Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Seratus Kata Maaf (4)



Seratus Kata Maaf (4)

0"Bro, kali ini aku kembali untuk meminta bantuanmu."     
0

Hanya hembusan angin malam yang menjawabnya.     

"Bro, kau mau berjanji padaku kan?" He Jichen membungkuk hormat di depan nisan He Yuguang, lalu kembali menegakkan punggungnya setelah beberapa lama. "Terima kasih, Bro."     

Ia terdengar begitu serius dan tulus. Setelah mengatakan hal itu, ia berdiri mematung di depan nisan kakaknya untuk waktu yang lama, lalu berbalik dan beranjak pergi.     

He Jichen kembali ke dalam mobil, perlahan meninggalkan area pemakaman keluarga He dan menuju ke jantung kota Sucheng.     

Lampu-lampu jalanan tak henti-hentinya bergerak mundur seakan-akan waktu berputar terbalik. Pikiran He Jichen kembali terhempas ke masa lalu, saat ia masih kelas tiga SMA.     

...     

Setelah terakhir kali mereka berbaikan, He Jichen dan Ji Yi tidak pernah lagi berselisih paham.     

Dengan semakin dekatnya ujian masuk perguruan tinggi, mereka semakin disibukkan dengan tugas-tugas sekolah. Selain masih secara diam-diam menandai poin-poin penting di buku pelajaran untuk Ji Yi, He Jichen mulai memikirkan cara untuk menyatakan perasaannya pada gadis itu setelah ujian masuk perguruan tinggi dan pesta kelulusan.     

Semakin lama rencana itu semakin mantap, He Jichen berharap ia dapat menyatakan perasaannya setelah ujian masuk perguruan tinggi selesai.     

Namun ia tidak pernah mewujudkan rencananya itu.     

Atau boleh dibilang- ia tidak punya waktu untuk mewujudkannya.     

Ia selalu beranggapan bahwa setelah dua kali berselisih paham, ia dan Ji Yi tidak akan pernah berkelahi lagi.     

Tapi ia tidak pernah menyangka bahwa perselisihan mereka yang ketiga kalinya- akan memisahkan mereka selamanya.     

Perselisihan yang ketiga terjadi sebelum ujian masuk perguruan tinggi. Semuanya berawal di malam ketika mereka mabuk dan menghabiskan malam bersama.     

Hanya Tuhan yang tahu betapa jantungnya berdegup kencang dan betapa bahagia dirinya malam itu, karena akhirnya dapat memiliki gadis pujaannya, gadis yang selalu ada di benaknya setiap saat, yang selalu ia lindungi selama beberapa tahun. Malam itu, ia merasa begitu puas dan utuh, seakan-akan seisi dunia telah menjadi miliknya.     

Tapi tahukah kau? Hanya ada sebuah garis tipis yang memisahkan antara Surga dan Neraka.     

Malam itu, di saat gairahnya hampir mencapai puncak untuk yang kedua kalinya, yang terucap dari bibir Ji Yi bukanlah namanya, melainkan nama kakaknya.     

"Yuguang, Yuguang, Yuguang..." Ji Yi tidak menambahkan kata "kakak" seperti biasanya. Suaranya begitu rendah dan manis, dan kelembutan dalam suaranya tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.     

Ternyata gadis yang dicintainya memiliki sisi emosional yang begitu dalam.     

Di setiap mimpinya, He Jichen selalu ingin melihat sisi itu, namun ia tidak pernah membayangkan bahwa ketika akhirnya mimpi itu menjadi kenyataan, saat itu pula ia terhempas ke neraka jahanam.     

Satu-satunya gadis yang ada di dalam hatinya, gadis yang secara diam-diam selalu ia lindungi, yang selalu ia perhatikan selama dua tahun terakhir... ternyata menyukai orang lain. Gadis itu menyukai kakaknya, He Yuguang.     

Mereka sedang melakukan hal paling membahagiakan di dunia, namun ternyata pikiran Ji Yi saat itu ada bersama kakaknya.     

Sungguh kenyataan yang amat-sangat-menyakitkan.     

...     

Sambil terus mengemudi, buku-buku jari He Jichen mulai gemetar hebat.     

Malam itu, ia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapi Ji Yi, maka ia pun pergi sebelum Ji Yi bangun. Seorang diri di jalanan kota Sucheng dalam kegelapan malam, ia terus berjalan hingga matahari mulai terbit. Setelah sampai di rumah, ia pun tidur. Ketika terbangun, aroma tubuh gadis itu masih melekat di rongga hidungnya.     

Sebelumnya, aroma itu baginya sangat memabukkan, tapi saat itu, He Jichen membencinya.     

Ia tidak dapat melupakan kejadian sore itu, tiga hari setelah Ia dan Ji Yi berhubungan badan. He Yuguang sedang beristirahat dan ia sedang duduk melamun di samping kakaknya itu. Terdengar suara dering ponsel, namun bukan ponselnya. Melainkan ponsel milik kakaknya, He Yuguang.     

Ia melirik ke layar ponsel itu, dan murni tanpa sengaja, ia melihat kata "Manman" muncul di layar.     

Tanpa sadar ia mengangkat ponsel itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.