Sistem Teknologi Gelap

Perkembangan



Perkembangan

0Bagi mereka yang sudah lama berkutat di dunia matematika, konferensi musim semi yang diadakan oleh Asosiasi Matematikawan Nasional Amerika hanyalah sebuah rutinitas, dan pengaruh serta prestise-nya tidak terlalu besar, atau setidaknya tidak terlalu besar dibandingkan konferensi tahunan Asosiasi Matematikawan Eropa.     
0

Jika seorang mahasiswa universitas memenangkan penghargaan dalam konferensi yang diadakan Asosiasi Matematikawan Eropa, mungkin mahasiswa itu akan mendapatkan ucapan selamat bahkan spanduk. Namun dalam penghargaan ini, tidak ada yang terlalu peduli.     

Di sisi lain, masih ada beberapa matematikawan atau institusi matematika yang memperhatikan acara seperti ini untuk melihat makalah seperti apa saja yang dikumpulkan.     

Matematika adalah dunia para jenius. 80 persen dari pembuat hasil-hasil dan penemuan hebat berumur di bawah 40 tahun.     

Universitas Shuimu, Departemen Matematika, di sebuah kantor.     

Profesor Xiang Huanan bersandar di kursinya, sembari memandang makalah yang dicetak di kertas-kertas A4.     

Melihat makalah tersebut, Profesor Xiang pun tersenyum.     

"Memang dia tidak bisa menganggur, sebentar saja dan dia sudah memiliki proyek besar baru lagi setelah menyelesaikan sebuah proyek besar."     

Walaupun Xiang Huanan tidak mengatakan siapa 'dia' sebenarnya, lawan bicaranya sudah tahu.     

"Memang anak-anak muda sangat penuh energi." Wang Jiuping menjawab sambil minum teh dan bertanya, "Apa topiknya kali ini?"     

Xiang Huanan meletakkan kertas-kertas di tangannya dan menjawab, "Kakutani."     

Di atas kertas tersebut terdapat makalah Vera yang dikirimkan untuk konferensi musim semi Asosiasi Matematikawan Nasional Amerika, "Tentang Persamaan berdasarkan Hipotesis Collatz-Kakutani h (z ^ 3) = h (z ^ 6) + {h (z ^ 2) + λh (λz ^ 2) + λ ^ 2h (λ ^ 2z ^ 2)} / 3z."     

Mereka tahu bahwa Vera adalah mahasiswa Luzhou. Ditambah lagi, nama Luzhou terdaftar pada bagian nama kedua makalah tersebut.     

Mendengar jawaban tersebut, Wang Jiuping menjadi terkejut, "Kakutani? Bukannya itu hampir sama sulitnya dengan Hipotesis Goldbach?" Hipotesis Collatz-Kakutani tidak terlalu terkenal di China, tidak seperti Hipotesis Goldbach, namun tingkat kesulitannya tidak berbeda jauh. Bahkan, dalam beberapa aspek, dapat dikatakan bahwa hipotesis tersebut jauh lebih sulit.     

Mengapa? Karena tidak banyak ahli yang melakukan riset Hipotesis Collatz-Kakutani, tidak seperti Hipotesis Goldbach dengan banyaknya hasil riset.     

Jika pembuktian Hipotesis Goldbach diumpamakan sebagai membangun rumah, Luzhou hanya perlu mengecat bangunan dan mengisi perabotan. Hal ini membuktikan bahwa Hipotesis Collatz-Kakutani dapat diumpamakan seperti membangun rumah dari awal, mengecat rumah, dan mengisi rumah dengan perabotan.     

Saat ini, pencapaian-pencapaian yang sudah ada pada Hipotesis Collatz-Kakutani hanya sebatas dasar-dasar.     

Walaupun memang Luzhou bisa menggunakan data-data dan basis yang ia ciptakan saat menyelesaikan Hipotesis Goldbach, tidak ada yang tahu apakah itu akan berhasil.     

Profesor Xiang tersenyum dan berkata, "Aku tidak berkutat di Teori Angka, jadi aku tidak tahu, tanyalah sendiri."     

"Tentu saja akan kutanyakan saat kita bertemu lagi nanti. Memang, Luzhou ini sangat hebat, dan mahasiswanya pun tidak kalah." Profesor Wang menggeleng, "Jika saja ia mau menjadi bagian Yanjing…"     

Profesor Xiang tertawa, "Tidak perlu menyesal, dia sudah menjadi ilmuwan yang terkenal di kancah internasional. Dia mau kembali saja kita sudah senang."     

Dibandingkan dengan ilmuwan yang dilatih secara lokal, ilmuwan yang dilatih dengan Program Seribu Talenta memiliki kemampuan yang jauh lebih tinggi. Ditambah lagi, mereka dapat mendapatkan banyak uang untuk biaya riset.     

Dapat diakui bahwa program tersebut sudah membuahkan hasil, namun masih sangat sulit untuk mendapatkan ilmuwan hebat.     

"Ada dua hal yang ingin kubicarakan." Profesor Wang menggeleng, "Dengan kemampuan Profesor Lu beserta dengan pengalamannya di Princeton, mungkin Yanjing bisa mendapatkan reputasinya kembali dan menjadi institusi matematika kelas dunia, namun Jinling…"     

Profesor Wang tidak menyelesaikan perkataannya, namun maksudnya sangatlah jelas.     

Lebih sulit membangun sebuah bangunan baru beserta pondasi ketimbang merenovasi rumah yang sudah berdiri.     

Profesor Xiang memahami maksud Profesor Wang, namun ia memutuskan untuk tidak memberi komentar.     

Dulu, ia berpikir bahwa pilihan Luzhou untuk menetap di Jinling adalah sebuah kesalahan, sehingga ia berusaha menarik Luzhou ke Yanjing. Namun sekarang, setelah dipikirkan lagi, pilihan itu tidak terlalu buruk.     

Yanjing tidak akan bisa memberi Luzhou ruangan untuk fokus riset dan tidak melakukan pekerjaannya, namun Jinling bisa.     

Memang ada perbedaan kualitas antara Yanjing dan Jinling, namun perbedaannya tidak besar.     

Karena Luzhou sudah mengambil keputusan untuk tidak pergi ke Yanjing yang lebih kaya dan menetap di Jinling, sepertinya ia sudah memikirkan masalah itu.     

Apa jangan-jangan, Luzhou dapat membangun sebuah institusi hebat?     

Ini benar-benar tidak mengenakkan.     

...     

Akhirnya, konferensi yang diadakan oleh Asosiasi Matematikawan Internasional telah berakhir, dan sudah waktunya bagi Luzhou untuk kembali.     

Kali ini, ia tidak memberitahu siapa-siapa akan kepulangannya, ia hanya membeli tiket pesawat, naik kereta cepat, dan kembali ke kampung halamannya di Jiangling.     

Saat ia membuka pintu, sebuah suara keras dan nyaring menyapa dari dalam.     

"Kakak, kau sudah kembali! Mari kubawakan barang-barangnya!"     

Saat menyadari kakaknya telah kembali, Xiaotong yang sedari tadi bermain game dan berteriak-teriak kepada teman satu tim-nya segera meletakkan ponsel. Ia tersenyum, turun dari sofa, dan membuka pintu.     

Melihat tatapan penuh harap adiknya, Luzhou tersenyum dan melambaikan tangan.     

"Hadiahnya ada di koper, ambillah sendiri."     

Setiap kali ia pulang untuk Tahun Baru Imlek, ia selalu membawakan hadiah untuk Xiaotong.     

Walaupun hadiahnya tidak terlalu mahal, Xiaotong sudah merasa senang karena 'kejutan'.     

Luzhou memberikan kopernya kepada adiknya dan duduk di sofa.     

Xiaotong mengambil oleh-oleh yang ia dapatkan dan masuk ke kamarnya.     

Oleh-oleh itu adalah satu set kosmetik produksi dari Swiss. Luzhou sendiri tidak terlalu paham kosmetik, namun beruntung, Hardy tahu tentang kosmetik dia mau membantu.     

Xiaotong kembali ke ruang tamu dan menyunggingkan senyum. Ia mengambil ponsel dan memulai permainan baru.     

Luzhou memandang layar dan melihat bahwa rank-nya tidak berbeda dari beberapa waktu lalu. Akhirnya, ia memutuskan untuk bertanya.     

"Bagaimana ujian akhirnya?"     

Kemudian Xiao Tong menjawab dengan bangga, "Tentu saja mudah, aku kan adik seorang mahasiswa teladan!"     

Mendengar perkataan itu, Luzhou seketika merasa senang. Saat ia masih mahasiswa tahun pertama dulu, yang ia pikirkan hanya belajar dan membaca buku.     

Dalam bidang-bidang tertentu, termasuk bahasa Inggris, ia sangat mudah mendapatkan nilai tinggi karena hanya perlu mengingat kata-kata.     

Namun, pada semester-semester selanjutnya, tingkat kesulitan akan meningkat drastis.     

Tunggu saat kelas profesional dan kelas elektif, dan seketika tingkat kesulitan akan terasa seperti penyiksaan.     

Namun, Luzhou sendiri tidak pernah merasakan hal itu karena kelas-kelas universitas terlalu mudah baginya. Ia hanya tahu kesulitan tersebut karena cerita dari teman-teman sekamarnya.     

"Hei, aku ini sudah jadi mahasiswa, tidak perlu menanyakan soal nilai. Aku tidak menghabiskan satu hari bermain, aku bermain karena ini liburan." Xiaotong menggumam.     

Tentu saja Luzhou percaya.     

Kalau adiknya menghabiskan satu hari setiap semester-nya dengan bermain, ia pasti sudah tidak lagi di tingkat bronze.     

Luzhou hendak bergurau dan menanyakan tentang rank adiknya, namun adiknya bertanya terlebih dahulu, "Baiklah, cukup tentang aku, bagaimana keadaanmu?"     

Tidak menyadari senyum jahil adiknya, Luzhou pun menjawab, "Yah, tidak apa-apa, karirku terus berkembang, dan nilai prestise akademik-ku cukup tinggi."     

Xiaotong lalu bertanya, "Bagaimana dengan kakak iparku?"     

Luzhou pun terdiam lalu membatin.     

Bangsat.     

Dia ini sengaja, ya?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.