Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

1 "Oh, aku lupa memberitahumu bahwa nama wanita itu adalah Ning Shuang." Tang Huahua melirik ke arah Ji Yi yang duduk di kursi belakang melalui spion tengah sambil mengemudi. "Dia kuliah di luar negeri selama lima tahun, di Perancis. Sekarang dia sudah lulus dan dia lebih tua tiga bulan darimu."      0

"Mhm." Ji Yi mengangguk.     

Suasana di dalam mobil sempat hening beberapa saat lamanya sebelum Ji Yi menambahkan, "Tahun lalu saat aku pergi menghadiri American Movie Festival, bukankah kita membeli banyak barang waktu bepergian dengan Zhuang Yi? Aku tiba-tiba ingat bahwa aku punya banyak barang yang belum sempat kubuka. Dimana kau dan Zhuang Yi meletakkan barang-barang itu?"     

"Oh, ada di kantor kok." Tang Huahua lalu bertanya dengan bingung, "Kenapa?"     

"Kapan acara makan malam dengan penggemar itu?" tanya Ji Yi dengan santai.     

"Tanggal delapan belas. Tiga malam dari sekarang di restoran putar, Lilac. Ruangan nomor 1."     

"Mm..." jawab Ji Yi pelan. Lalu dia melanjutkan apa yang tadi dia katakan: "...Besok atau lusa, kapan saja kau ada waktu, kembalilah ke kantor dan pilih kado dari salah satu kardus yang masih bagus. Bungkus dengan rapi dan letakkan di mobil lebih awal."     

Mendengar hal ini, Tang Huahua mengerti mengapa Ji Yi bertanya tentang perjalanan shopping mereka. Dia ingin memberikan kado untuk penggemar yang akan makan malam dengannya. Tang Huahua segera mengangguk dan menjawab, "Aku mengerti!"     

-     

Pada malam hari di tanggal tujuh belas, He Jichen menerima panggilan video dari Ning Shuang.     

Dalam video itu, Ning Shuang baru saja selesai mandi, sehingga rambutnya masih terbungkus handuk. Dia memegang ponsel dengan satu tangan sambil memasang masker wajah dengan tangan lainnya.     

He Jichen hanya menoleh sekilas pada layar ponsel, lalu meletakkan ponsel itu di atas meja kopi dengan kamera menghadapnya. Dia mengambil kembali buku yang tadi dibacanya, lalu dengan tenang dan gaya yang elegan melanjutkan kegiatan membacanya.     

"Apa kau punya waktu besok?" Kamar hotelnya sangat sepi, sehingga suara Ning Shuang dari ponsel itu terdengar cukup keras.     

Seusai membaca kalimat terakhir pada halaman yang dibacanya, perlahan pemuda itu membalik halaman dan menjawab dengan suara datar, "Ya."     

"Kalau begitu aku traktir makan malam besok ya?" ajak Ning Shuang. Dia lanjut bicara tanpa menunggu jawaban He Jichen: "Menu ala Perancis, oke?"     

He Jichen mengerutkan kening. Dia berhenti membaca bukunya dan menoleh pada Ning Shuang melalui panggilan video itu.     

Melihat reaksinya, Ning Shuang tahu bahwa pemuda itu sedang berpikir. Dia tinggal di Perancis untuk waktu yang lama, dan selama itu makan masakan Perancis setiap hari. Kini dia sudah kembali ke Beijing, makan masakan Perancis lagi? Tapi dia tak punya pilihan lain – bukan dia yang memesan meja, melainkan Huan Ying Entertainment...     

Ning Shuang khawatir jika He Jichen akan menyadari bahwa ada yang aneh, maka ia pun menundukkan kepala untuk menghindari tatapan pemuda itu. "Restoran putar Lilac sangatlah terkenal. Orang-orang bilang kau bisa melihat pemandangan malam yang indah di sana. Aku bukan pergi karena makanannya. Aku pergi karena tertarik melihat pemandangan malamnya..."     

Ketika mengatakan hal ini, Ning Shuang mendongak dan melihat layar ponselnya. Melihat He Jichen kembali mengalihkan pandangan pada buku di tangannya, dia tahu bahwa rencananya berhasil. Dia mulai terkekeh dan berkata, "Ingat, restoran putar, Lilac. Besok jam setengah tujuh malam. Ruangan nomor 1."     

He Jichen tidak mengatakan apapun, namun dengan sopan ia menggumamkan kata ""Mhm", kemudian kembali membalikkan halaman buku.     

"Aku harus nonton serial televisiku sebentar lagi, jadi aku tutup teleponnya!"     

Ning Shuang sudah terbiasa dengan sikap acuh He Jichen sejak lama. Begitu selesai bicara, wanita itu hendak mengakhiri panggilan. Tiba-tiba saja, dia teringat sesuatu sementara jemarinya mengambang di atas layar ponsel. "Besok, berikan nama dan nomor teleponku di restoran itu. Aku hanya memberikan dataku pada pihak restoran itu."