Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Apakah Kau Datang Untuk Menemuinya? (1)



Apakah Kau Datang Untuk Menemuinya? (1)

0Kamar mandi yang luas itu sangat lengang, sehingga meskipun suara He Jichen pelan, Chen Bai masih bisa mendengar dengan jelas setiap patah katanya. Jari-jarinya yang menggenggam kepala shower mulai rileks sembari memperhatikan pria berwajah pucat itu. Sebuah kesedihan yang teramat sangat membebani Chen Bai dan setelah sekitar sepuluh detik, dia tersadar. Ia lalu mengangkat kepala shower dari dinding dan menyesuaikan suhu air yang dingin menjadi hangat, lalu membiarkan airnya mengucur membasahi tubuh He Jichen.     
0

Air bersuhu cukup rendah itu perlahan membangunkan He Jichen dari keadaan mabuknya. Matanya mulai terbuka dan dia menatap langit-langit ruangan sambil mengerutkan kening, seakan sedang bingung memikirkan sesuatu. Setelah menatap ruangan dengan tatapan kosong selama beberapa saat, bola matanya mulai bergerak ke arah Chen Bai.     

Matanya yang indah dan berwarna gelap mulai menjadi lebih cerah, sedikit demi sedikit. Sepertinya pemuda itu baru menyadari bahwa dia berada di rumahnya. Dia lalu mulai duduk di dalam bak mandi dan mengulurkan tangan ke arah Chen Bai.     

Chen Bai tahu bahwa dengan gerakan itu, He Jichen memberitahunya bahwa dia ingin mandi sendiri. Mereka berdua tidak saling bersuara. Chen Bai hanya memberikan kepala shower kepada He Jichen dalam diam. Setelah atasannya itu mengambilnya, Chen Bai segera meninggalkan kamar mandi dan membantu menutup pintu, lalu menuju lantai bawah.     

Chen Bai pergi ke dapur dan memasak semangkuk sup untuk menyadarkan He Jichen, lalu mengantarkannya ke kamar pemuda itu.     

Saat asisten itu membuka pintu kamar, lampu kamar tidur itu sudah dipadamkan.     

Karena tak bisa melihat dengan jelas dalam kegelapan, Chen Bai hendak menyalakan lampu. Sebelum jarinya sempat menyentuh tombol lampu di dinding, dia mendengar suara He Jichen dari arah ranjang, "Jangan nyalakan lampunya."     

He Jichen hanya mengucapkan tiga patah kata, namun Chen Bai dengan jelas mendengar suaranya yang gemetaran.     

Tuan He tidak mungkin... Chen Bai tak yakin jika dia salah dengar, tetapi dia tidak berani berpikir lebih jauh lagi. Dia berdiri mematung di tempatnya sambil memegang semangkuk sup.     

Setelah entah berapa lama waktu berlalu, ponsel di saku Chen Bai mendadak bergetar.     

Dia melepas satu tangannya dan meraih ponsel, menyadari bahwa Ji Yi telah mengiriminya sebuah pesan: "Apakah kau sudah menemukannya?"     

Chen Bai tahu bahwa "dia" yang dimaksud oleh Ji Yi adalah He Jichen, maka dengan satu tangan dia pun menjawab pesan itu: "Sudah kutemukan."     

Layar ponsel Chen Bai lumayan lebar, sehingga dia agak kesulitan mengetik pesan. Chen Bai lalu membungkuk dan meletakkan supnya di lantai, lalu melanjutkan mengetik pada layar: "Dia ada di bar yang anda sebutkan, Nona Ji."     

Tiga puluh detik kemudian, dia menerima pesan dari Ji Yi: "Yang penting kau sudah menemukannya."     

"Terima kasih, Nona Ji," jawab Chen Bai, yang lalu melirik ke arah He Jichen yang sedang berbaring di ranjang. Karena lampunya padam, Chen Bai hanya bisa melihat sosok tubuhnya dalam gelap dengan bantuan sedikit cahaya dari koridor. Sesaat dia ragu, lalu mengirimkan pesan lain pada Ji Yi: "Keadaan Tuan He sangat buruk. Pelayan bilang jika dia sudah minum-minum selama empat hari empat malam; Saya tidak tahu apakah dia sudah menyakiti dirinya dengan minum sebanyak itu. Saya akan menghubungi Dr. Xia untuk memeriksanya... Nona Ji, jika anda tidak sibuk, bisakah anda mengunjungi Tuan He?"     

Pesan itu bagaikan sebuah kerikil yang dilempar ke lautan, sebab dia tidak mendapat jawaban.     

Baru saja Chen Bai hendak mengetik beberapa kata lainnya untuk membujuk Ji Yi, sebelum jarinya sempat menyentuh layar ponsel, dia mendengar suara isak perlahan dari arah ranjang.     

Chen Bai mendadak terdiam seakan titik lemahnya baru ditotok.     

Setelah sekitar tiga detik, dia mendengar suara isak perlahan lagi.     

Kali ini, Chen Bai mendengarnya lebih jelas saat dia menoleh ke arah ranjang di dalam kamar yang gelap itu.     

Kalau aku tidak salah dengar, Tuan He sedang menangis... Pantas saja dia melarangku untuk menyalakan lampu...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.