Dewa Obat Tak Tertandingi

Lu Dalam Bahaya



Lu Dalam Bahaya

0

Lu membungkuk untuk mencabut rumput yang tumbuh di bawah tanaman obat. Rumput-rumput ini sulit dicabut sehingga banyak tenaga yang harus dikeluarkan oleh Lu. Meskii begitu, Lu tidak mengeluh beberapa hari bekerja di kebun. Dia tidak ingin menyebabkan masalah bagi Ye Yuan dan membuat malu Tuan Mudanya itu.

0

Dua hari pertama Lu masih dengan cepat menyiangi rumput yang ada di antara tanaman-tanaman obat. Pekerjaan di kebun itu dapat dia lakukan hampir setengahnya. Namun, dua hari berikutnya kecepatannya menjadi berkurang karena energi murninya sudah terkuras sehingga hanya sekitar 70% pekerjaannya selesai. Dia mencoba untuk mengumpulkan energi lagi dengan bermeditasi. Sayang, baru digunakan sebentar energinya sudah habis lagi.

Stamina Lu benar-benar terkuras. Kelopak matanya, baik atas dan bawah, sudah gemetar menahan lelah. Dia masih bisa bergerak karena otaknya yang memang gigih.

Tiba - tiba sepasang kaki muncul di hadapannya. Wajah Lu mendongak untuk mencari tahu siapa orang yang mendatanginya. Betapa kecewanya dia begitu melihat wajah Zhang Heng. Dia sangat mengharapkan kedatangan Ye Yuan.

Zhang Heng melihat ekspresi kecewa Lu dan tersenyum sinis. "Kenapa? Bukankah kamu sekarang sudah bertemu dengan orang yang kamu harapkan?"

Lu diam saja tak menjawab.

Zhang Heng tidak suka dengan raut wajah Lu. Dia menjadi marah. "Heh! Aku memberikan tugas supaya kamu membersihkan seluruh kebun ini. Bukannya selesai dalam dua hari, sampai sekarang kamu baru menyelesaikan 70%nya. Apa kamu sengaja menyisakan tugas ini untuk aku kerjakan?"

Lu mengelap keringat yang menetes di dahinya. Dengan suara lemah, dia menjawab, "Aku... . Aku sudah sudah bekerja keras. Tolong beri aku satu hari lagi. Pasti akan aku selesaikan pekerjaan ini."

"Satu hari? Meski aku beri kamu tiga hari, pekerjaan ini tidak akan selesai. Ini pekerjaan kecil. masak waktu empat sampai lima hari kamu tidak mampu menyelesaikannya. Kamu pasti bermalas-malasan!" Zhang Heng membentak.

Lu dengan cepat menggelengkan kepala. "Tidak. Aku tidak bermalas-malasan. Aku benar-benar bekerja keras."

"Hehe. Aku tahu kalau kamu itu bekerja dengan sungguh-sungguh atau tidak. Tidak perlu melawanku seperti itu. Karena kamu sudah bermalas-malasan, kamu harus membersihkan satu petak kebun lagi!"

Lu kaget sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi begitu mendengar kata satu petak.

"Apa? Satu petak lagi? Aku..Aku.."

"Kamu, apa? Kamu tidak mau mengerjakan? Baik. Kembali ke asrama dan kemasi semua barangmu kalau begitu. Bersiap-siaplah untuk dikeluarkan dari perguruan!" Zhang Heng tidak menunjukkan rasa kasihan sedikitpun pada gadis ini.

"Tapi… Tapi.. Aku sudah.."

"Sudah tidak punya kekuatan lagi. Kan?" Zhang Heng tiba-tiba tersenyum.

Lu mengangguk lemah.

"Kalau memang tidak mau ya sudah. Tapi kamu harus janji satu hal padaku." Zhang Heng sekejap merubah topik pembicaraan.

Lu tidak menduga Zhang Heng akan berubah sedikit santai. Dengan polosnya, dia percaya dengan kalimat Zhang Heng. Lu bersemangat bertanya.

"Benarkah? tolong katakan apa itu, Kakak Zhang?"

Senyum culas terukir jelas di wajah Zhang Heng. Ekspresi Lu berubah seketika dia sadar bahwa pemuda ini sama sekali tidak berniat baik padanya.

Zhang heng membuka mulutnya. "Aku tidak menduga Nona Lu ternyata cerdik. Syaratku sederhana sekali. Aku ingin Nona Lu menemaniku malam ini saja. Bagaimana? Cukup adilkan?"

Lu bukanlah gadis bodoh. Dia hanya belum berpengalaman mengenal dunia ini.

Awalnya dia mengira jika Zhang Heng ini adalah orang yang suka bertindak keterlaluan. Namun, sekarang dia tahu bahwa pemuda ini hanya seekor monster yang berpakaian manusia. Mungkin dia sudah merencanakan ini semua dari awal. Itu kenapa dia mempersulit pekerjaan Lu.

"Uh! Ternyata kaMu adalah orang kotor seperti ini. Aku akan melaporkanmu ke para guru," jawab Lu dengan nada benci.

"Hahaha! Lelucon macam apa ini? Kamu itu murid ingusan yang menolak hukuman seorang murid senior. Hanya karena kamu kesal, lantas kamu menghina murid senior. Kamu kira guru bakal percaya dengan kalimatmu?" Zhang Heng sepertinya sudah mengantisipasi jawaban Lu jadi dia tertawa lebar.

Lu menjadi tertegun mendengar kalimat Zhang Heng.

Zhang Heng sudah lama diberi kepercayaan untuk mengelola kebun tanaman obat milik perguruan. Ini menunjukkan jika para guru pasti sudah mempercayainya. Jika Lu melaporkan perbuatan Zhang Heng kepada para guru, mereka akan berpikir bahwa Lu membenci Zhang heng sehingga dia menghinanya.

"Kamu! Kamu benar-benar manusia keji!" Lu begitu marah hingga tubuhnya gemetar ketika dia berteriak dan menunjuk tepat ke arah hidung Zhang Heng.

Zhang Heng sama sekali tidak peduli. Dia hanya tersenyum dingin sambil berkata, "Lu, pikirkan baik-baik. Bagaimana jika Tuan Muda mu tahu kamu dikeluarkan setelah dia selesai bermeditasi di ruang tertutupnya? bukankah dia pasti akan kecewa?"

Lu tertegun lagi. Badannya menjadi gemetar.

Melihat raut wajah Lu, Zhang Heng semakin menjadi senang. Dia meneruskan.

"Tuan Mudamu sekarang adalah murid cemerlang di perguruan ini. Namun sayang, pelayannya justru dikeluarkan dari perguruan. Nantinya, selama dia masih tinggal di perguruan ini, orang-orang akan terus membicarakan hal ini di belakangnya. Mereka akan menertawakannya karena dianggap tidak becus mendidik pelayannya."

Mengambil kesempatan karena Lu semakin ketakutan dengan kalimatnya, Zhang Heng mendekatinya. Dia terus saja berbicara.

"Meski aku tidak sehebat tuan mudamu, aku masih dianggap sebagai sosok penting di perguruan. Kamu tidak akan menderita jika mengikutiku. Bagaimana? hanya semalam."

Ketika dia berbicara, Zhang Heng ingin menggunakan telunjuknya untuk mengangkat dagu Lu. Namun, Lu mendadak menjauh.

"Huh! Kamu sebaiknya menyerah saja. Meski aku mati, aku tidak akan mempermalukan Tuan Muda."

Setelah selesai berbicara, Lu mengangkat tangannya dan memukulkannya di bagian atas kepalanya. Jika dia terus memukul seperti ini, dia bisa mati.

Zhang Heng tidak menyangka Lu cepat sekali mengambil keputusan dengan lebih memilih mati daripada menyerah. Zhang Heng menjadi semakin marah.

Meski kekuatan Lu meningkat dengan pesat, dia masih terlalu lemah untuk berhadapan dengan orang yang sudah berada di Tingkat Kesembilan Energi Murni Qi. Lagi pula, tenaganya sudah terkuras. Dia tidak akan bisa melakukan tindakan bunuh diri seperti ini.

"Pah!"

Sebuah cambuk muncul seketika muncul di tangan Zhang Heng dan mengikat tangan Lu. Dengan sekali sentakan, tubuh Lu terlempar ke udara. Lu terkena cambuk.

"Ah!" Tubuh Lu terjatuh ke tanah. Dia mengerang kesakitan.

"Pah!"

Sebuah cambukan mendarat lagi di tubuh Lu. darah mulai terlihat membekas di baju yang dikenakan Lu.

"Gadis tidak tahu diuntung. Mau mati? Tidak akan semudah itu."

Zhang Heng benar-benar marah. Jika sampai Lu mati, dia juga yang harus bertanggung jawab. Sebentar lagi dia akan lulus dari perguruan, jadi dia tidak ingin kehilangan integritasnya di sini. Apa yang Lu lakukan sudah menyulut amarahnya.

"Ah!" Lu menjerit. Dia tidak menghiraukan rasa sakit pada tubuhnya. Lu merangkak ke depan, ke arah sebuah benda biru berbentuk lingkaran. Ketika tangannya hampir menyentuh benda itu, kaki Zhang Heng lebih dulu menginjaknya.

"Kembalikan lencana itu!" Lu berteriak dengan menahan rasa sakit.

Zhang Heng mengangkat kakinya. Dia melihat benda berwarna biru itu tergeletak di tanah. Lu benar. Itu adalah lencana dengan dua bintang di atasnya. Ini adalah lencana untuk Tabib Besar tingkat rendah.

"Aku kira apa. Ternyata ini adalah sebuah lencana. Berani-beraninya kamu mencuri benda berharga seperti ini padahal kamu baru tinggal beberapa hari di perguruan. Bukti ini sudah cukup untuk membuatmu dikeluarkan dari perguruan."

Zhang Heng menendang benda itu jauh-jauh.

Zhang Heng belum tahu jika Ye Yuan sudah lulus ujian Tingkat Tabib Besar dan sudah resmi diangkat menjadi Tabib Besar tingkat rendah. Jika dia tahu, dia pasti tidak akan berani untuk melukai Lu seperti ini.

Hati Lu terasa sakit begitu dia melihat Zhang Heng merendahkan lencana Ye Yuan. Air matanya menetes tak tertahankan. Zhang Heng tidak bisa menahan nafsu binatang dalam dirinya begitu melihat penampakan Lu yang terlihat lemah dan rapuh. Dia meraih badan Lu dan merobek pakaian gadis itu. Setelahnya, dia meraih tubuh Lu dan menyeretnya ke pojokan. Dia mulai bergerak untuk menyakiti gadis itu di siang bolong.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.