Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Akan Ku Antar Kau Pulang (6)



Akan Ku Antar Kau Pulang (6)

1Setelah selesai bicara, pemuda itu tetap duduk di kursi pengemudi selama dua detik sebelum kemudian keluar tanpa menunggu jawaban Ji Yi. Dia memutari bagian depan mobil dan berjalan ke arah kursi penumpang.      2

Dia membuka pintu mobil dan mengambil tas Ji Yi, lalu membungkuk untuk membopong tubuh gadis itu keluar dari mobil. Dengan kakinya, ia mendorong pintu mobil hingga tertutup, sebelum akhirnya melangkah ke arah lift.     

Setelah tiba di dalam apartemennya, He Jichen membaringkan Ji Yi di sofa dan mengambil ponselnya. Pemuda itu berjalan ke arah balkon di samping jendela yang menjulang tinggi dan menyentuh layar ponselnya untuk melakukan panggilan.     

Hanya ada mereka berdua di kamar yang luas itu, dan saat itu sudah tengah malam, karenanya tempat itu teramat sunyi. Meskipun He Jichen tidak berbicara dengan keras, gadis itu dapat mendengar setiap kata yang diucapkannya ketika melakukan panggilan. "Apakah kau sudah tidur? Ya... ada sesuatu yang terjadi, jadi aku ingin kau mampir sebentar... Apakah kau ingin aku mengirim seorang sopir untuk menjemputmu? Baiklah, aku akan menunggu di rumah. Maaf sudah merepotkanmu..."     

Setelah mengakhiri panggilan itu, He Jichen tidak membalikkan badan, tetapi lantas mengangkat ponselnya lagi dan melakukan panggilan lain. Setelah sekitar setengah menit, Ji Yi kembali mendengar suaranya yang lebih jernih dan terdengar lebih tidak formal dari sebelumnya, yang membuat nada suaranya terdengar tegas. "Bisakah kau mampir sekarang? Ya, sekarang."     

Dia lalu mengakhiri panggilan lagi. He Jichen berdiri di depan jendela untuk beberapa saat lamanya, lalu berbalik, tetapi tidak menghampiri Ji Yi. Justru, dia pergi ke ruang makan.     

Setelah sekitar lima menit, pemuda itu kembali dengan membawa cangkir yang mengepulkan asap.     

Dia berjalan ke arah sofa, lalu membungkukkan badan untuk meletakkan cangkir itu di depan Ji Yi. Kemudian dia duduk di kursi santai, tak jauh dari gadis itu.     

Keakraban mereka hancur berantakan sebulan yang lalu, jadi agak canggung bagi mereka untuk duduk bersama. Tak ada seorang pun dari mereka yang berbicara untuk waktu yang lama.     

Semakin hening ruangan itu, terasa semakin menyesakkan atmosfir di dalamnya.     

Mungkin He Jichen merasakan apa yang dirasakan oleh Ji Yi, atau mungkin He Jichen juga merasa kurang nyaman, karena dia lalu mengambil remot dari meja kopi dan menyalakan TV.     

Sebuah video musik kebetulan sedang tayang; itu adalah salah satu lagu yang akhir-akhir ini sedang populer.     

Musik yang menenangkan itu perlahan memperbaiki suasana dalam ruangan.     

Tubuh tegang Ji Yi juga mulai rileks.     

Sebelum lagu itu berakhir, bel pintu berdering.     

He Jichen meletakkan remot, berdiri, dan berjalan ke arah pintu.     

Segera setelah itu, Ji Yi mendengar suara langkah kaki yang menghilang di arah pintu masuk. Ji Yi menoleh dan melihat Dr. Xia di belakang He Jichen.     

Mereka berhenti sekitar satu meter dari sofa ketika He Jichen menunjuk ke arah Ji Yi seakan mengisyaratkan agar Dr. Xia langsung merawatnya.     

Dr. Xia terlihat terkejut ketika melihat keadaan Ji Yi. Dia tidak menanyakan apapun, tetapi bergegas menghampiri gadis itu, membuka peralatan medisnya dan segera merawat luka-lukanya.     

He Jichen berdiri mematung di tempatnya, memperhatikan Dr. Xia yang sedang merawat luka-luka Ji Yi.     

Meskipun ketiga orang dalam ruangan itu tidak saling berbicara, suasana ruangan sudah jauh lebih baik dengan keberadaan Dr. Xia.     

Ji Yi diam-diam meringis kesakitan beberapa kali ketika sang dokter membersihkan lukanya dengan obat antiseptik. Dia menggigit jarinya sambil memandang ke luar jendela.     

Semua lampu dalam ruangan itu menyala, sehingga suasana seterang siang hari. Keadaan malam yang gelap pekat di luar membuat jendela kaca itu layaknya cermin, memantulkan semua yang ada di dalam kamar dengan jelas.     

Ketika lututnya diperiksa, gadis itu spontan memalingkan wajah dan menghadap ke jendela sambil menggigit punggung tangannya. Ketika itulah pandangannya tanpa sengaja jatuh pada He Jichen yang sedang berdiri di belakang sofa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.