Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Sebuah Pengakuan Untuk Didengar Seisi Dunia (4)



Sebuah Pengakuan Untuk Didengar Seisi Dunia (4)

0"Jika semuanya kembali seperti keadaan semula seolah tidak pernah terjadi apa-apa, akankah dia kembali ke sisiku?"     0

Suara Ji Yi sangat pelan seakan sedang berbicara pada dirinya sendiri. Beberapa patah kata diucapkannya dengan lirih sehingga Ning Shuang tidak bisa mendengarnya dengan jelas. "Apa?" tanyanya bingung.     

Dari seberang panggilan, Ji Yi berhenti bicara.     

Ning Shuang menunggu beberapa saat lamanya, lalu kembali bicara. "Nona Ji, anda tadi bilang apa?"     

"Bukan apa-apa," suara Ji Yi terdengar lagi dari ponsel. Suaranya terdengar sangat lirih seakan gadis itu tidak mengatakan apapun. "Aku mengerti. Terimakasih sudah menelepon untuk memberitahuku. Kalau sudah tidak ada hal lain, aku tutup teleponnya dulu."     

"Nona Ji..." Menyadari betapa suara Ji Yi terdengar agak datar dan acuh, Ning Shuang mengira bahwa gadis itu tidak berencana mencegah kepergian He Jichen. Saat mendengar Ji Yi hendak mengakhiri panggilan itu, dengan gelisah dia mencoba menghentikannya.     

Tanpa ragu, seakan tidak mendengar kegelisahan dalam suara Ning Shuang, Ji Yi yang sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri, mengatakan "selamat tinggal" dan mengakhiri panggilan itu.     

Dengan menghilangnya suara Ning Shuang dari telinganya, seisi dunia terasa jauh lebih hening.     

Sepertinya Ji Yi sedang bimbang sembari kedua matanya memandangi sudut ranjang, melamun untuk beberapa saat lamanya. Namun akhirnya, pandangannya kembali tertuju pada layar ponselnya.     

Dia membuka kunci layar untuk sekali lagi melihat jadwal kegiatannya yang belum ditutup.     

Gadis itu menatap kata "Penghargaan pertelevisian" untuk waktu yang lama tanpa berkedip Tiba-tiba saja, ada kilatan tekad dalam matanya, seakan dia baru membuat sebuah keputusan yang akan mengubah kehidupannya.     

-     

He Jichen menghubungi Ji Yi satu hari setelah Ning Shuang menghubungi gadis itu.     

Ketika pemuda itu meneleponnya, Ji Yi sedang melakukan pemotretan dan dia tidak sedang memegang ponselnya, sehingga gadis itu tidak bisa menerima panggilan itu.     

Gadis itu tidak memeriksa ponselnya sampai seusai pemotretan. Akhirnya memiliki waktu untuk beristirahat dan pergi minum, Ji Yi mengeluarkan ponselnya dari dalam tas tangan yang dibawakan Tang Huahua baginya. Saat itulah ia melihat ada panggilan tak terjawab pada layar ponsel.     

Ji Yi bisa menebak apa yang hendak dikatakan oleh He Jichen melalui panggilan itu.     

Tanpa tergesa-gesa menelepon kembali, Ji Yi menghabiskan sebotol air dengan santai. Ia lalu berpamitan pada Zhuang Yi dan Tang Huahua yang ada di sebelahnya untuk pergi ke kamar kecil sendirian.     

Ji Yi berjalan menjauhi lokasi syuting dan mencari tempat sepi untuk menghubungi He Jichen kembali.     

Sepertinya pemuda itu sedang sibuk, karena ponsel berdering beberapa kali sebelum akhirnya panggilan itu diterima. "Halo" kata He Jichen dengan suara datar.     

Jemari Ji Yi mencengkeram ponselnya dengan erat sementara ia berusaha sebaik mungkin agar terdengar seperti sedang mengobrol santai. "Kau meneleponku?" tanyanya.     

"Ya." Melalui jawaban He Jichen itu, Ji Yi bisa mendengar suara helaan napas dari seberang panggilan. Dia tahu bahwa pemuda itu sedang merokok.     

Ji Yi menunggu sampai suara helaan napas itu menghilang sebelum bertanya, "Ada masalah apa?"     

Sisi lain panggilan menjadi hening selama beberapa saat sebelum akhirnya He Jichen berkata, "Aku sudah menghubungi seseorang dari kantor pencatatan sipil."     

Seperti dugaanku – dia menelepon untuk membicarakan tentang prosedur perceraian kami.     

Ji Yi tidak mengatakan apapun.     

Dari seberang panggilan, He Jichen berbicara lagi, "Coba periksa agendamu apakah kau ada waktu. Kalau kau memang tidak bisa datang, aku akan mengirimkan seseorang untuk mengantar dokumennya agar kau tandatangani..."     

"Yang jelas tidak bisa hari ini. Besok ada penghargaan pertelevisian, jadi aku akan pergi ke kota C ." Ji Yi tidak menunggu He Jichen selesai bicara dan langsung menyela pemuda itu. "Bisakah kau mengaturnya pagi hari, besok lusa?"     

Panggilan itu menjadi hening selama beberapa saat, lalu suara acuh He Jichen terdengar: "Baiklah."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.