Dewa Obat Tak Tertandingi

Yang Kuat Yang Melanggar Peraturan



Yang Kuat Yang Melanggar Peraturan

0

"Saat ini aku benar-benar ingin membunuh orang. Jika ada yang menghalangiku maka dia akan menjadi musuhku! Aku tidak akan berhenti hingga kamu mati!"

0

Perkataan Ye Yuan ini ditujukan kepada Feng Ruoqing. Dia tahu kalau Feng Ruoqing mengikutinya. Jika wanita itu ikut campur, Ye Yuan tidak akan dapat membunuh Zhang Heng. Kalimat Ye Yuan adalah sebuah peringatan.

Karena tidak ada yang menjawab, Ye Yuan menganggapnya tidak ada yang keberatan.

Zhang Heng tertawa keras seolah dia baru saja mendengar lelucon yang sangat lucu. "Hahaha...Kamu mau membunuhku? Kamu itu si Ye Yuan itu kan? Si bocah di Tingkat Keenam berani-beraninya melawanku supaya bisa naik tingkat? Kalian berdua, majikan dan pelayan sama-sama tidak bisa menakar kekuatan."

Ye Yuan tidak menunjukkan reaksi apapun mendengar kalimat Zhang Heng. Dia menjawab dengan nada tenang,"apa kamu melakukan ini sendirian? Atau ada orang yang memerintahmu? katakan sejujurnya, maka aku akan membiarkanmu hidup."

Ye Yuan sama sekali tidak memiliki urusan dengan Zhang Heng, dan Lu bukanlah tipe orang yang akan memprovokasi seseorang untuk membuat masalah. Jadi, Ye Yuan percaya Zhang Heng tidak akan melakukan tindakan kekerasan ini pada Lu tanpa sebuah alasan.

Barusan, Zhang Heng melihat sekilas ke arah Ye Yuan untuk membenarkan dugaannya.

"Lelucon macam apa ini? Kamu si bocah tingkat Keenam Energi Murni Qi, sombong sekali! Kamu kira setelah kamu lulus Ujian Tingkat Hitam, dan menaikkan tingkat kekuatanmu lantas kamu bisa mengalahkan murid tingkat Bumi? Apa katamu? Membiarkanku hidup? Coba saja kalau bisa!"

Meski Zhang Heng sebenarnya kagum dengan kecepatan Ye Yuan menaikkan tingkat kekuatan kanuragannya, dia tidak merasa pemuda itu cukup dapat mengancamnya.

Zhang Heng berada di tiga tingkat lebih atas daripada Ye Yuan dan kekuatan keduanya dipisahkan oleh fase minor. Jarak sejauh ini tidak mudah untuk dilewati.

Zhang Heng mengakui Ye Yuan memang murid berbakat. Tapi di Perguruan Dan Wu ini juga banyak murid berbakat lainnya.

Ye Yuan menghela napas dan menjawab dengan tenang. "Tidak ada gunanya aku berbicara dengan orang dungu sepertimu. Karena kamu tidak mau mengaku jadi aku akan memukulmu sampai mulutmu bersuara."

Ye Yuan tidak ingin berlama-lama. Dia langsung mengangkat tangannya dan mengeluarkan jurus Telapak Tangan Berlapis Gelombang.

"Gelombang Lapis Delapan!"

"Hmm! Bocah sialan!. Berani-beraninya kamu meremehkanku dengan hanya menggunakan satu tanganmu."

Zhang Heng tidak berdiam diri dan menunggu mati. Dia melemparkan senjata andalannya dan bersiap juga dengan menggunakan tangan kosong.

"Telapak Tangan Prajna!"

Zhang Heng mengangkat tangannya untuk melancarkan serangan jurus bela diri tingkat tingginya.

Zhang Heng sudah banyak berlatih untuk menguasai jurus ini hingga tahap sempurna. Dia menggunakan kedua tangannya agar kekuatan yang dikeluarkan jauh lebih besar.

Tiga jurus tangan ini saling berbenturan. Perkiraan Zhang Heng meleset dari apa yang dia bayangkan. Dia merasakan sebuah kekuatan dahsyat datang dari tangan Ye Yuan, yang dengan cepat merayap ke kedua tangannya dan akhirnya menyebar ke seluruh tubuhnya.

"Huh!" Zhang Heng mengerang kesakitan. Darah mengucur keluar dari mulutnya. Tubuhnya terlempar seolah dia barusan terkena sambaran yang sangat keras.

"Sekarang, kamu mau mengaku?" Ye Yuan terus saja berkata dengan tenang tanpa ekspresi berlebihan.

Serangan yang Ye Yuan barusan keluarkan dari tangannya adalah jurus Telapak Tangan Berlapis Gelombang, Lapis Delapan.

Ini adalah jurus yang bisa menangkal serangan, bahkan, dari seorang petarung Penggabungan Jiwa tingkat rendah. Betapa bodohnya Zhang Heng yang memilih untuk menghadapinya secara langsung. Tidak mungkin dia tidak mati terkena serangan ini. Kali ini Ye Yuan sengaja tidak mengerahkan seluruh kekuatannya agar Zhang Heng tidak sampai mati tetapi terluka parah. Niatnya dia agar Zhang Heng membuka mulutnya.

Ye Yuan melangkah dua langkah ke depan menuju ke arah samping Zhang Heng. Dia menatapnya, dan bertanya dengan nada tidak ramah.

"Sekarang, apa kamu mau membuka mulutmu?"

"Huk!" Zhang Heng batuk dan memuntahkan darah lagi.

Kedua tangan Zhang Heng patah dan organ dalamnya juga terluka parah. Dia terlihat sangat kesakitan. Jika dia tidak segera mendapatkan pengobatan, dia bisa saja mati tanpa Ye Yuan ikut campur.

"Membuka mulut!... omong kosong! Ha...haha.. kalau kamu bisa, ayo bunuh saja aku! Peraturan Perguruan Dan Wu mengatakan bahwa murid tidak boleh saling membunuh! Ayo! Bunuh aku!" Darah di mulut Zhang Heng terlihat menutupi giginya ketika dia tertawa mengenaskan.

Ye Yuan menatap Zhang Heng yang berada di kondisi mengenaskan. Dia menjawab dengan nada dingin suaranya."Peraturan? Peraturan di sini hanya digunakan untuk mengikat orang sepertimu. Orang kuat akan melanggar semua peraturan itu dan membuat aturan mereka sendiri. Orang seperti kamu ini hanya bisa hidup di bawah peraturan orang lain selamanya. Benar-benar mengenaskan!"

"Hahaha! Kamu hanya bisa menyombongkan diri, kalau kamu memang punya nyali, kenapa tidak kamu melanggar peraturan itu. Orang masih di tingkat keenam berani-beraninya bicara tentang melanggar peraturan. Lelucon macam apa ini!"

Zhang Heng benar-benar tidak percaya Ye Yuan akan berani melanggar peraturan. Ini karena, dalam sejarah perguruan Dan Wu, semua murid yang melanggar peraturan akan dihukum mati. Kecuali satu orang.

"Oh begitu? Baiklah. Aku akan melanggarnya sekarang. Tapi.... jika aku melakukannya, kamu tidak akan bisa melihat hukuman yang aku terima nantinya."

Ye Yuan mengangkat tangannya sekali lagi. Kumpulan energi murni mulai melayang-layang di atas telapak tangannya. Saat ini, Zhang Heng bisa merasakan keinginan Ye Yuan untuk membunuhnya.

Bagi Ye Yuan, Lu adalah orang paling dekat dengan dirinya. Dan karena Zhang Heng sudah berani untuk mengganggu gadis itu hingga dia terpaksa mengeluarkan ajian Pengembali Es Menjadi Debu, maka kematian adalah harga yang bahkan tidak cukup untuk membalasnya.

Di kehidupan sebelumnya, Ye Yuan tidak dapat melindungi orang yang dia sayangi sebagai Qingyun Zi. Maka kali ini dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Hanya saja, dia tidak menduga akan dihadapkan dengan kondisi seperti ini. Rasa bersalah Ye Yuan kini sudah melampau amarahnya. Pukulan tangannya diarahkan pada Zhang Heng tanpa ragu. Dia sudah tidak ragu untuk membunuh pemuda itu.

"Baik! Baik! Aku akan mengaku! jangan bunuh aku! Aku memang diperintah oleh orang lain!" Zhang Heng tidak tahan dengan tekanan yang diberikan Ye Yuan. Dia cepat-cepat berteriak.

"Bicaralah!" Ye Yuan masih belum menggerakkan tangannya. Dia masih menunggu jawaban Zhang Heng.

"Aku akan bicara, tapi janji, jangan bunuh aku. Jika tidak, aku lebih baik mati!" Zhang Heng, masih dengan kondisi kesakitan, mencoba mengancam Ye Yuan.

"Oh begitu! Kalau begitu bawa saja peti matimu!" Ye Yuan mengarahkan kekuatan di tangannya dan menggerakan tangan itu lebih dekat pada Zhang Heng.

"Jangan! Jangan! Aku akan bicara! Aku akan bicara! Kakak Lin Tiancheng yang menyuruhku. Aku hanya melakukan perintahnya. Dia adalah pemimpin di Departemen Urusan Umum untuk para murid. Adik Ye, tolong lepaskan aku. Aku akan membantumu bersaksi untuk melawan Lin Tiancheng."

Entah dari mana datangnya kekuatan yang membuat Zhang Heng tiba-tiba bisa merangkak dan memegang kaki Ye Yuan sembari menangis dengan suara keras.

"Bagus. Kamu bisa mati sekarang."

Serangan tangan Ye Yuan dilancarkan ke arah tubuh Zhang Heng. Seketika pemuda itu mati tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

Meski dia mengikuti perintah orang lain, Zhang Heng, bagi Ye Yuan, pantas untuk mati karena sudah menyakiti Lu sampai pada kondisi seperti itu.

"Lin Tiancheng?" Ye Yuan berpikir sesaat mengingat-ingat siapa Lin Tiancheng ini. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa ada yang tidak begitu dia kenal yang berani menyakiti Lu sampai seperti ini. Jika dia tahu, Ye Yuan pasti akan berusaha untuk mencegahnya.

Gerakan tubuh Lu membuat Ye Yuan tersadar. Dia kemudian bergegas menghampirinya. Gadis itu sudah tidak memiliki kekuatan untuk berdiri jadi dia hanya bisa bergerak merangkak.

"Lu, apa yang kamu lakukan? Jika kamu perlu sesuatu, tinggal katakan saja padaku. Aku akan melakukannya untukmu!" Ye Yuan berteriak menghampiri Lu.

Lu mengambil lencana Tabib Besar dan mendekamnya di dadanya seolah-olah lencana berwarna biru itu sangat berarti bagi dirinya, seketika dia pingsan begitu dia berhasil meraih lencana. Dia masih sempat tersenyum tipis. Ekspresi terlihat sangat puas.

Ye Yuan dengan cepat menghampiri Lu dan melihat sebuah benda kecil yang gadis itu genggam. Hati Ye Yuan menjadi trenyuh karenanya.

Lencana yang tidak penting bagi Ye Yuan ternyata sangat dijaga oleh Lu.

"Terima kasih Lu. Ayo kita pulang."


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.