Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Aku Tidak Ingin Seseorang Yang Lebih Baik, Aku Hanya Menginginkanmu (9)



Aku Tidak Ingin Seseorang Yang Lebih Baik, Aku Hanya Menginginkanmu (9)

0Setelah Ji Yi berbicara, seisi ruangan menjadi semakin hening. Begitu heningnya sehingga suara jarum jatuh pun bisa terdengar.      0

Semua orang menatap He Jichen.     

Ekspresi wajah He Jichen tetap datar sembari menatap mata Ji Yi. Dia tidak menunjukkan sedikitpun emosi, yang membuat semua orang merasa kesulitan untuk menebak apa yang sedang dia pikirkan.     

Ruang dan waktu bagai membeku. Setelah beberapa saat, karena He Jichen tidak merespon, Ji Yi menambahkan, "Aku hanya punya satu harapan, yaitu menemukan seseorang yang dapat memahamiku."     

Ji Yi mencengkeram mic saat mengatakan hal itu. Kemudian perlahan dia menghampiri He Jichen.     

"Aku tidak butuh banyak. Satu saja sudah cukup."     

Semakin dia mendekat pada He Jichen, jantungnya semakin berpacu. Dia mencengkeram erat-erat kotak berisi cincin yang ada dalam genggamannya.     

Ketika sampai di depan meja marmer yang lebar itu, Ji Yi tak bisa maju lagi, maka dia terpaksa berhenti melangkah.     

Dengan adanya jarak satu meter di antara mereka, dia menatap lurus pada He Jichen yang ada di seberang meja. Diam-diam dia menelan ludah, menahan nafas dan lanjut berbicara, "Dan satu-satunya yang kuinginkan adalah dirimu."     

"Maka dari itu, He Jichen..."     

Ji Yi mengangkat jemarinya yang mengepal dan mengulurkan tangan pada He Jichen.     

Saat mengulurkan tangan pada He Jichen, dia hendak menyelesaikan kalimatnya dengan bertanya: "Bersediakah kau menikah denganku, dan menjalani sisa hidupmu bersamaku?"     

Akan tetapi, dia tidak berhasil melakukannya.     

Tangannya bahkan belum setengah terulur ke arah He Jichen ketika pemuda itu, yang tadinya setenang batu, tiba-tiba berdiri dengan elegan.     

Semua orang mendongak mengikuti gerakan He Jichen.     

Di bawah pandangan semua yang hadir, He Jichen sama sekali tidak terlihat gugup. Dia terlihat tenang sembari membenahi kemejanya. Pemuda itu tidak mengucapkan sepatah katapun kemudian melangkah ke arah pintu.     

Seketika itu juga tubuh Ji Yi membeku seakan titik lemahnya telah ditotok.     

Orang-orang di dalam ruangan itu yang menunggu Ji Yi menyampaikan kalimat lamarannya itu, kini benar-benar tertegun.     

Han Zhifan adalah yang paling berpengalaman dari semua yang hadir, maka dia pun cepat bertindak. Dalam beberapa detik, dia melompat dan memanggil He Jichen yang melangkah pergi: "Kak Chen!"     

Setelah itu, orang yang berada paling dekat dengan He Jichen, yaitu Chen Bai, menyadari bahwa He Jichen akan pergi, maka ia pun berdiri dengan tergesa dan menyeret pemuda itu kembali. "Tuan He!"     

Satu demi satu, orang-orang di dalam ruangan itu mulai tersadar dan meminta He Jichen untuk tetap tinggal.      

"He Xuezhang."     

"Kak Chen."     

"Tuan He."     

Sepertinya He Jichen tidak mendengar seisi ruangan yang dipenuhi oleh orang-orang yang memanggilnya. Dia melepaskan diri dari Chen Bai dengan raut wajah dingin. Lalu, dia membuka pintu dan melangkah keluar ruangan tanpa menoleh sedikitpun.     

Setelah pintu dibanting hingga tertutup, barulah Ji Yi yang tadinya diam tak bergerak tiba-tiba gemetaran. Dia menjatuhkan mic dan tanpa menghiraukan semua orang dalam ruangan yang memanggilnya, segera berlari mengejar pemuda itu.     

Ketika sampai di koridor yang panjang, pemuda itu sudah tak terlihat lagi; koridor itu kosong melompong. Tidak ada jejak He Jichen sama sekali.     

Mata Ji Yi berulang kali memeriksa ke kanan dan ke kiri, kemudian dia nekat memilih salah satu arah, dan berlari dengan tergesa-gesa.     

Ji Yi berlari ke arah lobi the Golden Lounge. Setelah yakin bahwa He Jichen tidak ada di sana, dia bergegas ke pintu masuk dan berlari ke trotoar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.