Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Tanpa Disadari, Telah Jatuh Cinta Begitu Dalam Kepadanya (51)



Tanpa Disadari, Telah Jatuh Cinta Begitu Dalam Kepadanya (51)

1Kenapa aku harus mempercayai perkataanmu...      2

Beberapa saat setelah suara He Jichen terdengar, kata-kata pemuda itu masih terngiang di telinga Ji Yi.     

Gadis itu merasa sedikit kedinginan ketika angin malam menerpa tubuhnya yang basah oleh keringat.     

Tetapi ketika perkataan He Jichen terngiang di telinganya untuk yang ketika kalinya, Ji Yi tiba-tiba merasakan ada bola api yang berkobar, membakar dari dalam tubuhnya.     

Qian Ge tak pernah mengira bahwa He Jichen akan menjawabnya dengan penuh keyakinan terhadap Ji Yi. Ekspresi kebingungan melintasi matanya ketika hatinya dipenuhi dengan kegelisahan.     

Hari itu di salon kecantikan, Ji Yi telah merespon dengan keyakinan yang sama ketika dia berusaha menciptakan kesalahpahaman di antara mereka berdua. Ji Yi mempercayai He Jichen waktu itu, dan kini ketika Qian Ge mencoba memakai taktik yang sama pada He Jichen, pemuda itu juga memilih untuk mempercayai Ji Yi.     

Pada saat itu, Qian Ge merasa telah menjadi badut. Dia sudah mengerahkan segala kemampuannya, tetapi tetap saja tak bisa mendapatkan keinginannya. Gadis itu tak yakin apakah dia merasa marah pada diri sendiri, atau apakah dia merasa cemburu pada Ji Yi, tetapi sorot yang mengancam kembali berkilat di matanya ketika dia menatap kedua orang yang berdiri di hadapannya itu. "Ya, kau tidak perlu mempercayai perkataanku, He Jichen, tetapi fakta tetaplah fakta. Di antara kalian berdua, kau adalah pihak yang selalu mempercayainya..."     

He Jichen sudah menyatakan kepada siapa dia berpihak. Bagaimana mungkin Qian Ge masih belum menyerah?     

Jika Ji Yi tadinya hanya merasa sedikit kesal, kini dia menjadi benar-benar marah.     

Ketika gadis itu hendak melakukan perlawanan, He Jichen sudah terlebih dulu berbicara dengan suara datar, "Aku percaya padanya dan itu adalah urusanku. Aku tidak pernah memintanya untuk percaya padaku."     

Benak Ji Yi seketika membeku.     

Gadis itu belum sepenuhnya pulih dari perkataan He Jichen, ketika pemuda itu mendesaknya agar segara masuk ke dalam mobil, lalu dia menyusulnya masuk.     

Chen Bai menutup pintu, segera ikut masuk, dan menyalakan mesin mobil.     

Ketika mobil melaju melewati Qian Ge, Ji Yi spontan menoleh dan memandangi bekas sahabatnya itu lewat kaca belakang.     

Qian Ge menggeretakkan giginya sambil memandangi mobil yang melaju itu. Merasa malu dan putus asa, dia melangkah terhuyung dengan linglung dan air mata yang bercucuran. Dia terlihat sangat muram dan geram. Setelah mobil berjarak cukup jauh, Qian Ge mendadak tersungkur ke tanah. Pundaknya gemetaran dan dia mulai terisak.     

Mobil melaju lebih kencang. Ji Yi duduk di dalam mobil sambil membayangkan Qian Ge yang tersungkur dan menangis di tanah. Bibirnya tak dapat menahan senyuman.     

Qian Ge berniat untuk melukai hati He Jichen dengan serangannya dan merusak hubungannya dengan Ji Yi. Akan tetapi wanita itu tidak pernah menyangka bahwa He Jichen akan menjawab seperti itu.     

Qian Ge bukan hanya tidak mendapatkan keinginannya, tetapi justru hatinya sendiri yang terluka dan dia yakin bahwa wanita itu akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk meluapkan tumpukan kekesalan yang didapatnya malam ini.     

Semakin Ji Yi memikirkan hal itu, semakin ia merasa bahagia. Gadis itu bahkan tertawa nyengir.     

"Apa yang membuatmu tertawa?" tanya He Jichen yang duduk di sebelahnya. Semenjak gadis itu masuk ke dalam mobil, dia telah menatapnya melalui kaca spion tengah dan menyadari bahwa gadis itu memasang raut wajah puas untuk waktu yang cukup lama; gadis itu terlihat sangat bahagia.     

"Menertawakan Qian Ge..." kata Ji Yi.     

He Jichen melirik ke arah Ji Yi dan berbicara dengan sinis, "Kau pasti punya terlalu banyak waktu luang sampai sempat-sempatnya memikirkan sampah itu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.