Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Seratus Kata Maaf (6)



Seratus Kata Maaf (6)

0Ji Yi berhenti sejenak. Lalu kata-katanya terdengar lebih tegas ketika ia kembali berbicara, "Pemuda di malam itu... adalah kau, bukan?"     
0

He Jichen tahu gadis itu sedang merujuk pada kejadian beberapa hari yang lalu—di malam ia menidurinya. Karena ia sedang berpura-pura menjadi He Yuguang, ia tetap diam.     

Ketika Ji Yi berbicara lagi, suaranya terdengar lebih percaya diri. "Malam itu memang kau, iya kan?"     

He Jichen sudah tahu bahwa Ji Yi salah mengenali orang malam itu.     

Tetapi setelah berpura-pura menjadi kakaknya seperti ini dan mendengar Ji Yi mengkonfirmasi kebenaran itu lewat mulutnya sendiri, ia menyadari bahwa kesedihan yang membebaninya akibat kenyataan itu tak tertahankan.     

Ia takut tidak akan sanggup mengendalikan diri apabila tetap berada di situ. Maka ia putuskan untuk pergi. Tapi Ji Yi dengan keras kepala terus mencecarnya, "Aku tahu pemuda di malam itu adalah kau, aku..."     

Semua kata-kata yang diucapkannya adalah untuk kakakku... He Jichen tidak ingin lagi mendengar satu patah kata pun. Ia mempercepat langkah kakinya dengan harapan agar bisa menghindari Ji Yi, namun hal itu justru membuat Ji Yi mengejarnya. "Sejak dulu, aku... aku sudah memperhatikanmu. Aku..."     

Meskipun Ji Yi kesulitan mengucapkan kata-kata yang ingin disampaikannya, ketika pemuda itu hendak membuka pintu mobil, gadis itu berhasil meraih lengan bajunya dan menggenggamnya erat. He Jichen pun berbalik menatapnya.     

"Aku selalu menyukaimu. Aku sudah lama menyukaimu. Apakah kau..." tanya Ji Yi dengan begitu serius sambil menatap sepasang matanya dalam-dalam. Memikirkan hal itu, hatinya masih terasa sakit sampai hari ini. "... menyukaiku?"     

Suka... Ia menyukai gadis itu. Tanpa ada balasan. Ji Yi bertanya apakah dia menyukai gadis itu, namun kata-kata itu bukan ditujukan kepadanya.     

Saat itu, ia merasa diperlakukan dengan begitu tidak adil, mengingat bagaimana ia telah memperlakukan Ji Yi dengan begitu baik. He Jichen merasa perlahan-lahan mulai kehilangan kendali dirinya.     

Ia mencoba memaksa dirinya untuk mengatasi kecemburuan dan kemarahan yang meluap-luap di dalam dirinya, namun pada akhirnya, ia tidak sanggup. Kata "pacar" yang dikatakan Ji Yi selanjutnya, "Maukah kau menjadi pacarku..." terasa bagai tiga pisau bermata tajam yang secara brutal dihujamkan pada bagian jantungnya yang paling lemah.     

He Jichen bahkan tidak menyadari apa yang dilakukannya ketika ia mencengkeram pergelangan tangan Ji Yi, menyeretnya ke lorong yang sepi dan mendorongnya dengan kasar ke tembok. Dengan penuh kepahitan ia melontarkan kata-kata, "Sebutkan hargamu."     

Ia mengatakan hal itu hanya agar Ji Yi tahu bahwa dia bukanlah He Yuguang, kepada siapa gadis itu ingin mengungkapkan perasaannya, namun dia adalah He Jichen.     

He Jichen melihat betapa terkejutnya Ji Yi begitu mendengar ia berbicara.     

"Sebutkan jumlahnya?" Entah apakah karena terdorong oleh amarah dalam dadanya, ataukah karena sisi gila dan ugal-ugalannya yang tersulut, namun amarahnya tidak terlihat akan mereda. Dihadapkan dengan kebisuan Ji Yi, ia semakin kehilangan kendali ketika tangannya mulai bergerak dan mengoyak bagian atas gaun yang dipakai gadis itu. Dengan dingin ia menatap bagian tubuh Ji Yi yang terbuka dan kembali teringat bagaimana gadis itu telah memanggilnya "Yuguang" malam itu. Setelah menekan emosinya selama beberapa hari, pemuda itu akhirnya meledak. "Lihat kan? Bahkan jika kau melepas pakaianmu di hadapanku, aku tak sedikitpun tertarik padamu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.