiliki gerak-gerik yang percaya diri dan berani. Ya, latihan ini…"     

"Apa?" Ujar Luzhou.     

"Begini saja, akan kuberi contoh. Duduk dan lihatlah."     

Kakak Luo tersenyum lalu melihat sekelilingnya, kemudian menunjuk seorang wanita berdada besar dengan mata berbinar-binar. Ia memandang Luzhou sambil mengedipkan sebelah mata dan tersenyum, sebelum berdiri dan berjalan mendekati wanita itu.     

"Hai, cantik. Boleh aku duduk di sini?"     

Kakak Luo tersenyum, berusaha menunjukkan senyuman paling tampan. Ia terus berusaha mengajak wanita itu berbicara.     

Namun wanita itu tidak menjawab dan fokus minum.     

Kakak Luo sama sekali tidak sadar, dan bahkan berkata sambil tersenyum, "Kamu mau minum apa?"     

"Tidak, terima kasih."     

"..."     

Suasana menjadi hening selama beberapa saat.     

Sudah jelas, suasana itu hening dan canggung.     

Tidak ingin merasa malu, Luzhou berpaling dan melihat para pemain musik di panggung kafe, dan berpura-pura tidak mengenal Kakak Luo.     

Akhirnya, Kakak Luo berjalan kembali sembari membawa gelas anggur-nya.     

"Sepertinya, gadis itu sedang marah, atau mungkin ada yang terjadi. Mari kita ganti sasaran." Kakak Luo berpaling karena malu, dan melihat sekelilingnya. Kali ini, ia mencari wanita yang terlihat lebih mudah.     

Luzhou hanya menghela nafas.     

Kenapa malah jomblo ini jadi mengurus urusan jomblo lain....     

Saat ia hendak menenangkan Kakak Luo, seorang wanita tiba-tiba mendekat.     

Wanita yang terlihat mabuk itu menunjuk ke arah Luzhou, "Berikan aku dua gelas Gibson. Untukku dan untuk pria ini."     

"Baiklah."     

Pelayan kafe mengambil uang wanita itu dan mulai mencampurkan beberapa minuman.     

Mendengar suara itu, Luzhou terdiam, namun wanita itu mendekatinya.     

Tadi, cahaya kafe terlalu redup. Namun, sekarang ia bisa melihat siapa wanita itu sebenarnya.     

Tidak salah lagi, sosok itu adalah Carrera, wanita yang mengancamnya beberapa hari lalu. Luzhou sebenarnya sudah bersiap-siap, namun entah mengapa, wanita itu tidak melakukan apa-apa.     

Carrera memandang Luzhou sambil melipat tangan, dan berkata dengan sebal, "Apakah kamu tidak mau mengatakan apa-apa?"     

Mengatakan apa lagi?     

Harus bilang apa ini?     

Luzhou terdiam dan bertanya, "Uh.... Terima kasih karena kamu tidak menghajarku saat presentasi?"     

Mendengar jawaban itu, Carrera menjadi sebal dan memukul meja.     

Namun, pukulan itu tidak terlalu keras.     

Di sisi lain, perkataan Luzhou membuat wanita itu kembali merasa sebal.     

Kemudian, Gibson yang dipesan wanita itu diantarkan ke meja.     

Pelayan itu meletakkan kedua gelas minuman dan berjalan pergi.     

Wanita itu menarik nafas dalam-dalam, lalu memandang Luzhou dan berkata, "Aku tidak menghajarmu. Sebagai balasannya, minumlah denganku."     

Luzhou memandang kedua gelas itu di meja dan berkata, "Baiklah, tetapi minuman ini sedikit terlalu keras. Apa bisa aku memesan bir lain?"     

Sebenarnya, Luzhou mau-mau saja minum dengan wanita itu, tetapi rasa minumannya seperti jus paprika yang menjijikkan, dan membuat kepalanya sakit.     

Carrera mengernyitkan alisnya dan berusaha memprovokasi Luzhou, "Kau takut?"     

Luzhou terdiam.     

Kamu ini lebih tua dariku, tahu!     

Walaupun ia tidak suka minum-minum, tapi ia masih bisa tahan minum bir.     

Biasanya, ia dan teman-teman sesama penghuni kamar 201 pergi minum-minum bersama. Ia sering membawa teman-temannya masuk ke kamar, namun tidak ada yang pernah membawanya ke kamar karena ia terlalu mabuk.     

"Baiklah." Luzhou mengambil gelas berisi bir itu dan berkata dengan santai, "Bersulang?"     

"Bersulang!"     

Luzhou meminum bir, dan Carrera segera menghabiskan isi gelasnya sebelum memandang Luzhou dengan tatapan menantang.     

Mereka berdua sama-sama meminum bir dengan cepat.     

Wanita itu mengernyitkan alisnya dan mengambil selembar uang, "Dua gelas lagi."     

Luzhou memandang wanita gila itu, namun tidak mengatakan apa-apa.     

Yah....     

Ia tidak takut berlomba minum sih.     

Lagi pula, kalau ia menyerah, ia bisa malu! Jangan sampai ia menyerah karena tantangan orang asing!     

Melihat wajah Luzhou yang datar, Carrera pun tersenyum. Kemarahan wanita itu masih berkobar, dan bir yang mereka minum membuat kemarahannya menjadi semakin parah.     

Wanita itu ingin menghajar orang cupu yang berani membuatnya malu di atas panggung, dan mempermalukannya seperti bagaimana Luzhou mempermalukan dirinya waktu itu.     

Mereka terus menerus minum, tanpa peduli keadaan sekitar.     

Kakak Luo memandang mereka dengan bingung, tidak tahu harus melakukan apa.     

Ia memandang gelas-gelas yang berceceran di atas meja dan menelan ludah.     

Kenapa Luzhou mau bersulang dengan wanita ini, sih?     

Sebenarnya, siapa yang gila di antara mereka berdua?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.