Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Akta Nikah Yang Diketemukan (29)



Akta Nikah Yang Diketemukan (29)

1Merasa kesakitan, Ji Yi menoleh dan melihat ujung rambutnya. Tanpa ragu, ia mencoba melepaskan helaian rambutnya dari kemeja He Jichen, namun pada akhirnya, rambutnya justru semakin kusut tersangkut.     2

Khawatir jika dia berdiri tegak, gerakannya itu akan melukai kulit kepala Ji Yi, maka He Jichen hanya bisa mempertahankan posisi setengah membungkuknya.     

Kebetulan wajahnya menghadap kening gadis itu, sehingga tarikan nafasnya terus menyapu wajah Ji Yi, membuat gadis itu tak mampu bergerak dan jantungnya berdegup kencang. Ia mencoba menarik rambutnya lebih kuat lagi.     

Dengan usahanya itu, dia justru membuat rambutnya terlilit lebih kuat di kancing kemeja He Jichen.     

Semakin dia berusaha menariknya, rambutnya justru semakin terlilit. Bahkan ada beberapa helai yang terputus.     

Ketika Ji Yi hendak menariknya lebih keras lagi, He Jichen tiba-tiba meraih tangannya.     

Sentuhan itu bagai aliran listrik yang mengalir dari telapak tangan pemuda itu sampai ke jantungnya. Rasa syok membuat sekujur tubuh Ji Yi bergetar dan gadis itu spontan mendongak ke arah He Jichen.     

Gerakannya begitu tiba-tiba sehingga begitu gadis itu mengangkat kepala, secara kebetulan bibirnya bersentuhan dengan bibir He Jichen.     

Sengatan listrik yang sama kuatnya kembali mengalir, membuat Ji Yi gemetaran. Dia bisa merasakan dengan jelas bahwa tubuh He Jichen menegang dengan tiba-tiba.     

Suasana dalam ruangan itu mendadak berubah romantis. He Jichen menundukkan pandangannya. Tanpa melihat wajah Ji Yi, dia menatap tak berkedip pada rambut yang terlilit di kancing kemejanya, lalu dengan hati-hati melepaskan lilitan rambut itu.     

Wajah mereka sangat berdekatan. Meskipun Ji Yi tidak berani memandang pemuda itu setelah secara tak sengaja bibir mereka saling bersentuhan, dia bisa merasakan kehangatan tubuh pemuda itu, tarikan nafasnya, dan harum tubuhnya. Jantungnya berpacu tak karuan dan wajahnya memerah padam.     

Setelah berhasil melepaskan rambut Ji Yi dari kancing kemejanya, dengan hati-hati He Jichen meluruskan kembali rambut Ji Yi yang kusut, helai demi helai.     

Seusai merapikan rambut gadis itu, He Jichen mendongakkan pandangan ke wajah Ji Yi.     

Kulitnya begitu putih, bulu matanya yang panjang dan lentik sedikit menutupi matanya, dan wajahnya yang memerah terlihat... sangat menggoda.     

Sesaat jemari He Jichen gemetar dan tatapannya yang tertuju pada wajah Ji Yi seolah terpaku di sana. Bahkan kata "beres" yang telah berada di ujung lidahnya, menghilang tanpa jejak.     

Mereka tetap berada dalam posisi itu untuk waktu yang sangat lama; tak satupun dari keduanya yang bersuara.     

Ketika Ji Yi merasa suhu tubuhnya naik drastis seolah hampir terbakar, dia lalu mendongak menatap wajah He Jichen.     

Di bawah sepasang mata gelap pemuda itu, ada rona merah pada kedua pipinya...     

Hanya dengan sekali tatap, Ji Yi tersesat di kedalaman mata pemuda itu.     

Mereka saling bertatapan dalam diam untuk beberapa saat lamanya sebelum akhirnya bibir gadis itu mulai bergerak dan suatu keinginan yang tiba-tiba datang membuatnya memejamkan mata. Perlahan ia lalu mengangkat kepalanya dan berinisiatif hendak menempelkan bibirnya ke bibir He Jichen.     

Sementara bibirnya semakin mendekati bibir pemuda itu, Ji Yi merasakan bulu matanya bergetar tak karuan.     

Baru saja bibir mereka hendak bersentuhan, ponsel gadis itu mendadak berdering.     

Ji Yi gemetar karena terkejut dan seketika itu juga tersadar kembali.     

Dia buru-buru menjauhkan bibirnya dari bibir He Jichen dan menoleh ke arah ponselnya yang tergeletak di atas meja. Rupanya ibunya yang menelepon.     

Tanpa ragu, Ji Yi segera meraih ponsel itu dan menerima panggilan.     

"Xiao Yi, ini sudah larut malam. Kenapa kau tidak ada di rumah?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.