Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Berhentilah Bermimpi Bahwa Kau Akan Berhasil Suatu Hari Nanti (7)



Berhentilah Bermimpi Bahwa Kau Akan Berhasil Suatu Hari Nanti (7)

2Ji Yi, yang dijuluki "kutu buku", harus berdiri untuk mendapatkan hadiahnya. Sesuai isyarat dari sang sutradara, dia berdiri. Kemudian dengan diperhatikan oleh ketiga selebriti lainnya, para presenter dan penonton siaran langsung, Ji Yi berbalik untuk berjalan ke arah panggung. Ketika kaki kanannya melangkah, dia merasakan ada sesuatu yang keras dan bundar di bawah hak sepatunya.      2

Lantai panggung memang licin, jadi karena Ji Yi sedang memakai sepatu hak tinggi, dia tidak punya waktu untuk menebak apa yang ada di bawah kakinya. Benda itu bundar, sehingga tubuhnya terhuyung ke depan. Dengan suara "bruk!", Ji Yi terjatuh dan terpelanting keras ke atas panggung, disaksikan oleh semua orang.     

Kecelakaan itu terjadi dengan begitu tiba-tiba sehingga tidak ada orang di lokasi syuting yang bereaksi.     

Selain musik perayaan kemenangan, tidak ada suara lain di dalam studio itu.     

Setelah sekitar sepuluh detik, sang presenter wanita adalah yang pertama kali tersadar. "Ji Yi, apa kau baik-baik saja?"     

Presenter wanita itu tidak mematikan mic-nya sehingga suaranya menggema di setiap sudut studio. Setelah itu, satu per satu orang-orang di lokasi syuting mulai menyadari apa yang terjadi.     

Ketiga aktor dan dua orang pembawa acara di atas panggung berada paling dekat dengan Ji Yi. Kemudian semua orang melompat ke atas panggung dan mengerumuni gadis itu.     

"Ji Yi, apa kau baik-baik saja?"     

"Apakah kau terluka?"     

"Bisakah kau berdiri?"     

Di tengah-tengah ucapan prihatin orang-orang itu, mata Qian Ge tidak tertuju pada Ji Yi seperti semua orang, tetapi pandangannya menyapu panggung untuk mencari butiran mutiara yang berserakan di sekitar Ji Yi. Dia menghampiri gadis itu dan pura-pura peduli, tetapi ketika tidak ada yang melihat, dia mulai memunguti butiran mutiara yang berserakan.     

Segera setelah itu, sang sutradara, Zhuang Yi, dan para staf studio mulai bergegas ke atas panggung.     

"Bagaimana situasinya?" Begitu sang sutradara menanyakan hal ini, mereka melihat pergelangan kaki kanan Ji Yi memerah dan bengkak. Dia tiba-tiba memekik, "Apa kakimu terkilir? Cepat bawa dia ke rumah sakit dan periksa jika ada otot atau tulangnya yang terluka!"     

Baru saja sutradara itu selesai bicara, sang aktor dari Hong Kong berkata, "Saya akan pergi."     

Ketika mengatakan hal ini, dia membungkuk dan dengan cepat membopong tubuh Ji Yi turun dari panggung.     

Zhuang Yi segera menghampiri mereka.     

Di luar studio, Zhuang Yi segera mengambil kunci mobilnya. Setelah mereka menemukan mobilnya, dia segera bergegas ke arah depan mobil dan membuka pintunya.     

Setelah aktor dari Hong Kong itu membopong Ji Yi ke dalam mobil, Zhuang Yi menutup pintu dan dia pun masuk.     

Ji Yi sangat kesakitan sampai wajahnya pucat pasi. Dia bersandar di kursi mobil, menggeretakkan gigi, dan tidak bisa mengucapkan sepatah katapun.     

Zhuang Yi berkali-kali mengatakan, "Bertahanlah! Bertahanlah! Kita akan segera sampai di rumah sakit!" Kemudian dia menginjak pedal gas dan meninggalkan studio.     

Mereka berada di perbatasan kota, sehingga bahkan meskipun Zhuang Yi mengemudi dengan cepat, masih butuh waktu setengah jam untuk sampai di rumah sakit terdekat di kota.     

Sang aktor dari Hong Kong menemaninya selama perjalanan. Setelah mobil berhenti, dia membopong Ji Yi lagi. Dengan Zhuang Yi memimpin di depannya, pria itu mendaftarkan Ji Yi ke ruang gawat darurat dan membawanya menemui seorang dokter.     

Saat yang paling menyakitkan bagi Ji Yi ketika terpeleset bukan ketika lututnya pertama kali membentur lantai, tetapi ketika pergelangan kakinya terkilir.     

Di awal tahun, pergelangan kakinya terkilir ketika dia berada di Lijiang, maka dia sudah mengenal rasa sakit itu. Akan tetapi kali ini, rasa sakitnya jauh lebih parah. Rasanya begitu menyakitkan sampai dia tergeletak di atas panggung setelah terpelanting dan tidak bisa bernapas.     

Rasa sakit seperti itu membuatnya takut. Dia khawatir jika tulang atau ototnya terluka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.