Sistem Teknologi Gelap

Kelas Bapak Witten



Kelas Bapak Witten

0Perlombaan minum-minum tanpa rencana itu berlangsung selama sekitar 20 menit.     
0

Luzhou pun harus mengakui bahwa wanita ini sangat kuat.     

Sayangnya, wanita ini lebih lemah darinya.     

"Pelayan, berikan aku satu, tidak, dua...."     

Wajah Carrera sudah memerah, namun masih berusaha mengambil uang untuk membeli bir lagi. Matanya terlihat memerah, rambutnya berantakan, dan lidahnya seperti kaku sehingga ia tidak bisa bicara dengan jelas.     

Keadaan Luzhou sedikit lebih baik, namun saat ini ia hanya bertahan karena kekuatan mental. Jika saja mentalnya tidak kuat, pasti ia sudah tertidur sekarang.     

"Dua gelas air dingin." Luzhou memotong pembicaraan.     

"Diam! Aku masih bisa minum."     

"Dua gelas air dingin." Luzhou menepuk pundak si pelayan dan berbisik, "Sudahlah, berikan aku dua gelas air dingin saja."     

Hasil adu kekuatan minum mereka berakhir seri. Minum-minum lebih banyak hanya akan merusak tubuh mereka sendiri.     

"Baiklah."     

Situasi aneh seperti itu sudah biasa terjadi di kafe seperti ini. Pelayan segera mengambil dua gelas air dingin dan memberikannya kepada Luzhou.     

"Dua gelas air dingin."     

"Terima kasih."     

Luzhou meletakkan gelas berisi air dingin itu di depan Carrera, lalu mengangkat gelasnya sendiri dan berkata, "Bersulang."     

Carrera terbelalak melihat lawannya sudah menghabiskan minum, dan ia pun segera menghabiskan isi gelas yang ada di depannya.     

Mereka sudah minum terlalu banyak.     

Carrera membanting gelas kosong itu di meja dan terbatuk-batuk. Lalu ia memandang Luzhou dengan tatapan marah.     

"Ini bukan anggur, dasar curang!"     

"Ini anggur, kamu ini terlalu mabuk tahu.... Dua gelas air dingin."     

Sesaat setelah Luzhou memesan air, terdengar suara 'brak!' dan ia melihat wanita itu tertidur di atas meja kafe. Wanita itu pingsan karena mabuk.     

Kalau saja wanita itu tidak bernafas, mungkin Luzhou akan segera memanggil ambulans.     

"Kamu mau memesan air dingin?" Tanya seorang pelayan.     

"Tidak jadi...."     

Luzhou memandang Carrera yang pingsan di atas meja, sembari menahan rasa sakit di kepalanya.     

Ia masih sadar, dan tidak sampai terlalu mabuk. Namun, ia tidak tahu di mana wanita ini tinggal.     

Jika ia meninggalkan wanita ini, dan kalau wanita ini terkena masalah, pasti ia juga kena imbasnya.     

Setelah berpikir lama dan tidak kunjung mendapatkan solusi, Luzhou memandang Kakak Luo. Kakak Luo telah mengatakan ia adalah orang 'berpengalaman' dalam kejadian-kejadian seperti ini.     

"Jadi... bagaimana ini?"     

Kakak Luo memandang Luzhou dan menjawab, "Ada kamar di lantai atas."     

Luzhou mengambil dua lembar uang lalu meletakkannya di atas meja, dan mengambil kunci kamar dari tangan pelayan. Dengan kunci kamar di tangannya, Luzhou memandang Kakak Luo.     

"Bantu aku."     

Ia memandang Kakak Luo, sementara Kakak Luo terdiam.     

Akhirnya, ia menghela nafas, "Aku telah gagal sebagai guru."     

Kakak Luo menepuk pundak Luzhou dan berdiri, tatapannya seperti tatapan orang yang memberikan semangat.     

"Semangat!"     

Kakak Luo berpaling lalu berbalik, dan pergi menghilang dalam kerumunan orang-orang.     

Luzhou terlihat bingung melihatnya.     

...     

Ia duduk dan menunggu wanita itu bangun, namun wanita itu tidak kunjung bergerak, sehingga Luzhou akhirnya menyerah.     

Kalau ia menunggu, bisa-bisa ia menunggu sampai besok.     

Ia memegang lengan wanita itu, kemudian menuntunnya naik ke kamar.     

Luzhou membaringkan wanita itu di atas kasur, kemudian ia sendiri duduk dan menghela nafas. Tubuhnya berkeringat, dan nafasnya terengah-engah.     

Bangsat, wanita ini lebih menyusahkan daripada Liu Rui.     

Wanita ini lebih berat dari Liu Rui, dan ditambah lagi, setidaknya Liu Rui walau mabuk masih bisa berjalan. Wanita ini kaku dan tidak bergerak, rasanya seperti mayat saja.     

Luzhou memandang Carerra yang tertidur di atas kasur dan mengambil keputusan.     

Ia tidak akan lagi beradu kuat minum dengan wanita yang aneh seperti ini.     

Luzhou duduk dan beristirahat, lalu perlahan-lahan, ia merasa sedikit lebih baik.     

Saat ia memutuskan untuk berdiri, hari sudah malam. Akhirnya, ia memutuskan untuk menutup jendela dan tidur.     

Luzhou meletakkan kunci di atas meja dekat kasur dan segera pergi.     

...     

Keesokan harinya, Luzhou bangun pagi-pagi sekali. Perlahan-lahan, ia mengusap matanya dan berdiri.     

Kemarin, setelah ia sampai di hotel, ia langsung naik ke tempat tidur dan tertidur pulas, sehingga ia tidak sempat ganti baju.     

Ia pergi ke kamar mandi dan segera mandi untuk membersihkan diri dan mendinginkan otaknya, sebelum berganti pakaian agar tubuhnya terasa lebih segar.     

Lalu ia melihat wajahnya di cermin dan mengangguk puas.     

Lumayan juga.     

Ia juga tidak merasa kelelahan.     

Sepertinya, alat yang diberikan Sistem sebagai hadiah misi benar-benar mempercepat metabolisme tubuhnya, sehingga sekarang ia merasa tidak terlalu pusing. Setelah memastikan dirinya tidak terlihat berantakan, Luzhou segera pergi ke restoran di lantai 1, makan pagi, dan pergi ke salah satu ruang kelas.     

Saat ini, laporan sudah selesai, dan mereka hanya akan punya tugas baru di akhir bulan, sehingga mereka punya waktu untuk mengikuti kelas.     

Termasuk Luzhou. Saat ini, ia menganggur.     

Namun, ia tidak ingin membuang-buang waktu luang begitu saja.     

Bulan ini, para ahli-ahli terkenal dan sosok-sosok berpengaruh dalam dunia matematika dan fisika semuanya berkumpul.     

Ia berkesempatan mendengarkan kelas dari ahli-ahli pemenang Fields, pemenang Nobel, dan sosok-sosok terkenal lainnya. Mungkin saja, ia berkesempatan mendapatkan koneksi dengan sosok yang terkenal.     

Tentu saja, Luzhou tidak ingin melewatkan kesempatan untuk meningkatkan pengetahuannya. Ia sudah membuat tabel jadwal kelas-kelas sebelum memberikan presentasi beberapa hari lalu.     

Ia masuk ke kelas pertama yang tertulis dalam jadwal, kelas milik Bapak Edward Witten. Sepertinya, kelas itu bukan tentang fisika semata, namun diskusi Teori Morse dalam sudut pandang teori angka murni.     

Luzhou harus mengakui bahwa Edward Witten sangat pandai mengajar, dan mampu menjelaskan teori-teori rumit dan kompleks hanya dengan bahasa yang sederhana. Sehingga, semua orang akan memahami perkataannya dan kelas tidak akan terasa membosankan.     

Setelah penjelasan selesai, pria tua itu mulai menjelaskan tentang Hipotesis M dan membuat prediksi-prediksi perkembangan dunia fisika. Pria tua itu memang sering memberikan selingan dalam kelasnya.     

Bapak Witten masih antusias, namun sepertinya, para pendengar tidak begitu antusias....     

Setelah kelas selesai, Luzhou meletakkan buku catatannya, dan berjalan ke restoran sembari memikirkan string theory.     

Tentu saja, saat ia memesan makanan, ia bertemu dengan Carrera yang tertidur karena mabuk semalam.     

Luzhou hendak menyapanya dan bertanya apakah wanita itu merasa lebih baik. Namun, wanita itu memicingkan matanya, mengumpat, dan pergi.     

Luzhou memandang wanita itu dan menggertakkan giginya.     

Sialan.     

Seharusnya ia tidak termakan provokasi adu minum kemarin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.