Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Sebuah Pengakuan Untuk Didengar Seisi Dunia (9)



Sebuah Pengakuan Untuk Didengar Seisi Dunia (9)

0Malam bergulir turun dan lampu-lampu mulai terlihat berkilauan menghiasi seisi kota.     
0

Ji Yi mendadak teringat apa yang dia gumamkan di koridor depan kamar hotel tadi. "Sudah dua tahun berlalu. Sudah sepatutnya ini berakhir sekarang..."     

Ya... sudah dua tahun berlalu semenjak aku tahu bahwa aku mencintainya. Kisah cinta kita sudah seharusnya memiliki akhir.     

Kuharap setelah malam ini, akhir kisah kita akan seperti yang kuharapkan.     

...     

Ji Yi datang tepat waktu di acara Penghargaan Pertelevisian.     

Beberapa outlet media langsung mengenali mobil Ji Yi begitu Tang Huahua mengemudikannya ke depan pintu masuk acara berkarpet merah itu. Banyak reporter dengan membawa kamera dan mic berlari menghampirinya.     

Pintu mobil terbuka dan Zhuang Yi keluar terlebih dulu. Bahkan dengan adanya para petugas keamanan yang menghalang-halangi, masih ada beberapa mic yang bisa sampai ke depan Zhuang Yi.     

Setelah Ji Yi keluar dari dalam mobil, beberapa reporter mulai mengajukan pertanyaan.     

"Nona Ji Yi, apakah anda sudah memiliki deretan pekerjaan baru?"     

"Nona Ji Yi, kami dengar bahwa anda akan membintangi film sutradara Zhang yang baru. Apakah itu benar?"     

"Nona Ji Yi..."     

Ji Yi menampilkan senyuman terbaiknya sambil menghindari semua pertanyaan itu. Dibawah perlindungan Zhuang Yi dan Tang Huahua, dia melangkah menyusuri karpet merah.     

Kedua sisi karpet merah itu dipenuhi oleh para reporter. Ji Yi berhenti sejenak setiap sepuluh langkah untuk memberi para reporter itu waktu untuk memotretnya.     

Karpet merah yang membentang itu tidak terlalu panjang, tetapi ia membutuhkan waktu sepuluh menit penuh untuk berjalan hingga ke ujungnya.     

Di area tanda tangan, Ji Yi membubuhkan tanda tangannya dan menyapa para presenter yang berada di luar gedung. Kemudian dia mengangkat ujung gaunnya dan melangkah masuk ke dalam gedung olahraga.     

Di dalam, tempat duduk sudah hampir penuh. Semua tamu yang duduk di kursi belakang adalah para artis yang kurang terkenal. Saat melihat Ji Yi masuk, satu demi satu mengangkat ponsel untuk memotretnya. Beberapa dari mereka bahkan menghampirinya untuk berswafoto dan meminta tanda tangannya.     

Ji Yi mempertahankan sikap elegan dan ramahnya demi melayani permintaan semua orang, sebelum melangkah pergi.     

Setelah melewati baris ketiga, Ji Yi dan Qian Ge saling bertatapan, pada saat yang bersamaan.     

Ketika kedua pasang mata mereka beradu, kilatan hawa dingin seolah memercik dari antara mereka berdua.     

Yang duduk di samping Qian Ge adalah Xie Siyao, kaki-tangan wanita itu dalam kecelakaan yang dialaminya dulu. Ketika berjalan melewati Qian Ge, dia melihat sekilas betapa tangan Xie Siyao dan Qian Ge saling berpegangan. Seberkas sorot dingin tampak di mata Ji Yi.     

Rasanya belum terlalu lama ketika Ji Yi dan Qian Ge biasa melakukan hal itu – saling berpegangan tangan kemanapun mereka pergi, termasuk ketika mereka pergi ke kamar kecil selama periode pergantian kelas. Meskipun apabila salah seorang dari mereka ingin pergi dan yang lainnya tidak, mereka akan tetap pergi bersama.     

Kini, Qian Ge sedang melakukan kebiasaan mereka itu dengan orang lain, dan orang itu adalah orang yang dulu sering menjadikan Qian Ge sasaran perundungan, dan sebaliknya, Qiang Ge mengkhianati Ji Yi yang telah berselisih dengan begitu banyak orang demi membela wanita itu.     

Ada begitu banyak orang dari industri hiburan yang menghadiri acara itu, karenanya Ji Yi tidak akan melakukan hal bodoh seperti beradu mulut dengan Qian Ge.     

Bahkan meskipun dia merasa kesal, dia hanya bisa berpura-pura tidak terjadi sesuatu dan menaiki tangga ke baris kedua. Setelah menemukan kursinya, Ji Yi segera duduk.     

Tempat itu sangat ramai. Semua orang sedang bercakap-cakap dengan kenalan mereka, tetapi ada juga orang-orang yang mendekati Ji Yi untuk mendapatkan kesempatan bekerja sama dengannya.     

Ji Yi dikelilingi oleh semua orang yang pernah bekerja dengannya. Ketika dia selesai menyapa mereka semua, sang pembawa acara pria dan wanita sudah naik ke atas panggung.     

Tanpa menunggu para pembawa acara angkat bicara, para hadirin mulai bersikap tenang.     

Kedua pembawa acara itu dengan mahirnya membuat para penonton tertawa hingga beberapa kali hanya dalam waktu tiga menit pertama. Mereka berbicara saling sahut-menyahut dari atas panggung semenjak mereka menyapa semua yang hadir.     

Kedua presenter itu tidak mengobrol terlalu lama. Pada waktu yang telah ditentukan, mereka memulai sesi pemberian penghargaan dari acara itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.