Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Ji Yi, Ayo Kita Bicara (6)



Ji Yi, Ayo Kita Bicara (6)

2Malam sudah sangat larut, petugas kasir apotek itu menguap karena rasa kantuk. Setelah mendengar ucapan "selamat datang" dari mesin sensor otomatis di atas pintu, wanita itu dengan canggung lalu berdiri dan bertanya pada Ji Yi, "Nona, ada yang bisa saya bantu?"      0

Empat tahun yang lalu Ji Yi sempat berada dalam bahaya besar, jadi ketika dia membuat kesalahan yang sama beberapa tahun kemudian, dia harus melindungi dirinya, sekedar untuk berjaga-jaga.     

Ji Yi tidak bisa membiarkan dirinya hamil lagi...     

Gadis itu mencengkeram ujung pakaiannya dan dengan pelan menjawab, "Pil kontrasepsi".     

Setelah terdiam, Ji Yi ingat bahwa sudah hampir dua hari berlalu, maka ia lalu menambahkan, "Aku ingin yang bisa diminum setelah tujuh puluh dua jam."     

Penjaga kasir itu mungkin sudah biasa melayani permintaan semacam itu, maka dengan tenang dia lalu mengambil sebuah kotak dari bawah meja pamer, memberikannya pada Ji Yi sambil menyebut harganya.     

Setelah Ji Yi membayarnya dan pergi, dia masuk ke dalam mini-market sebelah untuk membeli sebotol air minum. Dia lalu berdiri di tepi jalan, mengambil beberapa butir pil, dan memasukkannya ke mulut sebelum menelannya dengan bantuan air.     

Setelah yakin semua pil itu sudah tertelan, tangannya lalu mencengkeram erat kotak obat itu.     

Ji Yi tak yakin apa yang salah dengan dirinya, tapi tubuhnya lalu gemetaran hebat. Setelah beberapa saat, akhirnya dia menjadi lebih tenang.     

Ji Yi membuang kotak obat itu ke tong sampah, lalu kembali berjalan menuju hotel.     

Ketika akhirnya dia kembali ke kamar hotelnya, sudah jam empat dini hari.     

Gadis itu lalu mandi. Setelah mengeringkan tubuhnya di depan wastafel, dia menyadari bahwa tubuhnya dipenuhi tanda bekas ciuman.     

Meskipun semua tanda itu didapatnya sudah cukup lama, namun bekasnya masih terlihat jelas.     

Ia merasa semua tanda itu sangat tidak sedap dipandang dan segera mengalihkan pandangannya. Ia buru-buru mengelap butiran air di tubuhnya, memakai jubah mandi, dan segera menutupi tubuhnya rapat-rapat.     

Kembali di ranjangnya, Ji Yi mengambil ponsel dan memandanginya.     

Dalam tiga jam yang singkat itu, ponselnya menerima lusinan panggilan tak terjawab dari He Jichen. Dia bahkan mengirim beberapa pesan lagi kepada Ji Yi.     

"Xiao Yi, aku tahu kau sudah menyalakan ponselmu dan membaca pesanku. Jawablah pesanku, oke? "     

"Kalau kau memang tidak ingin menemuiku, aku akan memberimu waktu, tapi tolong beritahu aku, kapan kira-kira kita bisa bicara. Mari kita bicara baik-baik, ya?"     

Mata Ji Yi mulai terasa panas dan ia memalingkan wajah. Dia berpaling dari layar ponsel dan memandangi lampu di samping ranjang sambil membisu untuk beberapa saat. Pada akhirnya, dia memutuskan untuk tidak menjawab pesan itu.     

Ketika Ji Yi menutup pesan itu, dia melihat ada pesan baru di WeChat.     

Ji Yi segera membuka pesan yang dikirim oleh Tang Huahua setengah jam yang lalu itu.     

Mungkin Bo He kini sedang tidur, jadi Tang Huahua tidak ingin mengganggu teman mereka itu dan tidak mengirim pesan suara lagi. Dia mengirimkan empat kalimat: "Xiao Yi, ini sudah hampir jam empat pagi. Aku sudah selesai main game, dan He Xuezhang masih ada di bawah."     

"Dia keluar dari mobil dan bersandar di mobilnya, merokok. Tong sampah di sampingnya dipenuhi puntung rokok. Dia menghabiskan semua rokok itu..."     

Di bawah kalimat itu, dilampirkan sebuah video.     

Dari thumbnail-nya, Ji Yi sudah tahu bahwa Tang Huahua merekam He Jichen dari jendela kamar asrama dengan ponselnya.     

Ji Yi sempat ragu sesaat, tetapi akhirnya tetap membuka video itu.     

Seperti yang digambarkan oleh Tang Huahua dalam pesannya. Di sana terlihat He Jichen yang berdiri dengan pakaian kasual, bersandar di depan mobil sambil merokok. Gerakannya terlihat terburu-buru dan tak sabar ketika mengetikkan pesan pada ponselnya dengan sebelah tangannya yang lain.     

Kamar asrama mereka terletak di lantai dua, jadi kualitas video dari ponsel Tang Huahua tak cukup tinggi. Di sampingnya terlihat tong sampah yang dipenuhi puntung rokok. Semua puntung rokok dengan ukuran berbeda itu membentuk gunung kecil.     

Pakaiannya sangat kusut. Sepertinya sudah lama dia belum berganti pakaian. Rambutnya berantakan dan dia kehilangan aura elegan yang biasa disandangnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.