Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Seratus kata Maaf (3)



Seratus kata Maaf (3)

0Ketika itu, tubuh He Jichen jauh lebih tinggi dari Ji Yi. Merasakan bahwa ada seseorang yang menghampirinya, gadis itu mendongak dan melihat bahwa yang datang adalah dia.     
0

Ji Yi terkejut saat melihatnya, namun gadis itu lalu memalingkan muka..     

Mereka berdiri berhadap-hadapan tanpa mengatakan apa pun untuk beberapa saat, lalu ia mendorong gagang payung ke tangan Ji Yi hingga gadis itu memegangnya, lalu berlari ke tengah derai hujan.     

Hujan begitu deras hingga bajunya langsung basah kuyup hanya dalam beberapa detik.     

Sebelum melangkah lebih jauh, ia mendengar suara Ji Yi. "He Jichen!"     

Ia tidak ingin berhenti, namun gadis itu kembali memanggilnya, "He Jichen!"     

Ia berbalik dan melihat Ji Yi berlari menghampirinya sambil memegang payung.     

Gadis itu berdiri di hadapannya sambil mengangkat payungnya tinggi-tinggi di atas kepala He Jichen. Lalu, Ji Yi mengatakan sesuatu yang terukir di dalam hatinya hingga saat ini.     

"He Jichen, bagaimana kabarmu?"     

Tanpa menunggu jawaban, gadis itu menambahkan, "Jangan berbohong..."     

"Aku akan menjawab terlebih dulu. He Jichen, akhir-akhir ini aku tidak bahagia. Aku salah karena membantu Qian Ge. Aku tidak akan mencampuri urusanmu lagi. Kau adalah teman yang paling penting bagiku; Aku tidak ingin berselisih paham denganmu."     

Teman yang paling penting... Ketika itu, He Jichen, tidak menyadari bahwa kata kuncinya adalah "teman". Ia begitu terpukau dengan kata "penting" hingga kemarahannya seketika itu langsung hilang. Ia menunduk menatap gadis itu dan berkata, "Akhir-akhir ini aku juga tidak bahagia, karena kau juga adalah teman terpenting bagiku."     

...     

"Ding dong, ding dong..." Notifikasi ponselnya berbunyi beberapa kali. He Jichen merasakan ponsel di dalam sakunya bergetar dan ia lantas merengut. Perlahan ia membuka mata dan menyadari bahwa langit telah berubah gelap.     

Karena telah melamun untuk waktu yang lama, ia sedikit ling lung. Setelah beberapa saat kemudian, ia pun sadar bahwa ia masih berada di depan makam He Yuguang dan baru saja ia telah bernostalgia mengingat masa lalunya jauh ke belakang.     

Ia menyalakan sebatang rokok lagi, menjepitnya di sela bibir, dan menghisapnya pelan-pelan. Lalu, ia memeriksa ponselnya.     

Tang Huahua mengiriminya pesan lewat WeChat.     

"He Xuezhang, Aku harus memberitahumu sesuatu yang sangat mengejutkan!"     

"Xiao Yi tidak kembali ke asrama kemarin. Ia baru kembali sore ini, melamun menatap ke luar jendela cukup lama, lalu menelepon seseorang."     

"Kau tahu dia menelepon siapa? Dia menelepon perusahaan biro jodoh—dia ingin pergi kencan buta!"     

"He Xuezhang, Aku baru saja bertanya pada Xiao Yi dan dia benar-benar ingin menikah!"     

"Aku bertanya padanya mengapa, tapi dia tidak langsung menjawab. Dia cuma bilang bahwa dia ingin menikah!"     

Dia bertindak lebih cepat dari dugaanku. Baru satu hari, dan dia sudah memutuskan untuk menikah.     

Sesaat, He Jichen sempat ragu, lalu ia mengetik "Aku mengerti" dan mengirimnya ke Tang Huahua, lalu menyimpan ponselnya.     

He Jichen tetap duduk di sana untuk beberapa saat lamanya sebelum akhirnya mematikan rokok , lalu bangkit dari duduknya, dan menatap batu nisan He Yuguang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.