Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Akta Nikah Yang Diketemukan (25)



Akta Nikah Yang Diketemukan (25)

2"Tetapi tangan anda..."      0

Chen Bai mungkin masih merasa khawatir karena dia berbicara lagi. Akan tetapi, sebelum pria itu selesai bicara, suara He Jichen yang terdengar tak sabar telah memotong kalimatnya, "...Sudah kubilang, tidak apa-apa."     

Chen Bai sepertinya takut jika He Jichen akan marah, maka asisten itu tidak mengatakan apapun lagi.     

Ji Yi mendengar suara berisik dari sisi lain meja dan menebak bahwa Chen Bai pasti sedang merapikan dokumen.     

Setelah beberapa saat, dia mendengar suara Chen Bai lagi. "Tuan He, saya akan pergi sekarang. Sampai jumpa besok."     

"Mm," jawab He Jichen pelan, pemuda itu terdengar enggan. Kemudian terdengar suara langkah kaki Chen Bai yang semakin menjauh. Setelah itu, He Jichen terdiam.     

Setelah sekitar dua menit berlalu, He Jichen bertanya, "Kau sudah selesai makan?"     

"Ya," jawab Ji Yi, yang akhirnya teringat bahwa dia masih memegang sumpitnya. Dia meletakkan sumpit itu dan hendak bertanya tentang luka di tangan He Jichen, tetapi mendadak ia teringat sesuatu dan terdiam.     

Berapa detik kemudian, Ji Yi berkata, "Aku tiba-tiba ingat kalau ada urusan. Aku akan menghubungimu nanti."     

Dengan perkataan itu, Ji Yi mengakhiri percakapan video mereka, bangkit dari kursinya dan berlari ke dalam kamar.     

Dia masuk ke dalam kamar mandi dan mencuci wajahnya secepat kilat, lalu bergegas ke depan meja rias. Di depan cermin, gadis itu memakai riasan wajah dengan cepat, mengoleskan lipstik, lalu berlari ke depan lemari pakaian. Dia memilih beberapa helai pakaian hanya dalam beberapa detik, lalu mematut-matutkan pakaian-pakaian tersebut di badannya untuk beberapa saat di depan cermin, sebelum akhirnya memilih sebuah cardigan merah yang longgar. Setelah mengenakan jaket warna krem, dia buru-buru keluar kamar, menyambar ponsel dan dompetnya, kemudian melangkah ke pintu depan, mengenakan sepatu dan keluar dari apartemennya.     

Seusai meninggalkan area perumahannya, Ji Yi pertama-tama berbelok masuk ke dalam apotek yang buka selama 24 jam. Dia membeli dua kotak plester luka, kemudian berjalan ke arah trotoar untuk menunggu taksi.     

Sesampainya di gedung apartemen He Jichen, Ji Yi membayar ongkos taksi dan segera memasuki gedung.     

Gadis itu masuk ke dalam lift dan menunggu sampai lift bergerak naik, lalu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi He Jichen.     

Ketika lift itu berhenti di lantai tempat apartemen He Jichen, panggilannya kebetulan telah dijawab.     

Pintu lift terbuka dan Ji Yi keluar sambil berbicara lewat ponselnya, "Bukakan pintu."     

"Mm?" tanya He Jichen, tidak mengerti apa yang sedang terjadi.     

"Ku bilang, bukakan pintu," ulang Ji Yi sambil mengulurkan tangan untuk memencet bel pada pintu.     

Tak lama kemudian, Ji Yi mendengar suara langkah kaki dari sisi lain pintu apartemen.     

Ketika langkah kaki sudah berada dekat dengan pintu, entah mengapa hati Ji Yi merasa gelisah.     

Pintu terbuka dan Ji Yi melihat He Jichen dalam balutan baju santai.     

Gugup sekali, Ji Yi mencengkeram kantung berisi plester luka di tangannya sembari menyodorkannya pada He Jichen dan menjelaskan, "Aku merasa kekenyangan setelah makan, jadi aku memutuskan untuk berjalan-jalan. Waktu melewati sebuah apotek, aku mampir dan membelikanmu plester luka. Jadi aku sekalian ke sini untuk memberikannya padamu."     

Rumah Ji Yi jaraknya lebih dari sepuluh kilometer dari sini. Butuh waktu sekitar dua puluh menit jika naik mobil untuk bisa sampai ke sini.     

Dia jalan-jalan cukup jauh juga...     

He Jichen tidak membuka kebohongan Ji Yi. Pemuda itu lalu mengulurkan tangan dan mengambil kantong belanja dari tangan Ji Yi. "Terima kasih."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.