Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Kau Adalah Kebahagiaan Masa Remajaku, Pemuda Yang Kusukai (19)



Kau Adalah Kebahagiaan Masa Remajaku, Pemuda Yang Kusukai (19)

1Hubungan mereka berdua kini sudah tak lagi berada pada tahap saling mengabari. Kini mereka sudah berada di dua kota yang berbeda. Apakah semuanya akan kembali seperti empat tahun yang lalu dan kami tidak akan pernah bertemu lagi?      2

Dengan perginya pemuda itu, dia takut jika mereka tidak akan pernah bisa bertemu lagi, seumur hidup...     

Meskipun mereka tidak saling menghubungi ketika masih tinggal di kota yang sama, masih ada kesempatan bagi mereka untuk bertemu secara kebetulan.     

Memikirkan hal itu, Ji Yi menyadari bahwa dia bahkan sudah tak punya setitik harapan pun yang tersisa. Seketika itu juga, rasa sakit yang tak terperi merambat ke jantungnya.     

"Yi Jie?" tanya sang penata rias yang telah menemukan lip gloss yang tepat. Wanita itu mencelupkan kuas dan hendak memoleskannya ke bibir Ji Yi yang masih menundukkan kepala sambil memandangi layar ponselnya. Sang penata rias pun menjadi khawatir.     

Ji Yi tidak bereaksi sedikitpun.     

Sang penata rias memperkeras suaranya dan kembali berbicara. "Yi Jie? Yi Jie?"     

Setelah memanggil namanya beberapa kali, melihat betapa Ji Yi masih diam mematung, ia perlahan menyikut pundak Ji Yi dengan lengannya.     

Ji Yi duduk tak bergerak di depan meja rias itu cukup lama sebelum akhirnya tersadar bahwa seseorang menyentuh pundaknya. Perlahan ia menoleh dan memandang ke arah sang penata rias.     

"Hm?" tanyanya agak linglung. Dengan rasa bersalah dia lalu berkata "Oh" dan "Terima kasih" sebelum bangkit dari duduknya.     

"Yi Jie, aku belum memoles lipglossmu!" kata sang penata rias dengan nada khawatir.     

Ji Yi berhenti sesaat seakan dia tidak mengerti apa yang sedang dikatakan oleh sang penata rias itu. Setelah beberapa detik, akhirnya ia menyadari apa yang dikatakan oleh wanita itu dan menjawab dengan "Oh, benarkah?" dan kembali duduk.     

Agar warnanya merata, sang penata rias memolesnya sebanyak dua kali.     

Setelah selesai, dia segera memberitahu Ji Yi, "Yi Jie, sudah selesai."     

Terbengong, Ji Yi menatap dirinya sendiri di cermin. Sejenak, bulu matanya tak bergerak, dia pun tidak bangkit dari duduknya.     

Sang penata rias menambahkan lip liner dan menoleh pada Ji Yi, yang masih duduk di kursinya. Karena Ji Yi tidak juga berdiri, dia menegurnya, "Yi Jie?"     

Kali ini, Ji Yi mendengar suara sang penata rias itu. Perlahan dia menoleh ke arah asal suara itu.     

Saat itulah sang penata rias menyadari bahwa wajah Ji Yi teramat sangat pucat. "Yi Jie, ada apa? Kau terlihat pucat. Apakah kau sakit?"     

Seperti sebelumnya, reaksi Ji Yi cukup lambat. Beberapa saat setelah mendengar suara penata rias itu, dia menggelengkan kepala dan kemudian berdiri tanpa mengatakan apapun. Dia lalu pergi ke arah sebuah kursi di ruang lounge, tak jauh dari tempat itu.     

Ketika lipgloss Ji Yi dipoles, gadis itu tak sengaja meninggalkan ponselnya di meja rias.     

Sang penata rias melihatnya dan segera memanggil Ji Yi. "Yi Jie, ponselmu!"     

Ji Yi menoleh kembali. Ponsel itu jelas bisa terlihat olehnya, namun ia hanya memandang ke arah meja rias itu untuk waktu yang lama. Pikirannya melayang terlampau jauh sehingga dia bahkan tidak bisa melihat ponselnya sendiri.     

Sang penata rias yang tidak sabar lagi melihatnya seperti itu, segera mengambil ponsel itu dan menyerahkannya pada gadis itu. Ji Yi mengatakan "Oh" dengan pandangan kosong, lalu mengulurkan tangan untuk menerima ponselnya.     

Zhuang Yi, yang sedang duduk di sebuah kursi di ruang lounge, memberinya sebotol air dengan sedotan. Ji Yi merasakan botol air itu di tangannya, namun ia sama sekali tidak meminumnya.     

Zhuang Yi mengatakan beberapa hal kepadanya, yang tidak didengarnya dengan baik. Sesekali Ji Yi menganggukkan kepala dengan setengah hati.     

Segera setelah itu, sang sutradara menyuruh seseorang untuk memanggil mereka. Semua aktor telah dipanggil untuk bersiap memulai syuting.     

Sebelum dimulai, sang sutradara pergi ke lokasi syuting dan menunjukkan posisi setiap pemain.     

Semua aktor sudah siap, tetapi Ji Yi masih duduk tak bergeming di tempatnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.