Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Bagaimana Kabarmu? Jangan Bohong (9)



Bagaimana Kabarmu? Jangan Bohong (9)

0He Jichen memberi isyarat pada Fatty, dan pemuda itu segera menyeret Sun Zhang pergi dengan menarik kerah bajunya.     
0

Semua yang berada di lapangan olahraga itu, termasuk Ji Yi, terdiam menyaksikan kejadian itu.     

Di bawah sinar matahari, warna merah darah yang menempel di baju putih He Jichen tampak jelas. Ia menatap Ji Yi sejenak, lalu berkata, "Dia tidak akan mengganggumu lagi." Seolah merasa kata-kata itu belum cukup, ia pun menambahkan, "Tak akan ada seorangpun yang berani mengganggumu lagi." Ia kemudian berlalu pergi.     

Itu bukanlah akhir dari kejadian tersebut. Meskipun perkelahian tidak terjadi di area sekolah, kepala sekolah tetap mendengar beritanya.     

Selain orang tua He Jichen dipanggil untuk menghadap kepala sekolah, pemuda itu juga mendapat satu lagi catatan buruk di buku laporan siswanya dan hukuman membersihkan toilet selama satu bulan.     

Setelah jam sekolah usai hari itu, He Jichen dengan malas bersandar pada bingkai jendela untuk kesekian kalinya sambil memerintahkan Fatty dan anak buahnya untuk membersihkan toilet.     

Ada yang berbeda kali ini. Ketika para anggota geng sedang sibuk bersih-bersih, Ji Yi muncul dengan mengenakan seragam sekolah dan tas ranselnya ke hadapan He Jichen.     

Fatty dan para pemuda lainnya melihat Ji Yi dengan mulut ternganga, lalu beralih melihat ke arah He Jichen sebelum berulang kali menggumamkan kata "Woah!" secara bergantian. Sebelum mereka selesai, He Jichen memelototi mereka, membuat para pemuda itu bersembunyi dalam toilet terdekat. Karena mereka berlarian dengan tergesa-gesa, beberapa dari mereka saling bertabrakan dengan konyolnya.     

Ji Yi menundukkan kepalanya dan menekuk bibirnya, membetuk sebuah senyuman.     

Sinar matahari menerangi kepala dan wajah cantik Ji Yi. Atmosfir saat itu terasa seperti sebuah adegan film.     

Senyum samar Ji Yi bagaikan sekuntum bunga yang begitu indah yang kini mekar di hati He Jichen.     

Seketika itu juga, segala kesedihan yang dirasakan He Jichen pada hari ulang tahunnya menghilang begitu saja. Ia pun membalas tatapan Ji Yi dan tersenyum.     

Setelah beberapa saat lamanya, He Jichen menghapus senyumnya dan bertanya dengan sambil lalu, "Kau butuh sesuatu?"     

"Tidak..." jawab Ji Yi, acuh tak acuh.     

"Oh." Suara He Jichen tidak terdengar setenang sebelumnya.     

Mata Ji Yi berbinar-binar dan ia pun berkata, "Terima kasih."     

He Jichen tahu bahwa Ji Yi berterima kasih atas kejadian tadi sore. Setelah diingat-ingat, baru pertama kali ini Ji Yi berbicara dengan nada demikian sejak mereka saling kenal. Mendadak He Jichen merasa bingung dan malu, beberapa saat kemudian ia mengalihkan pandangannya ke luar jendela, berpura-pura seakan itu hal biasa. "Bukan apa-apa kok."     

Keduanya kembali terdiam.     

Setelah sekitar satu menit lamanya, He Jichen bertanya, "Kau ingin pulang?"     

Ji Yi menjawab dengan "Mm."     

He Jichen mengambil tasnya yang ada di atas bingkai jendela. "Ayo pergi"     

Ji Yi lantas menoleh ke arah toilet. "Apa kau boleh pergi begitu saja?"     

He Jichen mengerti maksud Ji Yi. Kali ini, ia dihukum untuk membersihkan toilet sendirian. Ia lantas menoleh dan berteriak ke arah deretan toilet itu, "Bersihkan yang bagus untukku!"     

"Ya!" terdengar raungan yang memekakkan telinga dari dalam deretan toilet itu.     

Di sela raungan itu, He Jichen melangkah pergi bersama Ji Yi. Keduanya berjalan, satu demi satu- menuruni tangga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.